Ramadhan hari kedua. Shalat Tarawih ketiga di masjid. Setelah pertama tarawih ditinggal
dan lama kelamaan anak kecil itu sholatnya goyang-goyang tapi dia ikut terus sampai akhir.
Tarawih kedua, gegara saya diajak pergi dan pulang jam setengah 6, lalu saya akan uts balaghah, saya shalat dirumah bersama ibu. Dan saya gak mikirin anak kecil bermukena hijau lagi
Tarawih ketiga, sekeluarga lengkap tarawih di masjid. Dapat tempat diluar yang panas naudzubillaah, dan eng ing eng. Mereka meninggalkan saya lagi, seorang diri di shaf belakang. Ini guenya yang dodol apa gimana -_- dan saya bertemu anak kecil tampang anak ilang bermukena hijau yang akhirnya sajadahnya barengan lagi ama saya dan dia shalat persis sebelah kanan saya. Ini jodoh? akhirnya saya berpikiran kalau saya emang jodoh sama anak kecil bertampang anak ilang bermukena hijau. Sampai sekarang saya gak berani nanya, "dek, namanya siapa? mamanya mana? kesininya sama siapa? kamu emang beneran gak punya sajadah ya?" saya pasti digebuk ibu-ibu di mesjid, naasnya kalau sampai digebuk bocah-bocah yang kerjaannya lari-larian.
iya, saya jodoh emang sama anak kecil bermukena hijau ._.
bay bay
/entah kenapa ramadhan pertama dan kedua saya sedang bad mood. Rasanya seperti err.. dihempaskan sangat jauh, dan ya, sakit sekali .. /pukpukpuk
Selamat Puasa!
Nay, harus sehat ya!
Sehat sehat sehat~
Jangan sakit terus... pokoknya harus sehat!
/menyemangatidirisendirisiapatahubisamenyembuhkan~
Hai,
aku sedang berbicara pada malam;
yang sinarnya selalu bergantung pada cahaya rembulan juga jutaan bintang-bintang yang kerlap-kerlip
Malam seperti larut
serupa aku mengaduk segelas kopi untuk kuteguk menahan kantuk
warnanya pekat kecoklatan, tapi harum seperti wangi malam yang menggodaku
Hai,
kamu pasti tidak melihat ini
sebentar lagi langit menunjukkan sebaris cahaya dari galaksi yang sering kuimpikan
Tapi tidak mudah menyentuhnya
kita ada dalam batas;
layaknya cinta yang memekarkan kita tapi tidak untuk saling dekat
aku ini bintang; kita akan selalu setia
Apakah ini kebetulan?
Masuk kloter pertama dan ngantri super sabar yang akhirannya nyesek karena anak-anak kecil dan orang-orang itu tidak tahu pentingnya arti antre.
Pertunjukkan dimulai, dan saya jadi ingat sesuatu. Bulan kedua, dua tahun lalu. Tempat ini seperti tidak banyak berubah. Hanya saja saya baru menyadari sudah 2 tahun lamanya itu lama sekali ya ._.
dan entah kenapa saya selalu suka dengan semuanya, hari ini, seperti mendapat feel dari pemandangan langit malam nan luar biasa, walaupun kali ini saya lebih fokus dengerin sang narator ngomong yang banyak salahnya, dan terkesan berat serta ngedumel sendiri lantaran banyak sekali bocah-bocah yang berisik.
.. juga entah kenapa pingin ada seseorang itu bersama saya /plak
Lalu, saya seperti mengulang perjalanan. Menerka-nerka hal-hal kecil yang saya lewatkan, mencoba mengingat semuanya. Tapi, tidak juga terlalu ingat, nyatanya itu ternyata sudah lama :') dan rasanya saya harus me-capture ulang hadiah yang diberikan ditengah pertunjukkan yang selalu luar biasa itu *eh*
dan rasanya saya jatuh cinta lagi ...
... pada seseorang; langit, malam, berbintang, bulan, sinar, galaksi, hujan ..
#selamatmalam
/saya kehilangan ide untuk menulis deadline yang besok ..
mungkin ketika ada waktu yang mengembalikan kita
aku bisa merangkum kata-kata itu
yang rumit padahal sederhana
Lalu membaca catatan harianmu
dan aku akan mengadahkan pandanganku ke langit sana
Biar kutemukan gumpalan kata-kata serupa awan
lalu kujatuhkan bersamaan ketika kamu membuka payungmu
sayangnya, kamu tidak pernah memiliki payung itu
atau mungkin kamu hanya enggan memakainya ketika aku mencoba memahamimu
kamu terlalu menerima, tapi perlahan menutup diri.
rasanya, aku seperti orang asing bagimu. Begitukah?
sudah berapa malam aku ingin singgah tapi enggan menyapa
Selamat malam, sudah berpuluh-puluh kata terangkum lalu kandas karena memori menjadi kelebihan nuatan. Aku tidak bisa membaca sisa persennya berapa, atau ada ruang kosong yang sedikit menerima kata perkata yang sengaja kurangkum agar aku bisa selalu meningatnya.
Suatu malam dia sedang bertanya pada dirinya sendiri. Ditengah malam-malam yang mencuri waktu untuk mengunjungi sudut cerita paling sunyi. Lalu ia bertanya pada seseorang -padahal seseorang itu mungkin tidak pernah tahu- Lalu ada air mata yang jatuh diujung matanya. Perlahan, sangat perlahan. Hingga isaknya tidak bisa didengar siapapun kecuali hatinya sendiri. Ia sesak, karena air mata yang jatuh itu semakin menyakitkan.
Ah, siapa pula peduli pada jawaban-jawaban setiap pertanyaan yang dilontarkan. Pertanyaan itu hanya sebatas kalimat-kalimat ketidaksanggupan yang enggan dibuang percuma. Lalu dibalik tangisannya yang sembunyi-sembunyi ada yang membisikkan doa menjelang tidur lalu menutup matanya perlahan. Biar tidak ada tangis yang menyakitimu. Tidurlah yang tenang, esok akan baik-baik saja.
Lalu, suatu siang dalam sebuah deretan meja makan yang penuh dengan piring-piring kotor dan orang-orang yang berlalu lalang, ada seorang teman disampingnya yang bertanya padanya. Menanyakannya sebuah pilihan. Tentang kebersamaan dengan orang yang sering membuat kita bahagia atau orang yang sering membuat kita jengkel. Lalu dia menepisnya dengan senyuman sepenuhnya sambil menggeleng,
"Bukan berarti ketika seseorang yang membuat kita selalu senang, adalah pilihan hati",
ia ingin menjawabnya dan ia juga ingin mengatakan kepada seorang disampingnya bahwa ia sudah merasa bahagia, meski persentase bahagia dalam hatinya masih perlu kekuatan untuk menghapus rasa sakitnya. Tapi ia cuma tersenyum sebisanya, semanis yang ia bisa, lalu menggeleng dan berkata,
"Tidak, tidak apa-apa. Cukup begini saja kok,".
Kemudian, perbincangan itu selesai. Dan dia menyadari sesuatu didalam dirinya, ada perasaan yang tidak dimengerti, tidak logis dan menahannya untuk tetap diam ditempatnya.
------------------
Lalu, dimana kamu sekarang? Sedang refleksi menghindari orang-orang?
Seperti ketika kamu berjalan dan hanya menatap jalan didepan tanpa melihatku, cuma berkata 'ya' dan 'tidak' lalu berlalu tanpa sedetik saja menoleh padaku.
Lalu, dimana kamu sekarang? Menghentikan koneksi kita dan tenggelam dalam lamunanmu sendiri -yang tanpa ada aku-
Lalu, aku harus selalu datang di sudut-sudut malam yang rasanya seperti kamu. Ketika aku bercerita, kamu memang hanya mendengarkan...
#Selamat malam, selamat menulis...
Ketika aku memenuhi permintaanmu,
Aku merasa tengah berdampingan dengan hati perempuan yang selalu sulit dimengerti.
Mungkin keadaan dan situasi selalu bertolak belakang. Atau mungkin karena diriku sendiri, yang ketika berdampingan terlihat aneh?
Sebenarnya yang perempuan itu siapa ._.
sebenarnya nyambi ngerjain tugas desain yang lagi banyak, dan saya berkunjung ke rumah tetangga kesukaan saya, rumahnya mbak 'Widya' dan saya tersihir membaca ini, semacam prosa yang bercerita lewat aliran-aliran darah saya, mengetuk-ngetuk hati lalu membuat ada sesak yang tercipta :
Kamu tahu? Saya terbangun bukan karena alarm berbunyi. Tapi mendengar salah seorang dari keduanya yang berteriak membentak seseorang. Seseorang yang pagi-pagi buta pergi ke luar kota. Lalu saya terbangun dan dia pamit.
Saya ingin menangis, kenapa seorang lagi begitu marahnya, disaat harusnya ada yang pergi karena bekerja pamit dan mengharapkan pergi dan kembali dengan bahagia.
Saya takut, saya khawatir, bahkan ketika ada kata kata yang terlontar menusuk hati saya. Dia terlalu baik untuk terus disalahkan, dia terlalu baik untuk selalu diam penuh kesabaran..
Bi, Bu, hati-hati dijalan...
kalau sepagi ini sudah seperti ini, saya menjadi enggan untuk pergi kemana pun... seperti pagipagi yang ingin dilaksanakan untuk pergi..
Ya Allah, lindungi mereka...
Hari ini saya ujian akhir balaghah 2. Yang semalam akhirnya belajar tapi putus asa, kemudian main cookie run, terus dimarahin ibu karena disuruh tidur. Paginya saya kesiangan. Baru bangun jam 04.20. Belum mandi, gak sempet tahajud dan akhirnya berangkat jam setengah 6. Tapi untungnya tidak telat naik aptb kloter ke3.
Di jalanan pagi, saya bermimpi. Tentang teman2 saya yang tetiba ke kampus menumpangi aptb. Lalu ada juga seseorang itu, yang di mimpinya misterius. Pas bangun, mimpinya seperti nyata dan tidak nyata, lihat jalanan. Ini masih jauh .-.
Saya mampir dulu dikosan, lantaran semalam saya ditegor karena belum bayar kosan tepat waktu. Lalu saya malah pingin bikin sajak, tentang jalan2 sempit yang selalu saya lewati di kawasan Jakarta. Rumah kumuh, selokan yang bau, dan penuh bau-bau menjijikan setiap pagi. Kalau begini, anak2 mana ada yang semangat pergi kesekolah berjalan kaki sambil mendendangkan lagu? Haha
ujian jam 10, seperti biasa saya seperti menunggu seseorang yang datang -yang selalu terlambat. Tapi sedatangnya orang itu, yang dipojokan belajar bertiga. Dosen tak kunjung datang.. pada akhirnya ujian diundur jam 1 zzzz
selesainya, menjelang sore. Satu persatu mereka pergi. Saya jadi sendiri #akurapopo
Sejenak menikmati waktu bercakap dengan ibu lewat telepon dipojok masjid. Lalu, saya buat janji dengan seseorang yang menitipkan barang untuk ibu. Kemudian... ashar... dan saya bertemu ka dini (lagi), akrab (lagi)
Ada syuro untuk persiapan besok. Dua syuro yang dirasa penting. Okeh, saya galau. Tapi akhirnya saya datang duaduanya.
Pulang maghrib lagi. Tapi prediksi saya setelah berbulan2 menghafal jadwal aptn tidak siasia men...
Saya cape. Saya rasa saya cuma flu biasa, yang gejalanya jadi parah selalu ketika pagi hari. Badan panas, bersin2 dan malamnya kepala mulai pening huahahahaa
Saya merepotkan ibu saya dan ayah saya. beli tinta printer, beli kertas concord dan sesampainya dirumah, rumah hening.
Wajah ibu saya lelah, tidak tersenyum tapo beliau jadi jengkel.
Wajah ayah saya sama, mumet banyak pikiran. Tiduran. Dan ternyata beliau mau pergi ke luar kota lagi besok pagi2 butaaaa *shock*
Padahal, saya pingin bilang:
Kalau saya butuh obat istirahat
Saya mau cerita soal kampus
Saya mau bilang, kalau sepatu saya duaduanya sudah hampir rusak. Ada yang sudah kebuka pinggirannya, ada juga yang hampir...
Tapi ah, apa daya, mereka sedang capek, ibu belum makan dari pagi, ayah saya? Baru pulang dri kantor langsung ngacir.
Belum lagi kerjaan desain yang seabreg. MasyaAllah... banyak sekali.
Malam ini seusai bikin propo lagi dan undangan acara, akhirnya saya bisa jadi tukang printer. Saya jadi tau isi ulang printer dan akhirnya ngecek ink printer. Dan tadaaaa printnya bisa print warna lagi ;)
Oyasumi!
*rasanya kalau hidung tersumbat itu ga bisa napes dan tenggorokan kering ><
/emang ya engga peka
sebeeel -_-
*eh nay kok jadi marah-marah sendiri?
Iya, abis liat percakapan Jingga sama Grey itu jadi inget sesuatu zzzz
Waktu itu hujan mengguyur sore. Ada langkah2 yang dipaksa kuat untuk bolak balik mampir yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat
Tas ransel dipunggung yang tidak pernah lepas. Yang didalamnya ada banyak kertas2 untuk bekal; yang diberikan pada seseorang yang selalu diharapkan untuk berbincang banyak cerita.
Tapi hari itu, ada sesuatu yang lebih penting dari keterlambatan yang sudah biasa. Dan ketika orang yang ditunggu segera menghampiri orang lain. seseorang yang dikenal baik juga, yang kadang ketika melihatnya berdua ada hal-hal yang dipaksakan untuk ditepis.
Lalu di waktu yang tengah menyuarakan gelisah-gelisah ujian setelah mengisi lapar, orang itu tengah berusaha untuk membuat tenang orang lain. Mungkin untuk menenangkan rindu hatinya juga, lalu mengucap salam yang hati-hati; biar tidak ada yang kecewa dan dikecewakan
Ia tahu, ia harus menumpahkan semuanya pada seseorang. Tentunya tentang orang yang barusan mengucap salam dan menghilang diantara banyaknya kerumunan manusia.
Tapi ada hujan dalam hati yang sedang terbendung tengah menanti pelangi. Dan satu2nya cara, adalah mengembalikan dulu senyumnya. Tak peduli ada kegelisahan yang sedang disembunyikan dibawah segelas es yang cepat mencair.
Siang itu, hujan memaksanya membaur. Biar ada air mata yang jatuh bersama. Dengan banyak berkas yang akhirnya tidak berpindah tangan. Dan perasaan gelisah yang semakin tertulis berbaris-baris diatasnya.
"Ah mungkin besok ada waktu yang berbaik hati meluangkan jeda seraya berbincang memberikan setumpuk kertas yang sudah dicoreti agar mudah terbaca"
Gumammu dalam senyum yang tertahan.
"Tidak perlu bersedih, dia hanya tidak tahu,"
Lalu pandangannya melambung jauh ketika hujan menyapanya lebih deras. Rasanya tidak akan basah kuyup...
Biarlah cukup sore ini hujan bersamaiku dan menyimpan setetes harapan esok..
Dan pada malam penghujan. Dia menunggu pertanyaan, atau sekedar sapaan.
Ia kemudian ingat, ada banyak hal yang terlupa. Seperti perlahan melunturkan tulisan-tulisannya dengan air hujan sore tadi.
Ada sesak yang diam-diam masuk tanpa permisi. Membuatnya menyematkan sebaris lagu yang mengingatkannya pada sebuah ruang untuknya bercerita.
Dia tahu, dia punya sebaris harapan sederhana untuk esok. Yang ternyata malah membakarnya lebih perih lagi.
Tidak ada yang bisa dikeluhkan selain senja yang terlewat dalam sebuah lingkaran yang memaksanya untuk tertawa dan sederhana menanti sebuah pesan 'maaf' atau 'terimakasih'
Dan dalam keheningan perjalanan pulang. Ia menikmatinya, menerobos jauh memahami dirinya, semakin dalam ia menerima dirinya, mematut dirinya, ia semakin kasihan, mengutuknya dan ingin menangis sambil tertawa. Ia menjadi asing dengan dirinya. Betapa bodoh ia punya harapan yang ia sebut sederhana, betapa bodoh ia menunggu waktu berpihak padanya.
Kali ini ia benar menangis sambil duduk melihat jendela-jendela malam yang hambar, lalu ia akan bermimpi ...
#untuk seminggu yang akan terlewat, terlampaui dengan harapan yang mengikis semakin perih, 2014
laksana langit yang tidak pernah putus menerima
kala matahari menyapa, lalu teranglah dunia
juga saat matahari menyampaikan salam perpisahan; menabur jingga bercampur seribu warna yang terlukis indah
dan saat purnama menggeser letak terang
dan menerima bintang masuk dengan celah-celah yang kerlip
Bukan,
laksana hujan yang ditiup hulu dan hilir suhu
lalu membendung perasaan-perasaan
mengisyaratkannya lewat gelap yang perlahan
dan tak pernah ragu untuk jatuh
Hey, itu bukan aku ...
#Bogor, 2014
Akhirnya saya makan nasi juga =.=
Sudah cukup menyiksa diri seperti ini
Yah... sudahlah..
Kalau begini siapa peduli
I thought of this before over a million times
Who would've ever thought that it would be our time?
I just know it, 'cause you're the one
It ain't a selfish love, when
I'm with you
You remind me of Allah, and so I know it's true
I'll just say it: you are the one
Won't you be my BFF (best friend forever) and ever?
Won't you be my partner after this world?
We'll see it, when we believe it together
Dreams are meant to be, 'cause you're the one for me
I never thought that
I would ever feel this way
I ask Allah to bless you every single day
I'll just say it, 'cause you're the one
And when times are tough, and we've got the world to see
Standing right beside you is where
I want to be
I just know it: you are the one
prayed about this just over a million times
Who would ever thought that I could call you mine?
I just know it, 'cause you're the one
And when there's gray in our hair and we've not much to do
I want to spend the rest of my days with you..
Oh don't you know it?
You are the one, you are the one
Oh won't you be the one?
Ternyata saya memang sakit...
Dan larinya memang tidak bisa lagi dibilang 'ringan'
Bukan hanya sakit di kepala saja yang bikin hari hari jadi suram
Tapi ternyata lambungnya juga, sudah menjalar kemana-mana
Ketika saya mencoba untuk tidak peduli, menutup mata, saya ingin menangis, saya benci dengan perasaan khawatir ini. Kalau saja saya tahu dan kenyataannya membuat saya baik2 saja, mungkin saya tidak akan seperti ini terus...
Ketakutan berlebih ya, untuk banyak keinginan yang terbatasi. Membuat stak ditempat, menahan sakit dan rasanya semakin sesak..
Saya ingin pulang...
.___. kamu butuh semangat?
apa kamunya saja yang memang begini. Tidak tahu harus ngapain --,
Saya pen keluar, tapi pasti mereke mempertahankan...
saya pen minta saya diamanahkan sesuai yang saya bisa. Saya cuma pingin nyumbang desain dan ide (yang kadang bisa dilakukan).
Toh, pengganti yang lain makin banyak kan, yang lebih baik dari saya, ya.. dan semoga lebih bermanfaat ketimbang saya yang cuma ngasih harapan-harapan dan janji-janji yang tidak terpenuhi.
Terus nanti saya mau jadi apa? Entahlah.
Kalau kata salah seorang teman:
"Gue mati pun dia juga gak bakalan peduli"
...
Sejujurnya saya tidak ingin ada yang peduli kalau saya mati. Ya, biar saya sempurna larut dalam kesedihan ini. Hidup pun tak ada yang peduli, buat apa mati harus ada yang peduli.
Seperti menyayat luka lama yang tertutup-tutupi oleh perban yang tidak pernah diberi obat penyembuh.
Tapi... nyatanya saya adalah orang yang tidak konsisten. Bilang tidak usah dipedulikan, tapi tetap mencari titik peduli itu, bertanya-tanya walaupun dengan nada-nada yang membuat orang merasa bersalah.
Oh ya, jadi saya yang harus selalu tiba-tiba bilang, yang akhirnya juga gak ada yang peduli. Menunggu pertanyaan pun tidak kunjung datang, tapi berharap dipedulikan.
Manusia macam apa saya ini zzz
#malamyangmatilampudanrasanyasayapengenmatiaja
diam menanti sayup suara yang akan berbisik padamu
;segeralah pulang dan bersiap
tapi tak terdengar meski kau menyimaknya sungguh-sungguh
Sepotong senja mencoba menegurmu
lewat petang yang bertukar dengan gelap
ah... tapi kamu tetap disudut pematang
;yang gersang, dan enggan pulang
karena panggilan itu sempurna hilang
#Jadi kangen pulang kampung :')
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin saya tulis. Perihal tetiba saya menjadi terbiasa tidur tengah malam, tapi bangun tetap pagi tapi ngantuk =.= Perihal saya yang jadi lupa lapar kalau pagi begitu sibuk, dan mungkin saya memang stress.
Baru saja, saya terbangun dari tidur. Dibangunkan ibu, supaya cepat makan, karena makanan sudah matang. Disuruh cepat laporan tilawah; karena habis tilawah saya malah ketiduran dan saya disuruh mandi; tapi karena lama menunggu antrian saya nyangkut lagi disini dan membalas sebuah pesan di facebook dengan pertanyaan yang menggantung *sudah biasa*
Kemudian saya tertarik membuka salah satu profile pengguna facebook. Adalah kakak kelas saya ketika SMP, tapi mungkin dia tidak ingat saya hehe.. Tapi saya begitu kaget ketika mendapat kabar bahwa dia menikah, ya, suaminya orang berada. Bulan madu dan tinggalnya aja di luar negeri sekarang.
Saya menemukan blognya, salah satu tulisannya yang saya baca perlahan-lahan dengan backsound 'Kiss the Rain' bikin saya ingat blognya Mba dedew dengan tulisan puitisnya, sayangnya sekarang mba Dedew jarang nulis T^T
Lalu saya menemukan ini, perihal pola pikir seorang muda yang sudah menikah. Ah ya, sepertinya menikah itu bisa merubah seseorang menjadi lebih baik. Ia punya salah satu sisi kedewasaan yang lain. aaaaaaaa /galau *apadeh*
Jadi, sepertinya nikah muda itu bisa merubah kita lebih baik dalam berpikir B) *apadeh*
Saya membaca tulisan ini :')
Selamat menyelesaikan tugas cucucucucccucuuu faito~~~