Sederhana
By Nayla Nuha - November 20, 2016
Akhir-akhir ini, dan tahun-tahun ini dengan usia yang termasuk matang untuk membicarakan jodoh, tak melulu cinta yang cinta-cintaan, pernikahan, rumah tangga dan sejenisnya.
Ada banyak momen yang diciptakan orang-orang di sekitar kita. Entah itu teman sekolah, teman main, teman kuliah atau teman yang baru kenal sebulan dua bulan. Moment bahagia mereka. Seperti langsung nyata sekejap apa-apa yang mereka katakan dan rencanakan.
Bahkan ada pula obrolan yang dulu direncanakan, diandaikan tidak berjalan semestinya. Seperti 'siapa yang akan menikah duluan' hehe
Tapi dari sekian banyak moment pernikahan yang mengundang kita hadir, atau yang tengah kita lihat berseliweran di timeline-timeline media sosial rasanya terkesan mewah wah wah.
Seperti mereka tengah berlomba-lomba siapa yang lebih bahagia, siapa yang lebih beruntung dan siapa yang lebih mewah acara pernikahannya.
Hingga terciptalah trend Bridal Shower, Engagement Day apalah itu.
Padahal sunnahnya Pernikahan adalah, sembunyikan khitbah, umumkan akad.
Jadilah lingkungan kita lambat laun punya paham bahwa menikah itu adalah harus mewah agar terlihat paling bahagia.
Banyak tersebar video pernikahan dari persiapan calon pengantin yang cantik nan tampan, banyak tersebar foto-foto pre wedding dengan menyewa fotografer handal dan tempat yang bikin iri orang-orang lain, banyak tersebar foto-foto candid nan indah.
Entahlah... Pernikahan tiba-tiba menjadi sulit karena contoh-contoh yang mewah. Terlebih ketika masih banyak orang-orang yang gengsi, termakan sindirian dan omongan orang, terlalu takut dicap jelek dalam satu moment oleh masyarakat. Jadilah momen sakral ini menjadi ajang perlombaan siapakah yang paling mewah diatas senyuman-senyuman bahagia.
Inilah satu hal yang tiba-tiba membuat ciut hati para laki-laki untuk memantapkan hatinya menuju ikatan suci nan diridhoi. Sebab tak jarang hati para perempuan punya banyak ekspektasi tinggi akan momen pernikahan. Tidak terlepas dari sifat perempuan yang mudah terbawa omongan dan iri terhadap perempuan yang menurutnya lebih beruntung.
Padahal hakikatnya, meskipun pernikahan dianjurkan untuk diumumkan dan dirayakan, sejatinya bukan kemewahannya yang menjadi tolak ukur untuk dirayakan. Tapi esensinya adalah diumumkannya momen bahagia, bersatunya dua insan dengan ridho Allah dalam pernikahan agar tidak terjadi fitnah, sehingga orang-orang sekitar memang tahu mereka sudah halal hehe...
Jadilah penundaan-penundaan dengan banyaknya alasan karena memikirkan finansial sekedar untuk momen pernikahan terasa berat diantara keduanya. Apalagi pihak laki-laki.
Belum lagi proses lamaran, khitbah, ada seserahan dan mahar yang diharapkan mahal.. Kadang perlu merogoh kocek yang waw, tidak bisa dibayangkan.
Padahal, sebaik-baiknya wanita adalah yang meringankan maharnya.
Ah, terlalu banyak bukan omongan-omongan orang lain, share moment orang lain yang mempengaruhi kita, membuat kita berekspektasi tinggi tentang kelak datang hari pernikahan kita.
Meskipun pernikahan adalah moment sakral yang hanya sekali seumur hidup dan pembuka lembaran baru di hidup kita, yang musti diabadikan sebaik mungkin, harusnya kita ingat tujuan pernikahan itu sendiri.
Bukan malah berpatok pada gengsi, pamer dan hal lain yang mungkin tidak kita sadari.
Padahal islam sangat memudahkan pernikahan.
Tapi masyarakat sekitarlah yang membuatnya sulit.
Kalau lihat beberapa pesta pernikahan di luar negeri itu rasanya lebih sederhana. Tidak banyak tamu beratus-ratus, tidak ada cederamata yang wah, tidak ada banyak sekali makanan, dan tidak ada yang sampai 7 hari 7 malam pestanya seraya ada panggung-panggung :""
Ah mungkin karena budaya indonesia yang ramah, sampai seluruh kampung diundang, mungkin pula pola-pola kemewahan sudah merajalela sehingga lupa esensi dari sebuah pernikahan yang dianjurkan sederhana.
Yang terpenting itu akad ketimbang resepsi
Yang terpenting niat karena Allah dalam pernikahan bukan karena sebatas saling mencintai
Yang terpenting kehidupan setelah pernikahan ketimbang merayakan pernikahan
Yang penting percaya dan yakin akan banyak kemudahan diatas niat-niat baik :")
Ayolah, sederhana saja.
Toh kalaupun sederhana kita bahagia,
Toh kalaupun sederhana, tujuan pernikahan itu lebih barokah
Selamat menempuh hidup baru semuanya!
Selamat menunaikan ibadah-ibadah lagi untuk menyempurnakan diri,
Doakan semoga saya menyusul segera~ *eh haha
Bogor, ditengah hujan di malam hari, 20 November 2016, ketika hari ini melihat beberapa foto pernikahan orang-orang terdekat, dekat maupun jauh, dan teringat beberapa hal yang telah dilihat di masyarakat tentang pesta pernikahan yang luar biasa
Ada banyak momen yang diciptakan orang-orang di sekitar kita. Entah itu teman sekolah, teman main, teman kuliah atau teman yang baru kenal sebulan dua bulan. Moment bahagia mereka. Seperti langsung nyata sekejap apa-apa yang mereka katakan dan rencanakan.
Bahkan ada pula obrolan yang dulu direncanakan, diandaikan tidak berjalan semestinya. Seperti 'siapa yang akan menikah duluan' hehe
Tapi dari sekian banyak moment pernikahan yang mengundang kita hadir, atau yang tengah kita lihat berseliweran di timeline-timeline media sosial rasanya terkesan mewah wah wah.
Seperti mereka tengah berlomba-lomba siapa yang lebih bahagia, siapa yang lebih beruntung dan siapa yang lebih mewah acara pernikahannya.
Hingga terciptalah trend Bridal Shower, Engagement Day apalah itu.
Padahal sunnahnya Pernikahan adalah, sembunyikan khitbah, umumkan akad.
Jadilah lingkungan kita lambat laun punya paham bahwa menikah itu adalah harus mewah agar terlihat paling bahagia.
Banyak tersebar video pernikahan dari persiapan calon pengantin yang cantik nan tampan, banyak tersebar foto-foto pre wedding dengan menyewa fotografer handal dan tempat yang bikin iri orang-orang lain, banyak tersebar foto-foto candid nan indah.
Entahlah... Pernikahan tiba-tiba menjadi sulit karena contoh-contoh yang mewah. Terlebih ketika masih banyak orang-orang yang gengsi, termakan sindirian dan omongan orang, terlalu takut dicap jelek dalam satu moment oleh masyarakat. Jadilah momen sakral ini menjadi ajang perlombaan siapakah yang paling mewah diatas senyuman-senyuman bahagia.
Inilah satu hal yang tiba-tiba membuat ciut hati para laki-laki untuk memantapkan hatinya menuju ikatan suci nan diridhoi. Sebab tak jarang hati para perempuan punya banyak ekspektasi tinggi akan momen pernikahan. Tidak terlepas dari sifat perempuan yang mudah terbawa omongan dan iri terhadap perempuan yang menurutnya lebih beruntung.
Padahal hakikatnya, meskipun pernikahan dianjurkan untuk diumumkan dan dirayakan, sejatinya bukan kemewahannya yang menjadi tolak ukur untuk dirayakan. Tapi esensinya adalah diumumkannya momen bahagia, bersatunya dua insan dengan ridho Allah dalam pernikahan agar tidak terjadi fitnah, sehingga orang-orang sekitar memang tahu mereka sudah halal hehe...
Jadilah penundaan-penundaan dengan banyaknya alasan karena memikirkan finansial sekedar untuk momen pernikahan terasa berat diantara keduanya. Apalagi pihak laki-laki.
Belum lagi proses lamaran, khitbah, ada seserahan dan mahar yang diharapkan mahal.. Kadang perlu merogoh kocek yang waw, tidak bisa dibayangkan.
Padahal, sebaik-baiknya wanita adalah yang meringankan maharnya.
Ah, terlalu banyak bukan omongan-omongan orang lain, share moment orang lain yang mempengaruhi kita, membuat kita berekspektasi tinggi tentang kelak datang hari pernikahan kita.
Meskipun pernikahan adalah moment sakral yang hanya sekali seumur hidup dan pembuka lembaran baru di hidup kita, yang musti diabadikan sebaik mungkin, harusnya kita ingat tujuan pernikahan itu sendiri.
Bukan malah berpatok pada gengsi, pamer dan hal lain yang mungkin tidak kita sadari.
Padahal islam sangat memudahkan pernikahan.
Tapi masyarakat sekitarlah yang membuatnya sulit.
Kalau lihat beberapa pesta pernikahan di luar negeri itu rasanya lebih sederhana. Tidak banyak tamu beratus-ratus, tidak ada cederamata yang wah, tidak ada banyak sekali makanan, dan tidak ada yang sampai 7 hari 7 malam pestanya seraya ada panggung-panggung :""
Ah mungkin karena budaya indonesia yang ramah, sampai seluruh kampung diundang, mungkin pula pola-pola kemewahan sudah merajalela sehingga lupa esensi dari sebuah pernikahan yang dianjurkan sederhana.
Yang terpenting itu akad ketimbang resepsi
Yang terpenting niat karena Allah dalam pernikahan bukan karena sebatas saling mencintai
Yang terpenting kehidupan setelah pernikahan ketimbang merayakan pernikahan
Yang penting percaya dan yakin akan banyak kemudahan diatas niat-niat baik :")
Ayolah, sederhana saja.
Toh kalaupun sederhana kita bahagia,
Toh kalaupun sederhana, tujuan pernikahan itu lebih barokah
Selamat menempuh hidup baru semuanya!
Selamat menunaikan ibadah-ibadah lagi untuk menyempurnakan diri,
Doakan semoga saya menyusul segera~ *eh haha
Bogor, ditengah hujan di malam hari, 20 November 2016, ketika hari ini melihat beberapa foto pernikahan orang-orang terdekat, dekat maupun jauh, dan teringat beberapa hal yang telah dilihat di masyarakat tentang pesta pernikahan yang luar biasa
2 komentar