#Project

By Nayla Nuha - Juli 13, 2014



“Bun, Ayah kapan pulang? Katanya Ayah janji mau bawakan kita mainan baru,” Aku yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk keduanya teringat janji Sakti juga.
“Bun, Ayah itu ngapain aja sih kerjanya? Genna pengen tahu,”
Yang satu selalu menangih janji Ayah mereka, satunya lagi selalu ingin tahu apa yang dilakukan Ayahnya. Aku tersenyum, lalu duduk bersama mereka. Menghidangkan masing-masing segelas susu dan sepiring nasi omelette kesukaan mereka. Kebersamaan pagi yang memang kurang lengkap tanpa Sakti.
“Ayah itu kerjaannya ngeliatin langit, Ayah suka banget mengamati langit. Apa itu  namanya?”
Genna segera berujar, “Kaya Astronot gitu ya Bun? Apa itu satu lagi .. Astro..”
“Astronomi!” Gemma ikut berujar bangga. Ia ingat ayahnya pernah bilang padanya.
 “Nah… mungkin sebentar lagi akan pulang. Gem, Ayah janjinya pulang hari ini kan? Sabar ya, Ayah pasti datang bawa mainan, kalian kemarin minta mainan apa?”
“…hum, mainan yang bisa terbang bun… syuuung syuuung,” Soal mainan, dua bintangku ini akan selalu menjadi bersemangat, sampai Gemma naik kursi mempraktekan gaya terbang seraya membetangkan kedua tangannya.
Gelak tawa mewarnai pagi, tapi aku tidak selalu merasa ada tawa yang lepas untuk kedua bintangnya. Aku sungguh butuh seseorang lagi di kursi duduknya. Meskipun sudah biasa, sebelum kedua bintangnya lahir, aku justru merindukan saat-saat kita berdua ikut merawat mereka di dalam kandunganku.
Gemma sudah siap dengan seragamnya, begitu pun dengan Genna.

--------------------------------------------------------------------------------

Aku bergegas berlari menuju rumah sakit. Aku mencoba menghubungi Sakti. Kemana dia? Disaat kabar buruk, membiarkanku berlari panik sendirian. Aku menelpon siapapun yang bisa aku kabari. Coba saja masih ada Mama. Mama pasti mengenggam erat tanganku sambil berbisik lembut, “tenang Karin, semua akan baik-baik saja,”
Di depan pintu kamar rumah sakit sudah duduk seorang perempuan, ah ini pasti guru Gemma dan Genna. Aku menghampirinya sambil menghela nafas panjang, wajahnya juga pucat. Sepertinya ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain meminta maaf padaku sambil menunjuk kamar ini, memberi tahu kalau kedua anakku ada di dalam sana.

#bersambung

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar