Selamat malam, semoga tersampaikan

By Nayla Nuha - Juni 17, 2014

Selamat malam,
sudah berapa malam aku ingin singgah tapi enggan menyapa

Selamat malam, sudah berpuluh-puluh kata terangkum lalu kandas karena memori menjadi kelebihan nuatan. Aku tidak bisa membaca sisa persennya berapa, atau ada ruang kosong yang sedikit menerima kata perkata yang sengaja kurangkum agar aku bisa selalu meningatnya. 

Suatu malam dia sedang bertanya pada dirinya sendiri. Ditengah malam-malam yang mencuri waktu untuk mengunjungi sudut cerita paling sunyi. Lalu ia bertanya pada seseorang -padahal seseorang itu mungkin tidak pernah tahu- Lalu ada air mata yang jatuh diujung matanya. Perlahan, sangat perlahan. Hingga isaknya tidak bisa didengar siapapun kecuali hatinya sendiri. Ia sesak, karena air mata yang jatuh itu semakin menyakitkan.

Ah, siapa pula peduli pada jawaban-jawaban setiap pertanyaan yang dilontarkan. Pertanyaan itu hanya sebatas kalimat-kalimat ketidaksanggupan yang enggan dibuang percuma. Lalu dibalik tangisannya yang sembunyi-sembunyi ada yang membisikkan doa menjelang tidur lalu menutup matanya perlahan. Biar tidak ada tangis yang menyakitimu. Tidurlah yang tenang, esok akan baik-baik saja.

Lalu, suatu siang dalam sebuah deretan meja makan yang penuh dengan piring-piring kotor dan orang-orang yang berlalu lalang, ada seorang teman disampingnya yang bertanya padanya. Menanyakannya sebuah pilihan. Tentang kebersamaan dengan orang yang sering membuat kita bahagia atau orang yang sering membuat kita jengkel. Lalu dia menepisnya dengan senyuman sepenuhnya sambil menggeleng,
"Bukan berarti ketika seseorang yang membuat kita selalu senang, adalah pilihan hati",
ia ingin menjawabnya dan ia juga ingin mengatakan kepada seorang disampingnya bahwa ia sudah merasa bahagia, meski persentase bahagia dalam hatinya masih perlu kekuatan untuk menghapus rasa sakitnya. Tapi ia cuma tersenyum sebisanya, semanis yang ia bisa, lalu menggeleng dan berkata,
"Tidak, tidak apa-apa. Cukup begini saja kok,".

Kemudian, perbincangan itu selesai. Dan dia menyadari sesuatu didalam dirinya, ada perasaan yang tidak dimengerti, tidak logis dan menahannya untuk tetap diam ditempatnya.

------------------

Lalu, dimana kamu sekarang? Sedang refleksi menghindari orang-orang?
Seperti ketika kamu berjalan dan hanya menatap jalan didepan tanpa melihatku, cuma berkata 'ya' dan 'tidak' lalu berlalu tanpa sedetik saja menoleh padaku. 

Lalu, dimana kamu sekarang? Menghentikan koneksi kita dan tenggelam dalam lamunanmu sendiri -yang tanpa ada aku- 

Lalu, aku harus selalu datang di sudut-sudut malam yang rasanya seperti kamu. Ketika aku bercerita, kamu memang hanya mendengarkan...

#Selamat malam, selamat menulis...


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar