Daily; Juli ditengah hujan dini hari

By Nayla Nuha - Juli 05, 2014

Selamat pagi,

lama tidak membahas buku-buku bacaan. Apalagi menyapa Juli yang sudah masuk hari ke empat, dan Ramadhan yang sudah masuk hari ke-6, juga share artwork kolaborasi Juli dan Ramadhan. Belum ada waktu tepatnya, atau sekarang sedang dilanda 'virus' berkurangnya antibodi tubuh, hampir sekeluarga sakit semua. Kecuali adik paling kecil dan sepupu saya yang udah hampir sebulan menengok kota impiannya: Bogor.

Tadi sore saya diingatkan senja. Ternyata terkadang keluarga ini puitis sekali, kagum dengan matahari terbenam -meski bilangnya gak senja :v

atau selalu ada saja obrolan yang bikin gelak tawa. Entah itu dari ayah saya, entah itu saya sendiri yang tetiba saya disuruh ikut ovj karena suka ngelawakin orang sakit, rame sendiri bikin orang sakit makin sakit, tawa adik saya yang geli bikin orang yang denger dia cerita jadi bikin pilihan antara geregetan dan pengen ikut ketawa tapi gatau mau ngetawain apaan, dan juga tawa geli adik saya seraya omongannya yang nyerocos kadang nyelekit, kadang bikin jleb orang dewasa.

Buku Bacaan:
Bulan lalu akhirnya saya selesai baca novel Dee, yang sekuel Pertama Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Meski itu sekuel pertama, saya baca dari sekuel buku keempat /plak
dan, meski ceritanya banyak hal menyimpang yang kadang bikin mengerutkan kening, realitas yang diangkat, yang mungkin banyak orang yang tidak tahu; tentang dunia gemerlap, bisnis dan cinta. Juga rangkaian-rangkaian kata puitis-ilmiah yang dirangkum ilmu-ilmu fisika dan semacam masuk dalam dunia matematika astronomi yang bikin pusing.
Tapi entah kenapa saya suka dan pastinya saya tidak bisa membuat tulisan se-realistis itu. Berpaku pada hukum teoritis ilmu pengetahuan, apalagi memadukannya dengan bahasa puitisnya.
Untung saja ceritanya lebih pada kisah cinta yang wajar. Bukan banyak membahas tentang cerita tokoh utama yang gak wajar.
Bukunya bikin saya merasa 'harus lebih matang' menciptakan tokoh. Pasti ini sudah jadi hal yang wajar bagi setiap orang -yang baca tulisan ini- apalagi orang hebat macam dia. Ya, sejujurnya ketika saya menulis, saya memang cuma memanfaatkan mood saja. Kadang tanpa sadar, saya cuma memasukkan sebagian dari diri saya dalam tokoh fiksi. Dan, harusnya saya lebih matang mengkonsep sesuatu -kebiasaan-. Harusnya saya tahu, kenapa saya memberi nama tokoh dalam sebuah cerpen, saya pun harus membuat deskripsi kecil yang tertulis biar lebih mengena, kemudian saya juga harus membuat sifat yang 'tidak wajar' sehingga sebuah cerita punya sisi magisnya untuk pembaca. Mungkin juga niat saya cuma bikin tulisan buat diri sendiri; bukan buat dibaca.

Dan saya selalu mengagumi orang-orang yang menulis untuk dibaca orang lain. Apalagi yang doyannya mengkritik habis karya orang lain. Perfecto~ Ya, saya harus belajar. Tidak cuma modal 'insting' atau 'mood' doang, tapi harus diasah. Kayak belajar gambar yang cuma corat-coret tapi gada feelnya dengan gambar yang penuh kesabaran tapi ada 'feel'nya /ngomong apasih

Kegiatan:
Selama liburan -yang gak pernah dirasa liburan- saya akhirnya memutuskan untuk pulang-pergi; Bogor-Jakarta.  Selain tidak ingin melewatkan sahur dan berbuka bersama keluarga, saya juga malas ke kosan. Jadi semacam memutuskan hubungan dengan kosan. Rasanya pingin gak ngekos lagi, tapi punya pintu ajaib /dilemparkeluarangkasa.
Saya ikut SP lagi, tapi kali ini lebih niat, karena saya jengkel sama yang ngajar :p dan bawaannya pingin ngebuktiin banget kalau saya itu gak layak dikasih nilai jelek!

Tapi, saya memutuskan untuk 'hilang' dari tugas tahun-tahun lalu. Please, saya pingin fokus di semester terakhir ini. Saya ngerasa saya sudah full untuk dimanfaatkan, jadi saya pasrah. Iya, pasrah aja untuk berguna cuma kalau dibutuhkan.

 Toh, pada akhirnya saya akan lulus (aamiin) tahun depan, dan saya tidak akan berperan lagi di dalam kampus, apalagi ikut dalam dunia perdesai-nan yang masih kacau itu. Saya merasa dikagumi tapi saya juga merasa terintimidasi, saya merasa tidak berguna ketika saya tidak berhasil mengajarkan, saya merasa tidak berarti ketika ada yang minta diajarkan tapi sejatinya mereka malas. Aku kudu piye? T^T

Pengamatan dan Target:
Sesuai pengamatan, saya kudu melakukan sesuatu untuk mengubah pola hidup saya yang semakin kacau. Makan tidak teratur, sakit tidak teratur, istirahat tidak teratur juga jadwal target yang tidak teratur.

Target saya pun gak akan muluk-muluk lagi. Saya akan memperjuangkan uang membeli kamera SLR impian. Saya pun harus menyiapkan mental untuk masuk kelas baru gambar *kamupastibisanay*, saya juga cuma pingin belajar coloring digital dan menggambar sepenuh jiwa yang saya bisa. dan mungkin saya harus bersungguh-sungguh diet, ya, kalau gak tertekan dengan diri sendiri, saya kudu cari 'produk' atau 'komunitas' untuk penyemangat saya~ /apainihaha

dan, terakhir, dalam lamunan yang panjang sepanjang perjalanan sore tol dan langit yang mulai gelap. Saya memutuskan untuk mencari keputusan seseorang. Mungkin suatu hari yang tidak akan lama lagi, ketika semuanya masih belum berubah membawa pencerahan, saya akan menyerahkan semuanya. Saya tidak pernah meminta macam-macam kan? Saya cuma menempatkan diri saya 'ada' ketika dibutuhkan. Dan mencoba tidak terbuang 'ketika tidak dibutuhkan' dengan kata lain, kamu bisa mengabaikan apa yang saya butuhkan. Ya, sejatinya juga saya tidak pernah benar-benar meminta. Ah, inilah saya. Ini memang saya, yang enggan meminta dengan memperjuangkannya :')

Selamat pagi, pingin masak deh! Tapi masih jam segini. Hujan masih gerimis, orang-orang tengah lelah dalam mimpi-mimpi mereka. Bagaimana kalau saya tidur sejenak? Barang 1 atau 2 jam lalu akan bantu masak sahur :3

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar