Buka facebook malah save-save gambar lalu ngeliat gallery Deviantart orang terus gallery deviantart sendiri. Terus mikir, terus ingat banyak hal.
dan akhirnya saya tahu yang sedang saya pikirkan : Saya pingin Gambar!
Udah.
Dadah.
kemarin piket di sekolahan berjalan lancar. Malah sorenya guntingin setiker dan dimintain orang-orang TAT
Tapi tetap saja, saya memang memandang orang-orang kek begitu ya .__. biarin aja apa ya. Selamanya masih ada temen ~.~
Oh ya, pulangnya yang kemaleman itu, akhirnya saya berhasil menemukan percetakan di Bogor XD Walaupun turun APTB abangnya gak tau itu tempat >.< Tapi akhirnya jalan dikit nyampe kok, tepatnya sambil ujan-ujanan dan gelap-gelapan. Senangnyaaaa akhirnya bisa juga cetak itu satu proyek :D
Dan saya akhirnya berhasil bikin pop up di frame. Ini keceh banget loh. Dan kaka yang mesyennya mau bayar berapa aja /kurangapalagicobaa :p
Ternyata bisa sepercaya ini, aku membaca tulisan-tulisan lama.
dan, selalu menepiskan keraguan-keraguan,
karena banyak orang bilang. Tidak semua lelaki itu bisa setia. Sebaliknya tidak sedikit justru perempuanlah yang bisa setia.
Lalu, dari semua tulisan-tulisan yang pernah kubaca, akhirnya aku tahu aku tidak ada apa-apanya. Cuma seseorang yang melarikan diri.
Terimakasih.
karena tetap ada sampai saat ini,
Terimakasih,
semoga tidak ada cinta yang lain.
#2013
/terlalu banyak mbikin prolog/
Opening theme Sword Art Online II
mayowazu ni ima mujun darake no sekai o sono te de uchihanate
Bidiklah dunia paradoks ini tanpa ragu, dan tarik pelatuknya..
koboreta namida no nukumori de yasashisa o shitta hazu na no ni
doushite mata kizutsukeatte nikushimi o umidashiteyukundarou
kishimu you na itami shitte sono tsuyosa ga
itsuka mirai o yasashiku tsutsumu no darou
Setelah aku merasakan kehangatan air mata yang jatuh, seharusnya kita mengerti arti kebaikan
Namun mengapa kita saling menyakiti, dan membuat lebih banyak kebencian?
Dari rasa sakit yang pedih ini, aku belajar untuk menjadi kuat
dan perlahan membuka tabir masa depan
mayowazu ni ima mujun darake no sekai o sono te de uchihanate
akai namida de oowareta kanashimi o sotto sotto dakishimete
narihibiita shouchou ga hajimari no oto ni kawaru you ni
Bidiklah dunia paradoks ini tanpa ragu, dan tarik pelatuknya..
Dengan lembut merangkul kesedihan yang terbalut dalam air mata merah ...
Sama seperti impuls yang berdering keras, mengubah awal suara yang baru..
kasunde noizu ga narihibiku atama no naka kamitsuku kioku
mukatte tada tachitsukushitemo nani hitotsu kawari wa shinaindarou
Kebisingan samar-samar mengaung di telingaku saat memori menggerogoti diri dalam kepalaku,
Tetapi jika aku berbalik menghadapinya dan tetap berdiri, tidak ada satupun hal yang akan berubah.
furueru kokoro no koe tashika ni ueteiru
aoku kirameku kotoba ga dereru mae ni
Suara getaran hatiku tentu akan tertanam
Sebelum kata-kata biru yang berkilauan muncul
osorezu ni ima koko ni obieta jibun wa kono te de tokihanate
asu o shinjite sabitsuita mama no tobira o uchi yabure
furishibotta kanjou ga seijaku no yami o kirisaku you ni
Aku akan menghadapi diriku yang gemetar disini, dan melepaskannya tanpa rasa takut
Percaya pada hari esok, menghancurkan pintu berkarat yang sudah menutup
Di malam yang diam ini kerahkan semua emosimu dan mengoyaknya..
nagareboshi ga matataku sekai ga umarekawaru
yozora no makuake o mita nara
Bintang jatuh berkedip dan dunia terlahir kembali
Kita melihat tirai terbuka di langit malam
mayowazu ni ima mujun darake no sekai o sono te de uchihanate
akai namida de oowareta kanashimi o sotto sotto dakishimete
narihibiita shouchou ga hajimari no oto ni kawaru you ni
Bidiklah dunia paradoks ini tanpa ragu, dan tarik pelatuknya..
Dengan lembut merangkul kesedihan ini yang terbalut dalam air mata merah ...
Sama seperti impuls yang berdering keras, mengubah awal suara yang baru..
Hari ini saya benar-benar merasa 'gue salah banyak' atau 'gue emang gak bisa dihadapkan dengan keadaan seperti ini' atau 'ini memang bukan gue, plis gue mau pulang aja'
Sebenarnya persoalan ini persoalan sepele. Bahkan mungkin ini cuma perasaan membenci diri sendiri sampai sebegitunya. Mau dibikin enak, kadang-kadang seperti ada yang dipaksakan. Tidak plong, tidak nyaman dengan sendirinya. Entahlah.
dan pertanyaan-pertanyaan itu muncul lagi. Kamu ngapain sekarang? Kamu harus apa?
Tetiba pingin nangis dijalanan T__T memasang lagu di telinga lalu menatap jalanan dibalik kaca jendela.
It's so hard, so bad ... please give me a spirit and reason
seperti hujan yang turun pada senja
Bukan,
bukan senja ingin tidak menyapa,
hanya saja sekarang ia lebih suka melebur bersama mendung
Lalu ada yang mengirim senandung-senandung dari gemerciknya
mengundang melankoli sekaligus menertawai sore
dan hujan mengajaknya menari bersama kata-kata
yang jatuh saling acak sambil berbisik pada jemari
tidak ada lukisan dikaca jendela
sebab ia tidak lagi berembun,
#Bogor, 25 Agustus 2014
Dia hanya penggemar Capppucino saat ia harus melawan rasa ngantuknya ditengah deadline yang tidak pernah habis.
dan ketika udara dingin menusuknya, atau ia sudah lelah bermain-main bersama hujan, ia akan membuat secangkir teh di sela-sela malam.
Selebihnya, ia begitu mencintai air mineral untuk penghilang dahaganya, juga penghilang rasa laparnya.
Jadi, jangan sering kau cari ia di dalam kedai kopi. Dia hanya penggemar Cappucino dengan coklat diatasnya, bukan penggemar gila kopi sepertimu.
dan, jika tidak bisa tertidur di tengah malam, jangan cari dia!
#NP
Saya cuma pingin nulis. Kalau saya butuh seseorang untuk diajak ngobrol, diajak duduk bareng atau cuma ada disamping saya. Gak tahu. Gak ngerti. Rasanya jadi sedih aja #galaudetected
Kata lainnya, saya pingin jalan-jalan. Ke suatu tempat yang bikin saya bisa refreshing.
Saya cuma pingin ngobrol. Tapi ternyata saya ada disini. Terus kenapa ada orang yang betah lama-lama cuma diem .__. gak mau ketemu orang ataupun ngobrol sama orang. Mungkin saya akan kaya gitu juga ya, kalau gak ada alarm pengingat dunia nyata. Ah, yang penting itu banyakin bersyukur, kalau masih ingat sama Allah kan gak bakalan gitu :')
Kadangkala saya suka merendahkan ... diri sendiri..
Emangnya saya siapa, saya apaan, saya itu bisa apa ,__,
Ketemu orang aja begitu, ngomong aja begitu. Apa hebatnya coba =.=
Kalau kadang-kadang suka ge-er terus suatu waktu inget ge-eran begitu rasanya seperti ditampar beribu kali. Emang saya apaan. Emang saya hebat? Emang saya cantik? Emang saya bagus? /plakplakplakplak
Mungkin inilah yang bikin saya pernah 'takut sama orang-orang' karena saya selalu merendah diri --,
saya ini gak ada apa-apanya dibanding orang diluar sana.
saya cuma seorang blogger. Yang tulisannya gak pernah dibaca orang. yang tulisannya pernah alay jaman-jaman pertama, cuma seorang yang selalu ngerjain banyak hal dengan setengah-setengah, dan saya cuma nulis tapi gak pernah berani untuk mulai dibaca orang lain.
Saya mah apa atuh :'''''')
Saya juga mungkin ga pantes buat dapetin apa-apa. Karena saya selalu mempertanyakan tentang harapan-harapan yang semakin terkikis...
selamat tidur, hujannya sudah reda. Hujan lagi dong :')
Saya kepikiran kepingin nulis 'sesuatu' tentang apa-apa yang diharapkan di masa depan. Eh, bukan gitu ding, apa ya... semacam menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol yang sering terlintas sendiri, pertanyaan konyol orang lain dan sebagai jalan mencari ilham buat motivasiin seseorang, yah bisa juga anggap saja saya meratapi nasib saya yang kadangkala menyedihkan *hiks
Eh, barusan ketika mau ngeblog dan mencari mood saya membaca salah satu postingan teman di facebook yang lagi share foto dua orang laki-laki. dan isinya seperti ini. 11:12 sama apa yang mau saya tulis. tentunya saya gak akan nulis lagi karena tulisan ini sepertinya lebih mengena,
Foto ini diambil sekitar awal tahun lalu, tapi baru gw ingat posting sekarang. Sebelah gw itu mantan Ketua Osis yang cukup cerdas di jaman sekolah dulu. Mukanya gw mozaik, bukan karena pelaku asusila, atau bintang film JAV. Ya cuma gak enak aja ama orangnya.
Gw cukup shock mendapatinya menggelar lapak meja kecil dan jualan minyak wangi eceran di depan pasar. "Keras kehidupan, teman!" ujarnya bernada pembelaan, padahal gak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan. Di jaman nabi malah berdagang seperti ini adalah sebaik-baik pekerjaan. Kesalahannya mungkin hanya karena berada di tempat yang kurang tepat jika mengingat potensi yang ia miliki untuk mendapatkan karir yang lebih bergengsi. Atau kesalahan boleh jadi ada pada budaya kita dalam dikotomi pekerjaan. Atau kesalahan bisa juga ada pada sudut pandang gw, wallahualam.
Gw gak bilang kerjaan gw sekarang bergengsi, tapi setidaknya bekerja kantoran dan makan gaji bulanan masih lebih dianggap sebagai sebuah pekerjaan beneran oleh sementara orang hingga kini (cih, sombong). Hehe..
Tapi ini serius. Survey membuktikan status karyawan kantoran masih jadi standar kelayakan untuk di-ACC-nya "proposal" oleh mayoritas calon mertua (kecuali calmer yang ngerti penghasilan freelancer pemain SEO, tentunya)
Sebelum bertemu teman ini, kebetulan gw juga bertemu teman yang lain, mantan juara kelas di SMA yang sudah bertahun-tahun menjadi tukang ojek. Agak miris sebenarnya. Apa yang didapatkan pada sekolah formal ternyata gak sepenuhnya menjamin masa depan. Dan gw yakin ini bukan cuma gw yang mengalami. Coba cari teman-teman lo yang dulu berprestasi, di mana sekarang mereka? pastinya gak semua yang mengecap kesuksesan. Bekerja keraspun belum tentu jadi orang. Disiplin ilmu juga gak selamanya menentukan.
Teman-teman gw kuliah di arsitek dulu nyebar secara absurd, ada yang jadi PNS, ada yang di KPU, ada surveyor perkreditan, ada yang kerja di bengkel, salon, dan gw sendiri malah jadi kartunis plus layouter merangkap pemburu side job serabutan. Hiks..
Tapi gw pikir ini sah-sah aja, selama gw masih bisa memilah (bukan memilih), mana pekerjaan yang kiranya masih cocok buat gw lakukan. Kere-kere gini, gw pernah nolak pekerjaan menulis skenario sinetron stripping dengan iming-iming bayaran yang gak sedikit, hanya karena gw pikir dampak mudharat jangka panjang yang ditimbulkan. Ini salah satu keputusan tepat yang gw banggakan dalam hidup, selain keputusan menikah, dan keputusan meng-unfollow Farhat Abbas dari twitter.
Padahal, sekelas selebriti papan atas saja masih banyak yang terkesan serampangan dalam menerima job. Betapa gelinya gw ngelihat aktor watak sekelas Deddy Mizwar yang joget-joget mengenaskan di iklan sosis, atau Afgan yang menurunkan kelasnya dengan bernyanyi jingle iklan "bukan cincau biasa". Tapi sudahlah, toh mereka juga pasti punya alasan melakukannya. Mumpung ada peluang; peluh yang menghasilkan uang.
Eh iya, kemaren gw sempat sebel baca salah satu komen di postingan gw. "Lu tambah kaya dong sekarang?" Ya Alloh, apakah tujuan hidup ini hanya buat kaya doang? Kalo ukuran kekayaan adalah duit semata, sorry.. gw masih jauh panggang dari sate madura. Tapi kalo parameternya selain itu, alhamdulillah gw udah lumayan kaya lah. Punya istri sholehah yang pinter masak dan gak doyan ngutang, punya anak lucu, punya rumah sendiri plus ranjang hello kitty, kurang apa lagi coba?
Orang kadang gak nyadar kalo materi berlebihan itu juga sebenarnya cobaan. Andai gw dikasih kekayaan harta berlimpah, siapa yg menjamin besok-besok misalnya gw gak bagi-bagi mobil ama artis atau nikah siri ama penyanyi dangdut? ini cuma misalnya loh yah.. jangan diambil hati ya, sayang.. (ngomong sama bini yang lagi diem-diem menyimak)
Banyak sebenarnya orang yang punya potensi tapi justru gak pandai memanfaatkan peluang, hanya memasrahkan masa depannya pada garis tangan (kecuali caleg yang memasrahkan masa depannya pada garis bibir, yaitu seberapa lebar tarikan sudut garis bibir pada sunggingan senyum baliho).
Padahal Rasulullah saja pernah menegur orang di dalam mesjid yang hanya terus-terusan pasrah dan larut dalam doa tanpa ada upaya untuk berikhtiar ngasih makan anak bininya.
Gw pernah dikasih kata-kata bijak oleh seorang ahli ibadah, katanya tikus aja udah disiapkan rejeki oleh Sang pencipta, gak bakalan kekurangan makanan, jadi gak usah takut. Langsung gw balas, iya itu bener, tapi kalo tikus kelamaan diem bisa juga dicaplok kucing. Walhasil yang ngasih nasehat justru mingkem.
Pasrah dalam bekerja apalagi jika bekerja gak sesuai disiplin ilmu sebenarnya gak masalah, yang penting gak menyimpang secara moral dan agama, punya kemampuan di bidangnya, nyaman melakukannya, dan gak berhenti mencari passion, tentunya.
Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi, salah satu imam mazhab, justru menemukan passion-nya menjadi imam besar di saat usianya sudah menginjak 40 tahun. Sebelum itu ia hanyalah penuntut ilmu biasa.
Bahkan ada yang menemukan passionnya menjadi vokalis justru setelah dua periode duduk di kursi presiden, ada juga yang sebenarnya passionnya adalah fotografer tapi malah nyasar jadi ibu negara. Di daerah gw ada bupati yang passionnya jadi broker tambang, di televisi malah ada tukang sulap yang merasa cocok jadi ustad.
Jadi intinya sebenarnya pengendalian diri. *hloh?*
Maksud gw, diri dan masa depan kita ya hanya kita yang bisa mengendalikan. Membiarkan hidup mengalir tanpa perencanaan-perencanaan itu juga gak bagus buat dipertahankan. Gw sendiri yakin gak akan selamanya dengan pekerjaan yang sekarang. Gw masih nyari-nyari apa passion gw sebenarnya. Saking seriusnya mencari passion, gw sampe bela-belain ikut passion show di atas catwalk. Eeh sorry, itu fashion yak?
Pernah beberapa kali gw mikir untuk resign hanya karena jenuh, stagnan, dan merasa kurangnya penghargaan, tapi akhirnya gw gak menemukan kesempatan dan alasan yang lebih tepat untuk membenarkan. Gw kembali mikir bahwa ini hanyalah mood yang berfluktuasi. Toh kalo bisa nyari sampingan sambil tetap bertahan jadi karyawan, kenapa nggak? Niatkan aja pekerjaan yang gak sesuai disiplin ilmu tersebut sebagai batu loncatan menuju passion-passion yang kita yakini suatu saat akan kita temukan. Lagian Robert Kiyosaki bukan nabi yang mesti didenger nasehatnya "jangan lama-lama jadi karyawan".
Yang penting sekarang mulai kencangkan ikat pinggang, hentikan ongkang-ongkang. Gak ada kata terlambat untuk merevisi masa depan. Film aja pake story board, masa kita nggak? - Arham Kendari
dan satu hal lagi yang saya sesali. Kenapa semakin berubahnya angka di belakang tahun, selalu saja banyak orang yang beranggapan 'ingin anaknya tercukupi' dengan kata lain, tidak mau anaknya hidup pas-pasan, yah kata halus bilang 'harus kaya'.
Yah, saya kadang jengkel, atau biasanya pingin pindah ke luar angkasa, bukannya tidak ingin hidup kaya. Tapi didepan sana membangun dengan awal kekayaan bukannya itu amat sangat aneh? Bukannya harusnya kita bekerja keras dulu sebelum menikmatinya?
Ah, yang bilang nikah bawa rezeki itu sih bener, tapi sebagian orang tua, sebagian orang masih nganggep nikah itu harus sudah punya uang banyak .___.
ya sih, saya juga kepingin nikahannya bagus, tapi kudunya terus percaya kan, walapun akhirnya cuma sederhana tapi kan berkah /ini ngomong apaan sih/
Begitu kurangkuh, ada setetes air mata
Memaksa masuk ke dalam relung hati
Membisikkan sesak yang menghantam bertubi-tubi
Pada suatu petang yang sudah berani
menyalakan jingganya sendiri
Sehingga langit tampak rela ditinggal matahari
Hai
Terimakasih sudah mau menyediakan aku sekotak ruang
Biar ada alasan untukmu tetap singgah sebelum berlabuh
Biar pun kau tak tahu aku juga ingin menyusuri jalanmu beriringan
#Bogor, 22 Agustus 2014
Ketika unmood ngerjain detline yang malam ini/ seketika ingat prosa
Kemarin, saya mengulang waktu-waktu tanpa adanya transportasi yang memudahkan. Saya berangkat seperti biasa. Pagi dini hari. Sebelum subuh. Pukul 03:55 saya berangkat diantar Ayah ke Stasiun terdekat. Stasiun cilebut. Biasanya perjalanan kesana, memakan waktu 1/2 jam. Tapi ini hanya 10 menit. Berhubung lampu lalu lintas masih oren semua dan jalanan lenggang. Ini asyik sekali :3. Sampai stasiun pukul 04.10, sudah banyak orang rupanya. Terdengar bunyi petugas CL ber-halo-halo. Kereta pertama baru saja berangkat, dan hampir sampai stasiun ini. Yatta~ Alhamdulillah. Saya langsung ngacir ke antrian gerbong 1. Gerbong wanita. Bisa duduk :D
Setelah kereta jalan sampai stasiun Citayam. Serentak penuh. Ibu-ibu, mbak-mbak, nenek-nenek berebut dengan ganasnya mencari tempat duduk. dan akhirnya ada segerombol ibu-ibu rempong. Yah, mungkin mereka tergabung dalam geng 'CL ibu-ibu rempongs' /apasih. Dan mereka mulai duduk di lantai kereta. Sebenarnya risih juga sih, mereka duduk di jalanan, meski bukan di dekat pintu. Lalu, ada halo-halo dari mas-mas pemberitahuan di dalam kereta : ' Dimohon kepada para penumpang Commuter Line agar tidak duduk di lantai kereta' wussh, pemberitahuan itu di gubris mereka. Acuh tak acuh. Mereka malah asyik ngobrol sambil cipika-cipiki dan makan.
Sampailah di Stasiun Manggarai. Dengan bahagia. Karena masih jam 5.10! Bisa shalat subuh di Manggarai :) Gak perlu lagi shalat di kereta :p
yak, sisanya saya tinggal menunggu teman saya. Dia naik kereta kedua, dan keretanya di tahan. Masya Allah ini pagi-pagi buta udah penuh aja ya kereta kemana-mana. Sayangnya saya gak tahu mereka shalat subuh dimana. yang pasti, waktu saya shalat subuh di Manggarai, semuanya adalah mas-mas dan bapak-bapak. Mbak-mbak dan ibu-ibunya gak ada T-T masa semua penumpang kereta lagi pada berhalangan -_- ini aneh sekali.
Kalau naik kereta itu, mahalnya di ongkos penyambung. Karena teman saya datangnya jam 5.30 lalu dia belum shalat, lalu kita naik bajaj seharga 25.000. Sampailah kami di sekolah pukul 06.20 /ngaret.
syudah.
dan kemarin, sekolah sedang mengadakan lomba. Saya curiga kita nganggur sebagai guru piket. dan taraaa gak ada kerjaan. Gajelas. Tapi naasnya teman saya malah minta pulang duluan dengan alasan nggak ada kerjaan. Gue sih ada. kan jadi dikasih kerjaan tapi dia males ngerjain juga -_-
ah, dia memang orang yang sulit dimengerti. dasar AB XP
Saya lagi kecanduan main Candy Crush. Entah kenapa. Dari dulu cuma ada game-game tertentu yang 'goal'nya pingin saya selesaiin sampai tamat.
Kaya serial mainan game Dinner Dash, Wedding Dash, Parkir Dash dan Dash-dash semacamnya yang akhirnya tamat sampai akhir atau udah menjelang akhir punyanya yang Trial.
atau mainan game Hide and Seek macam Dream Cronical sama Mystery Case File atau Criminal Cash
atau mainan Cookie Run di Line dan sekarang Candy Crush. Ya ampun ._.
Pagi-pagi sudah ke pasar demi membeli bahan makanan yang akan di hidangkan di acara halaqah ibu saya. Kebetulan kelompok yang hari ini jarang banget dapet jatah di rumah saya. Nyari Lele. ceuk ibu mau bikin pecel lele aja. aaaaa enak :3 Apalagi setelah diiming-imingin kalau di pasar ada yang jual ikan tongkol kecil.
Akhirnya pagi itu saya diantar Ayah saya ke pasar. Lalu ditinggal seorang diri karena dia mau beli bensin -.-
Ternyata, setelah bersemangat melihat abang-abang yang lagi gelar keranjang-keranjang ikan. Ikan tongkolnya ga adaa T^T dan saya salah bilang mau beli ikan lele, beli 1/2 kilo padahal 1 1/2 kilo XD
Yah, pagi itu sudah mencium bau-bau amis ikan, suara bising parutan kelapa dan memilih-milih sayuran :3
Sepulangnya dirumah, saya langsung bantu-bantu di dapur. Sekalian makan juga sih, dan ternyata saya emang gak bakat ngulek sambel ya. Padahal udah bahagia plus semangat melebihi 45 menyambut layah, wijen dan cabai-cabai yang pedasnya nomer satu serta tomat. Tapi berhasil jugak kok. dan sambelnya pedes pisan :3 :3
Tetiba saya jadi kepingin masak lagi sendiri. Setelah kemarin sukses bikin macaroni schotel yang gak di oven tapi dikukus. dan percobaan kedua itu enaak banget :3 sampai ada yang ngabisin setengah loyang sendirian. Yang bikinnya aja cuma dapet 3 potong kecil-kecil *sedih euy*
juga ada yang request lagi bikin. Sayangnya susu bubuk di warungnya abis, kan jadi gak bisa bikin :v /alesan
O ya, tadinya saya mau ke Jakatra hari ini. Tapi apadaya ternyata hari ini ada keputusan akhir MK /mariberdoa/
Kabarnya jalanan ke Jakatra takut ditutup. Saya tidak direstui berangkat sore ini T.T akhirnya saya juga belom nyelesain RPP karena saya malah ketiduran sebelum dzuhur, dan kayanya saya meracau dalam tidur lagi -_-
(Budi Ashari, Lc)
Bukti cinta orang tua sepanjang jalan adalah mereka memikirkan masa depan anaknya. Mereka tidak ingin anak-anak kelak hidup dalam kesulitan. Persiapan harta pun dipikirkan masak-masak dan maksimal.
Para orang tua sudah ada yang menyiapkan tabungan, asuransi bahkan perusahaan. Rumah pun telah dibangunkan, terhitung sejumlah anak-anaknya. Ada juga yang masih bingung mencari-cari bentuk penyiapan masa depan terbaik. Ada yang sedang memilih perusahaan asuransi yang paling aman dan menjanjikan. Tetapi ada juga yang tak tahu harus berbuat apa karena ekonomi hariannya pun pas-pasan bahkan mungkin kurang.
Bagi yang telah menyiapkan tabungan dan asuransi, titik terpenting yang harus diingatkan adalah jangan sampai kehilangan Allah. Hitungan detail tentang biaya masa depan tidak boleh menghilangkan Allah yang Maha Tahu tentang masa depan. Karena efeknya sangat buruk. Kehilangan keberkahan. Jika keberkahan sirna, harta yang banyak tak memberi manfaat kebaikan sama sekali bagi anak-anak kita.
Lihatlah kisah berikut ini:
Dalam buku Alfu Qishshoh wa Qishshoh oleh Hani Al Hajj dibandingkan tentang dua khalifah di jaman Dinasti Bani Umayyah: Hisyam bin Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Keduanya sama-sama meninggalkan 11 anak, laki-laki dan perempuan. Tapi bedanya, Hisyam bin Abdul Malik meninggalkan jatah warisan bagi anak-anak laki masing-masing mendapatkan 1 juta Dinar. Sementara anak-anak laki Umar bin Abdul Aziz hanya mendapatkan setengah dinar.
Dengan peninggalan melimpah dari Hisyam bin Abdul Malik untuk semua anak-anaknya ternyata tidak membawa kebaikan. Semua anak-anak Hisyam sepeninggalnya hidup dalam keadaan miskin. Sementara anak-anak Umar bin Abdul Aziz tanpa terkecuali hidup dalam keadaan kaya, bahkan seorang di antara mereka menyumbang fi sabilillah untuk menyiapkan kuda dan perbekalan bagi 100.000 pasukan penunggang kuda.
Apa yang membedakan keduanya? KEBERKAHAN.
Kisah ini semoga bisa mengingatkan kita akan bahayanya harta banyak yang disiapkan untuk masa depan anak-anak tetapi kehilangan keberkahan. 1 juta dinar (hari ini sekitar Rp 2.000.000.000.000,-) tak bisa sekadar untuk berkecukupan apalagi bahagia. Bahkan mengantarkan mereka menuju kefakiran.
Melihat kisah tersebut kita juga belajar bahwa tak terlalu penting berapa yang kita tinggalkan untuk anak-anak kita. Mungkin hanya setengah dinar (hari ini sekitar Rp 1.000.000,-) untuk satu anak kita. Tapi yang sedikit itu membaur dengan keberkahan. Ia akan menjadi modal berharga untuk kebesaran dan kecukupan mereka kelak. Lebih dari itu, membuat mereka menjadi shalih dengan harta itu.
Maka ini hiburan bagi yang hanya sedikit peninggalannya.
Bahkan berikut ini menghibur sekaligus mengajarkan bagi mereka yang tak punya peninggalan harta. Tentu sekaligus bagi yang banyak peninggalannya.
Bacalah dua ayat ini dan rasakan kenyamanannya,
Ayat yang pertama,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Al Kahfi: 82)
Ayat ini mengisahkan tentang anak yatim yang hartanya masih terus dijaga Allah, bahkan Allah kirimkan orang shalih yang membangunkan rumahnya yang nyaris roboh dengan gratis. Semua penjagaan Allah itu sebabnya adalah keshalihan ayahnya saat masih hidup.
Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan,
“Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada dirinya dan pada anaknya walaupun mereka jauh darinya. Telah diriwayatkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada tujuh keturunannya.”
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menukil kalimat Hannadah binti Malik Asy Syaibaniyyah,
“Disebutkan bahwa kedua (anak yatim itu) dijaga karena kesholehan ayahnya. Tidak disebutkan kesholehan keduanya. Antara keduanya dan ayah yang disebutkan keshalihan adalah 7 turunan. Pekerjaannya dulu adalah tukang tenun.”
Selanjutnya Ibnu Katsir menerangkan,
“Kalimat: (dahulu ayah keduanya orang yang sholeh) menunjukkan bahwa seorang yang shalih akan dijaga keturunannya. Keberkahan ibadahnya akan melingkupi mereka di dunia dan akhirat dengan syafaat bagi mereka, diangkatnya derajat pada derajat tertinggi di surga, agar ia senang bisa melihat mereka, sebagaimana dalam Al Quran dan Hadits. Said bin Jubair berkata dari Ibnu Abbas: kedua anak itu dijaga karena keshalihan ayah mereka. Dan tidak disebutkan kesholehan mereka. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ia adalah ayahnya jauh. Wallahu A’lam
Ayat yang kedua,
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Qs. Al A’raf: 196)
Ayat ini mengirimkan keyakinan pada orang beriman bahwa Allah yang kuasa menurunkan al Kitab sebagai bukti rahmatNya bagi makhlukNya, Dia pula yang akan mengurusi, menjaga dan menolong orang-orang shalih dengan kuasa dan rahmatNya. Sekuat inilah seharusnya keyakinan kita sebagai orang beriman. Termasuk keyakinan kita terhadap anak-anak kita sepeninggal kita.
Untuk lebih jelas, kisah orang mulia berikut ini mengajarkan aplikasinya.
Ketika Umar bin Abdul Aziz telah dekat dengan kematian, datanglah Maslamah bin Abdul Malik. Ia berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, engkau telah mengosongkan mulut-mulut anakmu dari harta ini. Andai anda mewasiatkan mereka kepadaku atau orang-orang sepertiku dari masyarakatmu, mereka akan mencukupi kebutuhan mereka.”
Ketika Umar mendengar kalimat ini ia berkata, “Dudukkan saya!”
Mereka pun mendudukkannya.
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Aku telah mendengar ucapanmu, wahai Maslamah. Adapun perkataanmu bahwa aku telah mengosongkan mulut-mulut anakku dari harta ini, demi Allah aku tidak pernah mendzalimi hak mereka dan aku tidak mungkin memberikan mereka sesuatu yang merupakan hak orang lain. Adapun perkataanmu tentang wasiat, maka wasiatku tentang mereka adalah: ((إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ)). Anaknya Umar satu dari dua jenis: shalih maka Allah akan mencukupinya atau tidak sholeh maka aku tidak mau menjadi orang pertama yang membantunya dengan harta untuk maksiat kepada Allah.” (Umar ibn Abdil Aziz Ma’alim At Tajdid wal Ishlah, Ali Muhammad Ash Shalaby)
Begitulah ayat bekerja pada keyakinan seorang Umar bin Abdul Aziz. Ia yang telah yakin mendidik anaknya menjadi shalih, walau hanya setengah dinar hak anak laki-laki dan seperempat dinar hak anak perempuan, tetapi dia yakin pasti Allah yang mengurusi, menjaga dan menolong anak-anak sepeninggalnya. Dan kisah di atas telah menunjukkan bahwa keyakinannya itu benar.
Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang khalifah besar yang berhasil memakmurkan masyarakat besarnya. Tentu dia juga berhak untuk makmur seperti masyarakatnya. Minimal sama, atau bahkan ia punya hak lebih sebagai pemimpin mereka.
Tetapi ternyata ia tidak meninggalkan banyak harta. Tak ada tabungan yang cukup. Tak ada usaha yang mapan. Tak ada asuransi seperti hari ini.
Tapi tidak ada sedikit pun kekhawatiran. Tidak tersirat secuil pun rasa takut. Karena yang disyaratkan ayat telah ia penuhi. Ya, anak-anak yang shalih hasil didikannya.
Maka izinkan kita ambil kesimpulannya:
Bagi yang mau meninggalkan jaminan masa depan anaknya berupa tabungan, asuransi atau perusahaan, simpankan untuk anak-anak dari harta yang tak diragukan kehalalannya.
Hati-hati bersandar pada harta dan hitung-hitungan belaka. Dan lupa akan Allah yang Maha Mengetahui yang akan terjadi.
Jaminan yang paling berharga –bagi yang berharta ataupun yang tidak-, yang akan menjamin masa depan anak-anak adalah: keshalihan para ayah dan keshalihan anak-anak.
Dengan keshalihan ayah, mereka dijaga.
Dan dengan keshalihan anak-anak, mereka akan diurusi, dijaga, dan ditolong Allah.
Asuransi Terbaik - http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/ayah-parenting/225-asuransi-terbaik
Sekedar ingat-ingat lagi:
Saya pernah bikin surat cinta. Waktu smk kelas 1. pakai amplop dari karton pink, dihias dengan guntingan nan indah, dan di dalamnya ada cap bibir boong-boongan karena saya gak punya lipstik.
Ada satu kakak kelas berkacamata /seleranya tetap sama/ Tapi entah sekarang kabarnya gimana. Namanya pun saya lupa.
Yang paling menarik ternyata yang terpilih adalah surat cinta paling bagus tapi cap bibir paling aneh sedunia.
Pertama kalinya bikin surat cinta yang isinya blass kaya puisi jadul. dan naasnya, ada yang mengira itu surat dari cowo -__-
karena saking puitis dan romantisnya kata-katanya.
Sayangnya, surat cinta itu gak terbalaskan. Lagipula gak ada nama pengirimnya dan saya juga gak bakalan ngaku haha
Rasanya aneh waktu dibacain. Malu pisan. Untungnya tampang saya masih polos celingak celinguk gakjelas.
Itu surat cinta pertama saya yang gaje. Tanpa ada ungkapan cinta pokoknya. Malah pake puisi gajelas.
Tapi inget-inget itu jadi pingin balik lagi. Walaupun awalnya sebatang kara, dimarahin guru gegara berebut tempat duduk sampai hal yang pertama kali terkesan waktu awal pelajaran desain grafis disuruh gambar dari bentuk-bentuk dasar dengan kreativitas masing-masing.
Saya kangen sekolah deh, apalagi yang kelasnya ngampar dibawah karena kekurangan meja.
Aaaaaa saya kangen bawa piala setelah lomba pas bulan puasa dan panas-panasan di lapangan upacara depag tapi salaman sama bapak Menteri.
Saya kangen main-main ke rumah orang sampai sore. Saya kangen nanya abang angkot setiap pagi: pagelaran bang?
Saya kangen T.T
Saya kangen otak atik komputer lab, otak-atik web ampe ga tidur, curi-curi internet atau main di warnet yang banyak virusnya sekalian ngajarin kalian-kalian ngerjain tugas.
Ah, ini terlalu jauh untuk kembali :')
di dunia ini, banyak sekali orang beruntung.
mereka diberi hidup lalu menjalaninya dengan bahagia. atas masa depan yang terbayar dengan kerja keras, cinta yang terbalas setelah tak pernah henti berusaha.
kenapa kamu tidak menjadi bagian dari hidup bahagia mereka.
di dunia ini juga penuh dengan orang orang gagal. orang yang tidak tahu masa depannya atas bayarannya yang bermalas-malasan, orang yang sampai masa tuanya masih trus bekerja keras dengan rutinitas yang membosankan, orang yang masih mencintai orang lain setelah menikah, orang yang masih mencari kesenangan lain karena tidak puas dengan hidup yang didapatnya.
ah ya, kamu mau memilih jadi orang-orang kedua. orang yang menyesal, atau mereka tenggelam dalam penyesalannya tanpa merasa menyesal -sebutlah mereka sudah mati dalam hidupnya-
ah kalau kamu masih percaya bahwa manusia diciptakan untuk sebaik-baiknya beribadah dan mencapai surganya, kenapa kamu masih selalu menyugesti fisikmu juga pikirmu untuk masih diam ditempat? harusnya kamu berlomba-lomba kan..
2014.08.19 - 18:30
#perjalanan malam, jakarta-bogor di sudut jendela bis
Hey, semangat! Kamu pasti bisa melewatinya dengan baik!
Jangan lupa sama doanya, terkadang kita cuma doa seperlunya.
Allah itu yang menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Semangaat!
#pesan singkat yang tidak terkirim '/\'
Malam.
Mau dibaca dari huruf belakang juga tetap malam. mau dibaca terbalik juga tetap malam.
Unik bukan? Kenapa ada yang bisa mencetuskan kata malam?
Ah sejak dulu saya selalu penasaran dengan kata-kata. Kenapa harus ada kata-kata semacam ini. Mereka mendapatkannya darimana?
Dan saya memang begitu kurang kerjaan, ya asik sendiri dengan dunia saya. Bahwa disini; dalam pikiran saya yang ada hanya kata kata. Mereka berbicara setiap detik, mereka bertanya, mereka mengeja setiap apa yang dilihat, sampai suatu hari saya mengambil salah satu buku; yang seharusnya untuk pelajaran sekolah dan mengisinya dengan tabel-tabel kata-kata. Persis seperti orang yang akan menjadi lupa; mencatatnya. Dari kata dasar sampai yang berimbuhan. Dari kata yang huruf awalnya berabjad sampai yang hurud terakhirnya berabjad. Kurang kerjaan bukan?
Tapi itu mengasyikkan. Seperti bermain tebak-tebakan dengan seseorang. Pastinya sampai sekarang saya terlalu payah untuk memberinya nama yang akan membuat saya semakin gila.
Ya, pada akhirnya kata-kata itu yang selalu menuntun saya untuk menulis. Apapun. Menulis lagu yang payah, menulis cerita yang sekarang menjadi stak ditengah, sampai menulis puisi yang jarang lagi saya tulis.
Dan tentunya membuat saya nyaman dengan menulis ketimbang berbicara haha...
Dunia saya diapit dua hal. Imajinasi dan Realita. Imajinasi yang selalu menyenangkan, tetapi realita yang menjatuhkan. Begitulah, definisi tentang dunia saya dahulu.
Sebelum yang mereka sebut kedewasaan itu datang. Menjadi dewasa itu tidak mudah. Memang. Tapi tetap akan terjadi. Dan hey! Coba rasakan. Akan ada seseorang yang menegurmu, menepuk pundakmu bahkan menampar pipimu bahwa kamu harus bangun dan meninggalkan dunia imajinasi itu.
Tidak ada kata-kata yang musti dipertanyakan dengan pertanyaan konyol -yangpadahalsampaisekarangbelumadayangmaumenjawabnya-
Atau bahkan melupakan ilmu baca tulis dan mulailah berbicara.
Malam.
Malam ini saya menonton telivisi sambil memakan semangkuk mie. Lama tidak makan, lama juga tidak makan nasi dengan menikmatinya.
Saya mememukan acara bagus malam ini. Di stasiun RTV.
Sebuah film yang bikin geregetan dan kepingin banget liat ; August Rush.
Selain pemainnya sudah sering lihat, sepertinya film ini seru juga.
Setelah filmnya usai dengan ending yang gak nyess, saya ingin menulis sebuah prosa lagi.
Tapi setelah prolognya tersusun rapi, saya lupa harus menulisnya diatas kasur sebelum tidur.
Malam.
Kenapa cuma ini yang saya ingat.
Malam/taat/makam/ada/ini/apa/asa/kakak/katak/kapak/
Oke saya sungguhan ngantuk
Akhirnya setelah keadaan ini berangsur-angsur dengan baik. Tentunya masih dengan terus berdoa dan mengusahakan dan berharap ketemu seseorang /okehyanginigaknyambung
Saya tetiba pingin masak-masak. Sedang dirumah. Lebih tepatnya pingin terus pulang kerumah haha.
Setelah kemarin sore pulang dan meliha ada oven a.k.a microwave dikeluarin dari kardusnya. Kayanya itu microwave udah dari kapan tau dapet dari doorprize dan baru dikeluarin lagi dengan niat mau dipake masak bersama saya /plak. oh ya baru ingat perihal microwave yang gak pernah dipake karena listrik rumah ga kuat nampung :p
Yak, hari ini setelah pulang pergi -yang memusingkan- dan saya nyadar saya emang sakit setelah ada orang diseberang telpon semalam bilang : flu ya? Haha
Saya cari-cari resep masakan. Macaroni schotel. Tetiba pingin masak spaghetti, tetiba juga nyari resep2 masakan lain yang mudah dimasak tanpa oven T.T semacam pizza yang dimasak di rice cooker, brownis dan bolu yabg dimasak di rice cooker sampai nemu resep seblak basah :3
Yuhuu
Sayang sih ya, lagi shaum /eh
Maksudnya bisa kali masaknya buat buka puasa haha~
Baybay, saya gak bisa ngapa2in ... T.T
akhirnya saya bisa mengalirkan kata-kata seperti air yang turun perlahan-lahan.
Saya masih membicarakan ini,
tapi saya menyadari sesuatu; selalu menunda-nunda
Ketika saya sedang dirundung ragu, saya menunda-nunda keputusan, sehingga pada akhirnya saya terlambat.
Saya selalu berpikir : Ah, nanti saja kali ya, gak papa
dan well, ternyata hal itu salah. Salah banget,
seperti ketika saya akhirnya mendiamkan tawaran untuk pindah kuliah,
seperti ketika saya memutuskan melepas jurusan animasi di jogjakarta,
seperti ketika saya memutuskan untuk berhenti untuk mencoba, seakan menolak mentah-mentah sebelum mencoba, dan bilang : yah, nanti aja deh, masih ada lain waktu.
Ya, seperti inilah. Ketika sedikit demi sedikit mulai percaya jalan inilah yang sedang dijalani.
/hey, seperti kamu juga. Lebih baik jangan menunda-nunda, semua itu bisa terjawab ketika kita belum mencoba~
Kemarin, saya ke Sekolah lagi, SMA Muhammadiyah 11 Jakarta. Sebelumnya, senin juga mengharuskan saya kesana untuk observasi dan pengenalan guru PKM. Masuk kelas IPS X-2 ancuur T-T saya memalukan. Masuk kelas kedua, alhamdulillah, tapi tidak lega.
dan kemarin, saya masuk kelas yang akan saya ajar X IPA. Dan ketika masuk saya juga merasa agak takut. Plis tholoong~ T^T
Saya menyapukan pandangan. Ini kelas yang akan saya ajar nanti, dan saya perkenalan sendiri -karenakemarinnbertiga-
Yak, yang bikin saya kudu prepare banget ya karena guru aslinya ngajarnya enak banget. Oke, semoga suara saya lucu /plak/ maksudnya kedengeran jelas. Yak, berdiri di depan lumayan lama, tapi berdiri di depan dengan durasi lama juga bisa membuat kita biasa saja. Ya, grogi itu kan wajar ya >.<
dan sore itu akhirnya selesai jugak. Saya balik kekosan ambil barang dan pulang dalam keadaan macet yang menghabiskan ongkos.
Akhirnya mendapat duduk di bawah /takapalah/.
dan saya merasa ketika saya selesai keluar kelas yang akan saya ajar, saya merasa saya akan baik-baik saja. Saya akan bisa mengajar, dan itulah satu-satunya hal yang bikin saya bisa download permainan di Line /ganyambung/
dan saya cuma membayangkan apakah saya bisa mengajarnya .___.
Saya tidak bisa menghindar rupanya. Sepertinya saya harus menjalani ini semua sampai selesai 4 bulan, yak. Saya tinggal menguatkan hati, menguatkan doa dan berusaha. Mau tidak mau ini adalah paksaan yang paling mengerikan ketimbang di cekokin kunyit waktu kecil.
Buktinya, hari ini saya bisa ngomong. Buktinya hari ini saya masih bisa ngomong 'makasih' ke petugas APTB yang selalu bukain pintu, saya bisa nanya sama sembarang orang kalau saya nyasar, saya juga bisa menyapa ibu-bapak guru pakek salam 'Assalamulaikum' sambil tersenyum manis /apasih/
Saya tinggal membiasakan sekali-dua kali buat teriak di depan umum aja >.< iya Nay, kamu bisaaa aaaaaaaaaa
Perjalanan pulang yang menenangkan, walaupun pagi-paginya saya selalu menjadi takut. Hei, hari akan terus berjalan, dan kamu tidak bisa mengindar!
Saya sampai rumah jam 7 malam. Hujan, kehujanan. Naik ojek, abangnya doang yang pake Jas ujan ._. ane tetep keujanan. Sinyal internet hp tetiba jadi jelek, jadi chat Line grup Keluarga ndak masuk. Oke, pada akhirnya saya bisa sedikit lebih tenang dan bisa nafsu makan, makan ikan tongkol XP
Nay, kamu pasti bisa! Iya deh bisaaaa!
Halo!
Assalamualaikum,
/blablabla
Telepon pun usai ...
Selamat pagi Jakatra! Saya kembali di dalam kotak yang harus dibersihkan sangat-sangat. Penuh debu. Seperti kamar tua yang dua tahun ditinggal /lebay
Setelah kemarin melewatkan hal penting dan akhirnya pula tidak jadi. Entahlah~ saya mikir apaan sampai lupa waktu .__.
Sejujurnya ini berat sekali /mulailebay :v
Niat hati ingin mempersiapkan pagi senin esok, pas ingat hari. This is Sunday! waktunya santai dan libur bersama keluarga~ lupakan ~ bagiku minggu itu bukan hari libur T.T besok sudah hari senin dan aktivitas akan berjalan seperti semula, bahkan ini akan semakin berat. Aku lelah~
Pinginnya.. eh pinginnya saya tetap di bogor. Berada dirumah, pergi, lalu kembali ke rumah tercinta.. menyaksikan perjalanan hidup sang kecil yang akan beranjak dewasa, masih bisa merasakan gemercik air kolam, kicauan burung2 di pepohonan dan ocehan orang-orang gila di dalamnya. Tentunya wi-fi an yang selalu on.
Okrey... itu adalah momen yang selalu bikin kangen kan.. meski ada juga gak enaknya macam gak bisa nonton pilem atau disuruh2 :v
Hai Jakarta! Ada sedikit rasa takut yang belum hilang... ah, rasanya memang selalu ingin kembali ke tempat kembali. Saya terlalu lama lupanya ditempat yang 'selalu meminta pulang'
Kalau kata teman saya, "bogor memang selalu bikin kangen,"
Ah begitukah? Sepetrinya ini memang efek 'ketakutan' yang lebay. Meminta kembali ke tempat yang menjanjikan masa depan /apadeh/
Yosha.. pada akhirnya jam 9 lewat ini saya tinggal mencuci piring-gelas-sendok yang berdebu ditinggal pergi. Mana busa /apatuhnamanya/ cuci piringnya udah butut tak layak pakai lagi, musti beli. Ah males beet ieu... ampe lupa belom makan. Makan apa coba~ ahahaha...
dan rencana hri ini? Ntahlah sepertinya saya miskom apa gimana T.T biarlah~~
yang tetiba jam 6 selesai mandi mendapat sms dadakan "Jam 8 di sekolahan"
buseeet~ jam 8 di sekolahan jam 6 baru mandi?! Naik apa gue, pintu doraemon ada kali ya~ aaaa /lupakanstressini
dan keputusannya saya naik kereta. titik. Terus seperti kembali mengulang penyiksaan tiada akhir di kereta Bogor- Tanang Abang Jatinegara yang tidak pernah kosong penumpang. dan saya ditolong mbak-mbak dengan menarik paksa tangan saya biar saya bisa turun. Makasi mbak :') walaupun muka mbak samar-samar dan menghilang tiba-tiba :v
Seperti perkiraan, saya sampai jam 8 di Manggarai. Setelah mencari seseorang, akhirnya kita memutuskan untuk naik bajaj seharga 25.00 *cekreng /efeksuarakalauacarajalan-jalanditipi/
Terus jam set9 saya mendapat panggilann darurat,
"Nuha dimana?"
saya jawab, "Di Bajaj nih,"
dan mereka tertawa sambil nyuruh cepet-cepet,
yaelah, masih di Matraman, naik bajaj mau cepet kumaha .___. terbang kali ye ke Sunan Giri /plak/
Sampai sekolahan tempat kami akan PKM : SMA Muhammadiyah 11 Jakarta. Sepi. euy euy kumaha ieu..
Sampai akhirnya ada titah yang menjawab pertanyaan kami : lt2 ruang kepsek.
Lalu kita kena omel dosen yang ngasih kabar dadakan. et dah, rumah jauh, jam set6 baru tau mau gmana pun gak bisa dateng jam 8 keleus.. grr aaaaa /tenang, tariknapas... keluarin/
Ini semacam kayak ngadepin sesuatu yang lebih gusar setelah ketakutan menjadi kakak mentor. Ane gak bisa, beneran, pasti ini meresahkan sebulan sebelum hari H. dan kali ini saya memutuskan untuk tidak ikut ><\ ampun kakak, saya malu.. belum bisa konsisten megang mentee. Tapi saya juga kali ini dihadapkan dengan sesuatu hal yang lebih besar : Ngajar di sekolahan.
Ini emang lebay. kelewat lebay malah. Tapi beneran deh, rasanya selesai Ramadhan, selesai Idul Fitri, selesai liburan yang sebentar ini /karena belum pergi ke Pantai/, karena belum belajar kamera DSLR, karena akhirnya 'harus' pulang ke Bogor, apalagi merantau lagi ke 'Jakarta' :yang ini pingin ngakak:
Rasa takut ini seperti menghantui sepanjang malam, takut akan hari esok dan hari esok. Kalau saya dibolehin saya pingin pindah kuliah aja deh, cari kuliah yang biasa aja, terus gak harus ngajar, PKL aja itu paling enak sejagat raya ~
Dan, baru tadi malam saya bisa tidur nyenyak. Tidur yang diawali ketiduran diatas karpet dan dibangunin suruh gosok gigi juga karena gatal-gatal karena tidur di karpet rotan /apaitunamanyayak/
iya, baru semalam itu saya tidur begitu nyenyak. Gak mimpi. Rasanya bahagia banget~ Tapi kebahagiaan itu langsung sirna setelah mengingat hari ini saya musti ke sekolah. Keluar kandang, dan naasnya dapat kabar dadakan dari dosen yang itu itu lagi.
Yah, nay, setidaknya kamu jangan pernah lupa berdoa. Dan percaya~ bahwa kekuatan doa itu nyata, nyata banget. Positive thinking kalau Allah sayang banget sama kamu, sampai bikin kamu gagap setiap didepan orang baru.
Ada satu hal sebenarnya yang saya lebih takutkan. Saya takut dipandang orang jadi buruk. Saya suka tidak tahu harus ber-'atitude' apa. Saya ini kadang childish, mungkin pula kelewat polos, suka grogian dan tetiba menjadi bukan 'saya' perihal volume suara saya. Sebenarnya itu saja, kalau saja saya bisa mengatasinya dengan satu cara, saya bisa mendapatkan 'the real my world' di dunia nyata. Tapi, nyatanya... osh... kamu harus terus berdo'a Nay.
Semua orang takut. Tapi sepertinya tidak pernah setakut saya, yang sampai mau pindah kuliah, pindah planet dan kepingin mati. Ini lebay /tapi ini sungguhan apa adanya/
Btw, saya ngajar bahasa Arab disana, kelas 10. Saya yang pilih sendiri. Biar anak-anaknya masih enak diatur. Pada doain yak~ Aamiin~
btw, saya juga pingin bikin reward-reward an di kelas saya nanti. Saya harap saya bisa mengajar dengan cara yang enak, tapi tidak menghilangkan ke'khas'an saya. Emang punya ciri khas?! /tanyalahpadatembokyangdingin/
kamu bisa gambar nay, setidaknya kamu juga bisa gambar ai~ /terus?
Mungkin kita bisa buka les gambar :v
Ternyata 15 hari full bersama keluarga, membuat saya belajar. Belajar tentang kehidupan.
Usia yang tidak lagi muda ternyata. 21 tahun.
Ketika hari pertama lebaran, pergi bertamu silaturahmi ke rumah-rumah tetangga yang kebanyakan tetangga dari mbah dan punya nostalgia masa kecil dengan ayah dan ibu saya, bersama anak-anak kecil yang sebentar lagi pun akan beranjak dewasa, saya menyadari saya tidaklah muda lagi.
Berbeda dengan tahun lalu, kali ini saya lebih banyak diam. Tidak cengar-cengir duduk bareng anak-anak kecil yang kerjaannya ngambilin 'panganan' atau mereka yang selalu ngabisin jelly bermerk 'inaco'.
Ya, obrolan-obrolan selingan ketika berpamitan tentang 'mantu' pun terucap di berbagai rumah. juga banyak doa yang terucap dan saya selalu meng-amininya dengan sepenuh hati.
Terlepas dari itu, dua adik saya berkoar-koar setiap saat. Bahkan salah satu dari mereka membawa percakapan-percakapan yang tidak lagi sakral di rumah-rumah orang, membisikkan kepada ayah atau ibu saya dan oh men, ini menjadi memuakkan.
ya, saya memang merasa menjadi tua. Dengan tuntutan hidup yang semakin memaksa. oh dear, tak tahukah saya juga menginginkan segala mimpi-mimpi kecil itu tercapai. Tapi nyatanya, tumbuh menjadi dewasa itu tidak semudah yang pernah dibayangkan, bahkan saat-saat dewasa seperti ini malah pinginnya balik lagi ke masa-masa anak kecil /selamanya/
Kebiasaan mengamati sekitar pun tidak pernah luput. dan semoga tidak pernah hilang. Mengamati sekitar membuat diri ini perlahan-lahan ingin mengikiskan sifat 'childish' yang kadang menjadi menggila.
Hidup terus menerus bersama orang tua pun kadang membuat kita selalu 'manja' menjadi anak. Karena orang tua tetap akan menjadi orang tua, tetap mengganggap kita adalah anak mereka, anak kecil mereka -yah walaupun sebenernya enggak juga- Tapi percaya deh, seseorang, mau kita lihat begitu dewasa, anggun, cool, macho, kalau sudah bersama orangtuanya, kadang ia menjadi seperti anak ingusan yang senangnya meletakkan kepalanya dipangkuan ibundanya.
Seperti yang sering saya bilang, saya ceritakan bahkan membuat saya miris. Kehidupan keluarga saya di kampung sana, yang mana saya menyadari -akhirnya- pendidikan pertama yang paling utama jatuh pada orangtua. Banyak anak-anak yang dibiarkan 'bebas' bermain sesukanya. Berlarian bersama temannya, duduk-duduk santai menonton acara televisi anak atau sekedar bersendau gurau dengan orang-orang tua yang duduk-duduk sore sambil minum kopi.
Sejatinya, orangtua selalu menjadi contoh pertama seorang anak. Seperti yang saya lihat dalam sebuah keluarga kecil, seorang anak, ayah dan ibu yang kerja di luar negeri. Anak satu-satunya yang masih manja, walaupun pintar berbahasa indonesia, tetapi sebenarnya ia kurang mendapat perhatian dari ayahnya sendiri. Waktu shalat tiba, tapi jarang diajak shalat. Miris lihat generasi sendiri yang pada akhirnya kadangkala cuma 'baik' ketika kami datang. Yah, sedikit demi sedikit kami harus menerapkan budaya keislaman di keluarga sendiri.
Ah ya, menjadi tua kan? Memikirkan pendidikan-pendidikan keluarga.
sudah saya bilang, saya memang sedang belajar kehidupan.
Karena hidup itu terlalu keras untuk selalu diberi kemudahan seperti salah seorang di keluarga saya. Bikin iri? iya banget,
Tapi ibu saya selalu bilang, semua orang punya kadarnya masing-masing.
Jadi, sekarang gak salah dong kalau saya menuntut saya gak bisa selalu jadi bagian kalian yang begitu militan tanpa pandang bulu. Saya juga punya kadarnya. Mungkin saya mengukur kadar saya untuk keluarga saya lebih banyak ketimbang di kampus -dan saya baru menyadari itu-
Saya tetap disana, tapi saya juga ternyata sedih melihat keadaan saya yang seperti ini.
Jadi ingat perkataan seseorang yang selalu ngutip cerita dari salah satu novel favoritnya.
Yah, meskipun saya seringsekali ngilang karena sebuah 'penyakit' ini, toh, saya akan kembali, saya hanya sedang ingin memperbaiki...
#2014, sepanjang perjalanan
Selepas Shalat 'Id, saya berjalan beriringan dengan nenek saya. Sehabis nenek saya berbincang dengan seseorang. Kemudian beliau merasa saya amati dan berkata :
"Itu tadi pacar mbah.."
"Hah?"
"Eh iya, itu tadi teman mbah, pacar ya teman mbah dulu, tapi ndak jadi nikah karena orangtua mbah ndak setuju"
-saya cengo. pacar ya teman? ce-el-be-ka toh tadi, pantes kok mesra /plak
Semangat zzzz!
Hari sudah petang, seusai kami pergi silaturahmi.
Saya duduk dikursi belakang dengan dua orang bocah, yang sebelah kanan sudah tidur, sebelah kiri masih merem-melek-merem-melek
saya menawarkan bahu, tapi ditolak mentah-mentah
Tiba-tiba dia berseru,
"Aku tidak boleh tidur! Aku harus semangat!"
terus hening...
saya tengok ke samping, menyipitkan mata lalu ternyata dia langsung tidur zzz
dengan rasa hormat, saya ingin menyapa Agustus.
Agustus yang datang tanpa pernah bilang ingin datang; tiba-tiba
yang lagi-lagi saya mengira kalau Juli berakhir di tanggal 31 pada hari Jumat.
Hallo Agustus, kamu membawa hujan ya dikotaku -ketika kami baru sampai-
Hallo Agustus, saya sebenarnya ingin banyak berbicara ini-itu kepada orang, ya tidak apa jika hanya seorang.
Akhir-akhir ini seseorang lebih sering menelponku dan mau membalas pesanku loh :)
Hallo Agustus, saya ingin sering banyak bercerita; disini
juga ingin mulai membenahi cerita-cerita mimpi lama
Agustus, saya sudah tua rupanya.
Banyak doa juga lebih banyak tuntutan, tapi saya ingin meyakini dengan keyakinan besar : saya ingin sekali-kali diusia yang semakin menua diberi banyak kemudahan untuk 'satu mimpi' bersama seseorang yang saya inginkan menjalani hidup di masa depan.
Agustus, maukah jadi lembar-lembar yang kupenuhi dengan cerita perjalanan ini?
hey, aku sedang bosan..
aku sedang membaca sebuah novel ditengah perjalanan, dengan alunan lagu -ah abaikan alunan lagu tidak sinkron ini-
isi ceritanya melankoli, tentunya bukan soal lelaki dalam cerita ini. tapi tentang tokoh utama; seorang perempuan yang lebih suka buku ketimbang belanja baju, yang tidak suka hal hal manis semacam warna feminim -pink dan menyukai puisi.
ey, aku bosan tapi aku rindu sesuatu.
#perjalanan Bogor-Madiun, 22 Juli 2014 10:07