Hai buk,

By Nayla Nuha - Februari 23, 2014

Hai buk, apa kabarnya?
Rasanya baru tadi siang aku tersenyum membaca pesan singkatmu yang penuh khawatir,
sekali dua kali, bahkan tiga kali anakmu ini memang perlu nyasar, walaupun itu sebenarnya memalukan untuk seorang gadis seusiaku. Tapi apa boleh buat? Keberanian itu bukannya kau yang selalu tuntut? Mungkin nanti setelah nyasar berulang kali, aku bisa membawamu berjalan-jalan keliling-keliling kota tetangga.

Hai buk, apa kabarnya?
Pasti ibu sudah lelah dan tidur di ranjang yang nyaman itu. Istirahatlah.. Aku tahu seorang ibu yang hebat punya banyak cerita dimana-mana. Luar biasa..
Kadangkala ketika ada rindu yang membuncah di tempat yang jauh, aku selalu mengingat semuanya tentangmu yang selalu kukagumi, meski kita selalu menjadi musuh dan kadangkala menjengkelkan.

Jika jarak menjadi jauh, ada kepingan-kepingan rindu yang tersimpan dan membuatku ingin menangis. Meski malu berucap "aku mencintaimu" lalu memelukmu erat. Ada ego yang tidak pernah roboh diantara kita bukan? Tapi aku ingin selalu mencobanya, meski akhirnya aku cuma diam dan menahan sesak di dada dengan banyak penyesalan dan bayangan-bayangan ketakutan yang menghantuiku tiba-tiba

Hai buk, apa kabarnya?
Aku lupa  minum obat lagi sesuai jadwal yang ibu berikan. Maafkan aku buk, aku juga telat makan karena waktu tidak memberitahuku bahwa hari mulai petang; juga kesulitan mencari air dan makanan di perjalanan pulang.

Hai buk, apa kabarnya?
tiba-tiba aku teringat air wajahmu saat datang membuka pintu, mengucap salam dan memberikan senyum  bahagia. Selalu ingin mencium tanganmu sebagai bukti bakti dan cinta padamu. Lalu, ibu akan duduk dikursi ruang tamu sambil merebahkan kaki, kadang meminta segelas air hangat atau mengisi baterai handphone yang selalu membuatmu mematung memencet tuts-tutsnya.

Hai buk, apa kabarnya?
Semoga Allah selalu melindungimu :)
Ketika jauh, kita sering berbicara rindu.. Bertanya keseharian yang bahkan sekarang aku menjadi rindu. Tapi ini sudah larut malam bukan? dan pasti aku akan dimarahi habis-habisan kalau ketahuan masih bermain dengan tulisan-tulisan ini.

Hai buk, 
Aku selalu ingin bertanya, bagaimana caranya ibu bisa selalu memasang wajah sebegitu bahagianya? Bahkan ketika ibu marah, yang keluar cuma omel-omelan tentang kesalahan kami dan bukan perasaan hatimu. Ketika ayah sering menyebalkan, atau ketika ibu menangis diam-diam. Pada siapa ibu sering bercerita? Bukankah setiap orang butuh orang lain untuk mendengarkan ceritamu? Atau jangan-jangan ibu punya dunia seperti aku, bercerita di bawah langit malam sambil menanti lukisan bintang *ah ini ngaco*

Ibu, aku tahu ada banyak ketakutan-ketakutan untuk banyak kehilangan. Perlahan-lahan kami sudah dewasa, lalu pergi. Tapi ketika pulang, kami kembali seperti anak-anak kecil yang masih minta disuapi dengan manja, atau bercerita panjang-lebar tentang dunia-dunia yang sering ibu sarankan untuk kami jelajahi.

Lalu, aku ingat lagi tentang video yang pernah ibu kirim. Aku menontonnya lalu ingat ibu, lalu aku menangis di depan pintu kamar. Lalu mengirimkan kata-kata cinta yang tidak pernah ingin kubuat picisan. Sungguh, cinta ibu pada anaknya itu begitu indah. Tidak ada yang terkamuflase. Dari kalimat-kalimat nasihat yang sering kuanggap itu omelan, atau kalimat-kalimat sayang yang sering kuanggap cacian...

Bagaimana pun, disamping ketidak sukaan yang kadangkala muncul, aku tetap ingin mencintaimu dan ibu selalu mencoba memperlihatkan rasa cinta untuk anak-anaknya dengan cara Ibu.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar