Pengangguran, Pengusaha, Freelance

By Nayla Nuha - September 17, 2016

Setengah tahun. Melepas stastus mahasiswa.
Sama sekali gak minat nyari kerja dan niat melepas status mahasiswa jadi sarjana cuma buat bebas ngelakuin apa yang pingin dilakuin. Tapi nyatanya itu gak berhasil 100 persen pemirsa.

Ada satu hal yang dilakukan sebelum melepas status mahasiswa. Pingin bikin usaha percetakan sendiri. Tapi nyatanya, ngebangun usaha gak semudah membalikkan telapak tangan.

Persaingan banyak, konsumen pun banyak, yang minta murah dan tak mau murahan pun banyak. Rasanya mitra dan jaringan juga tidak banyak untuk orang kayak saya.

Melamar kerja, saya pernah berpikir itu sesekali. Tapi tertutupi lagi dengan hal yang ingin saya lakukan : bekerja dengan sesuatu yang disenangi.

Setengah tahun. menyandang gelar pengangguran? Bagi saya tidak. Bagi oranglain mungkin iya. Hampir setiap hari saya tidak punya waktu bermain keluar, sekedar cipika cipiki membicarakan kenangan atau menikmati sajian di cafe atau restoran dengan berbagai angle foto yang keren buat di upload di media sosial.

Saya pun gak serta merta panik gak punya uang sendiri yang dihasilkan. Saya pakai uang saya buat apa? Buat pergi sejenak, menikmati kereta, membeli sedikit camilan ringan atau air mineral. Membeli buku-buku kosong untuk dicorat-coret, menikmati rak-rak dengan harum buku-buku baru, membelinya satu-dua dan sesampainya dirumah hanya saya tata rapi tanpa membukanya. Atau sekedar  mendatangi event dengan mengajak makan dan jalan adik saya dan mengusulkan untuk ikut andil dalam mengatur belanja bulanan. Itu saja.

Katanya kegiatan golongan darah  A itu cenderung membosankan. Secara tidak langsung, mereka memperinci agenda setiap harinya. Ya, saya baru menyadarinya beberapa tahun ini. Bosan. Iya. Dibilang gak bosan juga iya.

Ketika saya ingin jalan-jalan, memilih waktu yang tidak ramai, di hari kerja, terkesan benar-benar seperti pengangguran, haha. Mengingat teman-teman kampus dan sekolah dulu pada bekerja di hari kerja. Kalaupun tidak, mereka lah yang masuk ke dalam lingkaran 'masih pengangguran' dan itu akan sangat menyusahkan ketika ngajak, ga ada budget.

Sabarlah ~ 

Dibilang pengusaha juga gak bisa. Usaha saya masih kecil-kecilan, bekerja sesuka hati, uang yang dihasilkan juga gak sampai gaji-gaji kalian sebulan haha. Tapi entah kenapa, saya merasa sangat cukup. Sangaaat cukup... untuk banyak menabung, meski kenyataannya saya belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri sebanyak apakah uang nyata milik saya. Haha

Dibilang Freelance juga bukan. Saingan di dunia yang ingin saya geluti : desain dan illustrator banyak banget. Banyak banget yang kerennya bikin sakit perut. Dan akhirnya saya menyadari, mengapa orang-orang begitu memburu sesuatu hal dalam pendidikannya, semacam gelar. Gelar itu pengaruh banget ya :"" Apalah daku yang gelarnya melenceng dari impian awal. Saya akhirnya sadar, begitu hebatnya sebuah gelar dalam karir.Freelance itu di bidang ini, penghasilannya bisa melebihi karyawan biasa. Ya, jika kita ditawari dan menawari portofolio kita yang luar biasa, terlebih lagi kalau ada gelar yang mendukung hehe. Sejauh yang saya perhatikan, mereka yang sungguhan fokus punya gelar Freelance yang keren.

Ah apalah diantara ketiga itu, yang paling bikin nyesek dan baru semalem aja dapat pernyataan setelah bilang 'kerja dirumah' dibilang 'Oh udah nikah sih ya kak' Duh dek :"" yang kayak gini emang cocoknya buat yang udah nikah ya haha *dih jadi baper wkwk




  • Share:

You Might Also Like

0 komentar