Setengah (tidak) akan menjadi Satu

By Nayla Nuha - Februari 13, 2015

Kalau pernyataan diatas kalian bilang benar, berarti kita senasib.
Hari ini dua hari menjelang penutupan minggu. Seminggu yang lebih sering bolak-balik dan cuma nongkrong di depan laptop di malam hari. Selebihnya, jalan-jalan kesana-sini, anterin barang, bertemu orang dan menghilangkan rasa takut dan err.. malas.

Pergi ke kampus tanpa ketemu satu pun anak yang sejurusan dan seangkatan, menjadikan diri gak ngerasa anak kuliahan jurusan 'bla bla' Bahkan lebih sering lupa nama semester yang sedang dijalani. Ataupun angkatan, yah.. ataupun ruang kelas. Udah angkatan tua dan harus secepatnya beranjak dari kampus ini. Yah, lupa juga sama 'skripsi' yang harusnya dijalani

Materi yang diambil untuk skripsi lumayan sulit. Pengembangan Game bro. Ngembangin game yang udah ada, dan omaigat, saya lupa untuk bersemangat. Saya lupa untuk belajar dan saya selalu lupa judul yang sudah dibuat. Ya, bertemu banyak orang memang bisa membuat keadaan membaik, tapi gak ketemu sama temen jurusan, akan membuat lupa apa yang hendak dicapai di setengah tahun ini.

Setengah-setengah.
Kalau setengah ditambah setengah emang bisa satu. Tapi kalau setengahnya, berbeda 180 derajat, gak bakalan bisa nyambung.

Setengah (seperti) dibuang.
Ketika ditanya jurusan, banyak orang yang salah menyebutkan jurusan. Yah, sebut saja mereka menebak jurusan dengan melihat apa yang sering mereka lihat dan dengar, lalu melihat orangnya. /gak ada adem2nya sama sekali/
Lalu saya sering berdalih, apalagi ketika mendapati obrolan yang membuat hati senang riang gembira, saya pasti membuka luka. Ah biarlah, lukanya sudah dibuat kering oleh kepasrahan diri #eaa

Setahun kemarin saya sempat mendaftar di salah satu instansi non-formal dibidang art. Dan itu mahal. Iya tau kok gue maal T-T dan dengan kemantapan hati saya daftar sendiri, jalan sendiri, sampai bayar-bayar sendiri. Tapi apalah guna disaat yang sama semester meanugerahi kegiatan yang bejibun. Amanah yang dipegang tidaklah cukup membuat waktu meluangnya sedikit untuk sekedar belajar ini, dan parahnya lagi, hal yang saya sesali dengan terlambat, bahwa saya lupa kalau saya adalah tipe orang yang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Oh dear.. akhirnya saya menyerah.

Mimpi yang pernah terbayangkan terpotong setengah.
Kamu akan bisa apa? ketika berhenti di jalan...

Lalu, sejak sekolah menengah pertama dengan ke'sok' tahuan dan ke 'sok2an' saya sering belajar otodidak di depan layar bernama komputer. Saya menyukai hal-hal yang menarik seperti gambar dan cerita. Dulu, Hampir setiap hari saya bisa mainan game atau nulis-nulis gaje tulisan yang nempel dibuku-buku cerita ala anak SD-SMP dengan gambar seadanya.

Sampai pada akhirnya saya merusakkan komputer kesayangan itu. Mengubah OSnya jadi  Macos, dan saya antara senang juga sedih. Tapi sudahlah lupakan~

Dan mulailah pada akhirnya -saya yang tidak punya tujuan hidup- memutuskan untuk mengenyam pendidikan di sekolah IT. yang ternyata minim fasilitas, tapi mendorong saya benar-benar ingin belajar.

Mulailah saya begadang untuk membuat website, lalu poster-posteran, mainan vector dan terakhir bikin animasi-animasi kecil yang ecek-ecek pake Flash.

Keinginan untuk menggeluti bidang-bidang sejenis itu akhirnya memantapkan hati saya. Bahkan, saya akhirnya banyak menghabiskan uang jajan -dulu masih dikasih 10.000 pas SMA plus ongkos PP- untuk membeli majalah desain -sekarang udah gak ada-. Saya beli setiap bulannya, saya baca, saya pahami, saya amati dan akhirnya saya menyukai desain-desain yang macamnya seperti itu.

Yah, ilmu ketika di Sekolah menengah kejuruan itu ternyata tidak pernah cukup. Terlebih lagi ketika kamu nyungsep dan berakhir di jurusan yang 180 derajat beda banget. Lingkungan yang tidak sering 'update' hal macam beginian, sampai hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu dipertanyakan.

Ketika ingin menggeluti satu bidang ini ditambah jalan dengan rajin dan mendapat nilai bagus di perkuliahan, ternyata itu sangatlah mustahil untuk diraih. Kadangkala banyak pujian yang datang, mungkin ini juga sebagai nilai plus mahasiswa jurusan bahasa yang bisa IT dan semacamnya. Tapi ternyata ini tidaklah pernah cukup.

Belum lagi satu hal yang tidak 'sengaja' diseriusin lagi setelah bertemu seseorang yang hampir serupa di jurusan. Gambar. Ya, entahlah, itu semacam  motivasi untuk bertahan sampai akhir dan menemukan jati diri.

Tidak hanya itu, bidang yang lumayan mirip-mirip lagi, yang menjadi cita-cita seorang anak kecil dulu. Penulis. Entahlah~ sampai sekarang saya masih nulis. Nulis yang gak jelas. Bahkan saya dulu harus mati-matian belajar berpuisi sampai bisa dadakan bikin puisi di handphone atau layar blog ketika dibuka doang. 

Tapi, setengah tetap jadi setengah.
Sayangnya, saya melakukan semuanya setengah.
Desain.
Saya cuma jalani yang seperti ini aja, Tidak belajar hal baru, ketika bosan, merasa desain sudah jadul, saya kadang menyerah. Kadang sama sekali buntu dan akhirnya membiarkan desain yang lama berkeliaran.
Gambar.
saya bisa apa sih? Liat timeline berkeliaran para master yang sedang mengutuk dirinya, bilang kalau gambarannya butut dan cupu. Saya? lebih lagi. Bahkan untuk sekedar belajar menggambar, latihan menggambar rasanya sudah putus asa duluan. Saya ini hanya sebagian kecil debu yang menempel di kaca jendela.
Nulis.
Sebatas nulis blog aja sampai sekarang. Kirim penerbit? Masa cerita dengan prolog dua halaman saja sudah mau diterbitkan. Atau puisi-puisi Galau(women) masih ada yang mau baca?

Haha, coba lihat, tidak ada yang fokus ingin diseriusin. Rasanya Desain, gambar dan nulis adalah satu kesatuan. Sayangnya perekat untuk menjadikannya sempurna belum ditemukan.

Sampai sekarang semua berjalan 'apa adanya' tidak ada waktu luang yang penuh kerja keras untuk ditekuni.
Saya ini ngapain aja T-T

Saya cuma minta do'a. Maapin yak

#Jakarta, 13 Februari 2015

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar