Pro-sa

By Nayla Nuha - April 25, 2015

Saya habis membaca ulang prosa-prosa. Yang terangkum dalam buku berjudulkan kenangan. Yang saya pilih-pilih judulnya untuk dibaca kesekian kalinya. Sesekali diam dihalaman depan judulnya. 

Malam ini, tidak ada satu pun yang terselesaikan. Pun tentang kata-kata yang baru di tulis malam tadi.
Sebentuk puisi yang masih menggantung, minta diselesaikan. Padahal sudah berganti-ganti malam.
Dongeng sebelum tidur. Anggap saja seperti itu. Sebelum doa menutupnya, dan memberi mimpi indah.
Lewat sebentuk lagu dan berlembar-lembar kata. 

Sayang, ada rindu yang diam-diam membeku. Tidak menggerakkan hati, pun melupakan mimpi-mimpi. Bahkan sekedar untuk menumbuhkan kenangan-kenangan. 

Ada yang berbisik pada prosa, tapi pesannya belum sampai. Lupa bagaimana caranya.
Hey, bagaimana hujan sampai bikin lupa membuat kenangan. Padahal tempo lalu, aku bilang membuat kenangan itu mudah.

Hey, apa sepertinya aku memang butuh bertemu kamu, yang berjalan-jalan sambil bergumam dengan pertanyaan-pertanyaan dari pemikiran-pemikiran rumit yang terdengar sederhana. 

Hey, tolong beri segelas yang mampu mengingatkan caranya berbisik pada prosa, ataukah lewat jemarimu. Atau cuma mencipta obrolan sederhana yang singkat, juga lewat kepergianmu yang selalu tiba-tiba. 

Hey, atau mungkin aku harus berjalan-jalan sendiri. Mencari angin, dan menunggu hujan bercerita sambil membuatku melebur bersamanya. 

Ah, seandainya kamu serupa lembar-lembar ini yang bisa kubaca sekarang...

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar