Rinai diatas Payung #30DaysWriting

By Nayla Nuha - Januari 23, 2015

Hari ini mendung berbicara,
Ia hendak mengguyur cerita sepanjang hari
Aku tidak tahu apakah ia sedang bersedih atau sedang bersenang-senang menutupi mentari yang kerap menjadi pemalu ketika kelabu datang,

Ia menyuruhku bergegas bersiap mencari tumpangan untuk memenuhi janji kehadiran.
Nyatanya, waktu mengulurkannya disela-sela hiruk pikuk waktu tunggu di stasiun.
Lalu aku berbicara sendiri pada alunan lagu yang berbisik-bisik disela kantuk.
Ah, kulirik waktu sedang tersenyum. Aku terlambat, dan ia tetap tersenyum.

Diluar, hujan sedang bernyanyi-nyanyi sendiri. Menertawai jalanan dan gedung-gedung yang basah, menertawai pejalanan kaki yang berlari-lari kecil sambil melindungi kepalanya dengan barang seadanya.

Dan aku memberanikan diri membuka payung. Payung yang rusak di salah satu ujungnya.

Tawanya renyah, serenyah rasa lapar mengunyah biskuit kesukaan.
Langkah kecil yang awas dengan payung diatasnya.
rintiknya sedang mencoba menyapa. Bahagia bertemu lengkungan payung. Berjabat tangan, lalu bermain-main seperti anak kecil yang ketagihan main perosotan.

Lalu kuputar-putar payung itu. Hujan tertawa senang sambil melompat-lompat. Ah ternyata mereka cepat akrab dan bersahabat.

Di ruang tunggu yang berikutnya,
Hujan tengah menggoda lantunan musik yang tersembunyi di balik reruntuhan gedung.
Hendak membuatku tersenyum lalu ikut menari.
Ada simfoni musik alam dibuatnya, sebuah pertunjukkan bertuan rumahkan katak di balik pembatas jalan.

Ah, begitu gembiranyakah hujan
Sampai aliran air memilihkan jalan pinggir untuk sampai..

Sudah memberiku kenangan di pagi yang hujan,
kubiarkan rinai bermain dengan lengkungan payung. Biar ia tahu, tidak ada yang membencinya meski harus berdiri dibawah payung.

Masih ada suara berlarian diatasnya, dan aku memutar payung lagi. Mungkin sampai hujan berhenti;

#09
#Bogor-Jakarta-Bogor

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar