Cerita Ibunda

By Nayla Nuha - Juli 10, 2014

happy mother's day nya abaikan :v 
ini buatan saya satu tahun yang lalu buat hari ibu~ 
dan kalimatnya itu, dari lagu yang keren banget :3


Saya pernah menghabiskan malam untuk berbincang ngaloor-ngidul dengan ibu tercinta. Mungkin karena faktor mulai dewasa #eaa
Lahir 27 September 1970 /masih muda yeyeyey/
dengan sifatnya yang kadang keras, idealis, rapi, perfeksionis, lembut, stylish, dan kepedean :p
Ibu saya menikah ketika berusia 21 tahun. Dan itu bikin saya juga kudu 21 tahun menikah /tapi tidaklagimungkin :v tidak tidak T_T

Saya ingat pernah membaca sebuah komik salah satu teman facebook, komiknya tentang Ibu.
Ibu itu selalu berusaha menjadi adil untuk anak-anaknya, walaupun terkadang anak-anak merasa apa yang dilakukan Ibu bukan sesuatu yang adil. Ya, seorang ibu selalu berusaha ingin berlaku adil. Walaupun terkadang kesalahan tidak pernah terpungkiri. 

Lalu, ketika itu terbersitlah pertanyaan:
'Kan dulu, banyak banget mimpi-mimpi ibu (waktu muda) terus apakah mimpi-mimpi itu sekarang tercapai?
Lalu ibu saya jawab : 'nggak'
Lalu saya nanya lagi :
'Terus, yang nggak tercapai itu, ibu nyesel gak? atau jadi keinget terus?'
Lalu ibu saya jawab lagi : 'nggak'

Kenapa?

Ya, ibu saya menjawab dengan amat sangat bijak.
Ketika kadang ia membicarakan keinginan-keinginan masa mudanya entah sekedar selingan atau beneran, ketika saya tanya ini, dia menjawab dengan bijak.
Karena ketika ia sudah memutuskan berumah tangga, menjalani hidup bahagia bersama seseorang yang dia cintai, semua keinginan-keinginan itu tertutupi dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Yah, dan hebatnya ia tidak merasa menyesal.

Ada faktor yang saya akhirnya paham. Tentang kecintaannya yang lebih terhadap Islam, terhadap Allah. Ibu saya meyakini, bahwa ini semua sudah ketentuan Allah. Bukan penyesalan yang ada dalam hatinya, bukan juga hal-hal yang diingat-ingat tentang keinginan-keinginan terpendamnya; semacam berpetualang lagi naik gunung, keliling dunia, jadi artis atau presenter, jadi wartawan dan sekolah tinggi. Ya, Allah telah menggantikan hal-hal yang menurutnya lebih baik. Dari perantauannya ke kota orang, ibu saya mengenal islam lebih dalam, ia juga bisa mengasuh anak-anaknya yang dulu katanya bikin geli /karena ibu saya tipe orang yang gak suka anak kecil :v/ nah loh~

Pelajaran luar biasa yang terus saya ingat; bahwa keikhlasan bisa mengalahkan semuanya. Pantas saja ibu saya ini orangnya begitu optimis dengan ke perfeksionisannya :'D

Tapi, dalam hati kecil saya ingin berharap -boleh kan-
Ketika tiba saatnya /entah saya sudah berkepala dua dengan ekor yang lebih banyak jumlahnya, saya mau impian-impian saya juga tercapai dengan impian-impian lain yang akan terjadi. Setidaknya saya berharap -daripada tidak sama sekali-

/oh ya tadi saya sempat senang loh. Tapi akhirnya saya menyadari sesuatu. Saya tidak bisa menjadi biasa saja. Ada sesuatu yang dipaksakan untuk memberitahu. Bahkan sepertinya tidak ada lagi momen tunggu-menunggu. Kamu harus menjemputnya; atau kamu terus menyayat-nyayat /ah siapa pula yang peduli hahaha

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar