Ruang Tunggu

By Nayla Nuha - Juli 18, 2016





Aku menciptakan ruang tunggu. Ruang tungguku

serupa ruangan yang luas berpetak-petak.
Ku isi dengan banyak sudut yang berbeda-beda, tapi mungkin sebenarnya menurut orang-orang sudutnya tidak ada bedanya

Disana, ada sudut tulisan. Biasanya kuhabiskan sudut itu untuk menulis surat-surat tanpa tujuan dan coretan-coretan hati yang seringnya kubaca ulang bersama waktu yang seolah berjalan mundur

Di lain sudut, kunamakan sudut membaca. Waktu menyuruhku untuk membaca berbagai tulisan yang tidak sengaja lewat dipandanganku. Entah membaca dari sisi manapun, atau aku bisa berdiam membaca deretan-deretan tulisanmu yang awalnya tak begitu kumengerti, lama kelamaan deretan-deretan tulisanmu yang semakin banyak itu membuatku sesak. Entah.

Dan, yang paling kusuka dari ruang tunggu adalah menunggu. Menikmati hujan sambil menunggunya reda dengan aroma tanah basah, atau menyaksikan rintiknya, dan sisa-sisa kaca yang berembun karena dinginnya. Menghitung berapa bulir-bulir yang menempel pada kaca jendela.

Menikmati kicauan burung yang semakin lama semakin jarang kudengar kicaunya, menikmati pagi, yang seringkali menjadi mendung tanpa bisa merasakan hangatnya matahari.

Tapi, rasanya aku lupa dengan ruangan yang berdampingan dengan ruang tunggu.
Ya, Ruang Rindu.
Katanya, disanalah orang-orang bisa mengobati rasa rindunya, menikmati rasa rindu ditengah menunggu. Disana, orang yang dirindukan juga akan dipertemukan dan terbayarlah rasa rindu.

Ruang tungguku tak sempurna rupanya, aku tidak bisa menciptakan dengan kokoh Ruang Rindu untuk menemaninya. Ruang tungguku hampa, sebab aku tak tahu tengah menunggu apa dan siapa.
Bahkan, aku juga lupa rasanya merindui sesuatu itu bagaimana? 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar