: :Ini diaa ! ::

By Nayla Nuha - Maret 21, 2009

:)


Diawali dengan sebuah pertemuan pemuda-pemuda konyol tapi kreatif di sebuah SMU. Pemuda-pemuda itu memiliki kekuatan dan potensi yang berbeda-beda. Meskipun demikian tidak berarti mereka bukanlah pemuda yang benar-benar penuh keteladanan. Mereka bahkan sangat memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam kategori anak-anak kurang ajar, suka iseng, dan sering bikin masalah yang mengundang kegelisahan banyak orang. Pemuda-pemuda itu adalah Sabrang Mowo Damar Panuluh, Agus Riyono, Ari Prastowo, Dwi Sudjatmiko, dan lain-lain. Mereka bukan hanya berada dalam satu sekolahan, di luar sekolah mereka sering berkumpul bahkan lebih sering berkumpul di sana daripada berada di rumah masing-masing. Tempat kumpul mereka saat itu ada di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di situlah berbagai harapan, ide, cita-cita, kekurang-ajaran, hingga kekuatan kolaborasi konstruktif maupun destruktif yang terus terpupuk. Mereka sudah lebih mirip saudara dibanding sekedar teman sekolah. Perlu diketahui, meskipun mereka anak-anak bandel, tapi kecintaan mereka terhadap musik dan tradisi sungguh besar. Terbukti Sabrang, Patub, dan Ari sangat sering memainkan musik gamelan dengan sungguh-sungguh dan pentas di beberapa acara.

Persahabatan itu terus berlanjut hingga mereka akhirnya lulus dari SMU 07 Yogyakarta, di tahun 1997. Masing-masing melanjutkan pendidikannya sesuai minat masing-masing. Agus Riyono (Patub) masuk ke Universitas Gadjah Mada di Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Tanah. Di UGM di tahun 1998. Di UGM juga dia kembali bertemu dengan teman satu sekolah yang waktu itu hanya kenal-kenal secara wajar. Perkenalan mereka makin kental setelah sama-sama menekuni Ilmu di Fakultas Pertanian, dia adalah Aldi Shady Akuratno yang juga masuk ke UGM dengan Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman. Agus Riyono dan Aldi Shady Akuratno menambah mutu persahabatannya dengan membuat kegiatan di kampus. Salah satunya membuat Grup Band kampus, yang dinamai Basic. Ari Prastowo juga melanjutkan ke UGM dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan administrasi negara.

Hanya Sabrang yang tidak melanjutkan kuliah di Indonesia, dia melanjutkan pendidikannya di University of Alberta Kanada, dengan mengambil jurusan Matematika dan fisika. Meski demikian bukan berarti komunikasi mereka vakum, sebab setiap liburan semester Sabrang _yang kini punya panggilan Noe oleh teman-teman kuliahnya_ menyempatkan pulang ke tanah air. Patub, dan Aldi, bersinergi dalam mengasah kreatifitas di dunia musik, meskipun waktu itu hanya sekedar hobi di sela-sela kuliah mereka. Patub pemetik gitar melodi, Aldy kebagian main gitar rythem meskipun tidak lama karena harus ada yang "mengelola" jadwal dan lain-lain band ini.

Basic Band juga dibantu teman-teman sefakultas mereka untuk mengisi bagian Vokal, Bass, Keyboard dan Drum. Untuk vokalis selalu berganti-ganti personel, bahkan Patub pernah bertugas ganda sebagai gitaris sekaligus vokalis. Basis sempat dibantu oleh Orjo. Sedangkan Drumer yang juga tidak pernah mendapatkan pemain tetap. Sehingga di suatu pementasan Patub mengajak adiknya Dedi Riyono yang ketika itu masih SMP ikut membantu performance band kakaknya. Dedi dianggap cukup berkualitas dan berani bersaing dengan drumer-drumer sebelumnya. Ketika kebetulan Sabrang berada di Indonesia, dia pernah diajak untuk menyaksikan penampilan grup band teman-temanya di sebuah acara kampus, kebetulan waktu itu masih waktu liburan untuk Sabrang. Pertemuan dan perkenalan Aldy dengan Sabrang terjadi di sini, sehingga moment itu menjadi awal baru kolaborasi potensi-potensi mereka. Sabrang mengusulkan untuk lebih serius dan berani prihatin untuk menekuni potensi ini. Reuni kekonyolan Sabrang dengan teman-teman SMU-nya tersegarkan kembali, saling tukar informasi dan pengalaman. Sementara itu, tempat tongkrongan mereka berpindah dari Kasihan Bantul Yogyakarta ke Kawasan Kadipiro. Di saat Sabrang pulang, di rumahnya tengah dibangun Studio yang nantinya menjadi cikal bakal lahirnya kreatifitas mereka.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar