Sendiri Menyepi
Sendiri Menyepi..
Tenggelam dalam renungan
Ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan
dingin
sepanjang waktu hari ini
membalut duga dalam fikir
jemariku terhembus kaku
dari angin harap penantian
dingin
masih tak berujung
menyemmbunyikan mentari
menyambut rembulan
akankah kau tutupi berbintang?
seperti kau menampakkan senja
kali ini hanya sebagian
jalanku dalam kaku
menyergapku
menuai benih senyum
kelu untuk bergerak
dalam langkahku
dingin
makin membungkus hati
dalam bulir keringat
semakin tak terasa lelah
kabur dalam pandang
henti langkah kaki
dinginku semakin tenggelam
sepanjang waktu hari ini
membalut duga dalam fikir
jemariku terhembus kaku
dari angin harap penantian
dingin
masih tak berujung
menyemmbunyikan mentari
menyambut rembulan
akankah kau tutupi berbintang?
seperti kau menampakkan senja
kali ini hanya sebagian
jalanku dalam kaku
menyergapku
menuai benih senyum
kelu untuk bergerak
dalam langkahku
dingin
makin membungkus hati
dalam bulir keringat
semakin tak terasa lelah
kabur dalam pandang
henti langkah kaki
dinginku semakin tenggelam
Bogor, 30 Maret 2010
terik bisu
terik menyiksa
yang hening
dan kepak burung gereja
hanya nyanyian
penutup bosan
duduk bersandar
di sudut lamunan
menerawang jauh
menatap terik yang bisu
sepoi angin menambah penat
hening menjelang siang
mendayu senandung
hanya menghibur bosan
masih rabu di tanggal 24 Maret '10
terik menyiksa
yang hening
dan kepak burung gereja
hanya nyanyian
penutup bosan
duduk bersandar
di sudut lamunan
menerawang jauh
menatap terik yang bisu
sepoi angin menambah penat
hening menjelang siang
mendayu senandung
hanya menghibur bosan
masih rabu di tanggal 24 Maret '10
Masih Rabu, kemarin
apa yang kau tangisi
dalam diammu sepanjang hari
apa yang kau tangisi
dalam tatapmu yang lunglai malam ini
takkah kau lihat
rembulan bersinar terang
mengundang bintang
apa yang kau tangisi
dalam ucapmu
disepanjang kisahmu
bukankah kita sudah membakarnya
masamu yang bertabur pilu
apa yang kau tangisi?
dalam diammu sepanjang hari
apa yang kau tangisi
dalam tatapmu yang lunglai malam ini
takkah kau lihat
rembulan bersinar terang
mengundang bintang
apa yang kau tangisi
dalam ucapmu
disepanjang kisahmu
bukankah kita sudah membakarnya
masamu yang bertabur pilu
apa yang kau tangisi?
24 Maret 2010 Rabu yang penuh penat *selalu rabu*
kataku sama
sedang tertidur
seraya bersembunyi
diantara penat terik
yang membisu
jugakah tuli
sampai angin
tak ada disampingku
gerak dedaunan
cuma menari kaku
berusaha tak mengundang kata
kataku lelap
dalam hening siang
tak terbangun
mengulum senyum
tak ada hirau
tak ada tarian jemari
mengubah penat ini
sedang tertidur
seraya bersembunyi
diantara penat terik
yang membisu
jugakah tuli
sampai angin
tak ada disampingku
gerak dedaunan
cuma menari kaku
berusaha tak mengundang kata
kataku lelap
dalam hening siang
tak terbangun
mengulum senyum
tak ada hirau
tak ada tarian jemari
mengubah penat ini
menjelang petang
ditengah rinai
dikala harapku menanti senja
ada yang berbisik lirih padaku
kerinduan lagi
dibasuh rinai
meski guntur
menggelegar
mendesah gundahku
meski guntur
berteriak menghujam hati
masih ada angin yang berbisik
lirih akan kerinduan
menanti senja
dalam hatiku
dalam rinai
namun,
aku tak tahu
harus kubisikkan kemana
balasan rinduku
anginnya telah hilang
setelah bisikan pertama
aku menantang guntur
ingin membalas rindu
padamu jua
ditengah rinai
dikala harapku menanti senja
ada yang berbisik lirih padaku
kerinduan lagi
dibasuh rinai
meski guntur
menggelegar
mendesah gundahku
meski guntur
berteriak menghujam hati
masih ada angin yang berbisik
lirih akan kerinduan
menanti senja
dalam hatiku
dalam rinai
namun,
aku tak tahu
harus kubisikkan kemana
balasan rinduku
anginnya telah hilang
setelah bisikan pertama
aku menantang guntur
ingin membalas rindu
padamu jua
terompahmu kudengar
menuju kemari
berganti langkah
yang pelan-pelan
menyusut rinduku
ketika bayangmu coba dihadapku
memberiku mawar
bayangmu semakin jelas
yang mengulas tawa
senyum hatimu
sosokmu duduk
tepat disampingku
menggenggamku
menyeka rinduku
di bukit kenangan ini
aku dapati kau kembali
semuanya
langkahmu, mawarmu, dan tawamu...
menuju kemari
berganti langkah
yang pelan-pelan
menyusut rinduku
ketika bayangmu coba dihadapku
memberiku mawar
bayangmu semakin jelas
yang mengulas tawa
senyum hatimu
sosokmu duduk
tepat disampingku
menggenggamku
menyeka rinduku
di bukit kenangan ini
aku dapati kau kembali
semuanya
langkahmu, mawarmu, dan tawamu...
apa aku terlalu cemburu
pada hidup mereka
yang penuh puji
apa aku tak pantas
mendapat puji dan senyum mereka
apa aku tak layak
berpijak pada duniaku
tanpa makian
apa takdirku begini
semburu pada senyuman
di buang dunia
apa aku terlalu cemburu
pada bintang-bintang mereka
pada harap mereka
padahal harapku telah kugantung
di sudut langit
tetap tak bisa melihat
memang aku tak layak
mengundang senyum
datang merangkul piluku
pada hidup mereka
yang penuh puji
apa aku tak pantas
mendapat puji dan senyum mereka
apa aku tak layak
berpijak pada duniaku
tanpa makian
apa takdirku begini
semburu pada senyuman
di buang dunia
apa aku terlalu cemburu
pada bintang-bintang mereka
pada harap mereka
padahal harapku telah kugantung
di sudut langit
tetap tak bisa melihat
memang aku tak layak
mengundang senyum
datang merangkul piluku
mengejarmu adalah mimpi semata
yang kurajut dalam cermin-cermin kusam
merindumu adalah kebohongan
seperti cuaca yang sering mendusta
mengenangmu bagai kobaran api
membakar hatiku tak kenal waktu
mencintaimu bagai luka
menyayat rasa menghujam pilu pikirku
mendambamu seperti deburan ombak
menerjangku
bukan senyumku yang kulukis tentangmu
mengejarmu adalah pasir
segera kuhapuskan sebelum waktu mengembalikan
yang kurajut dalam cermin-cermin kusam
merindumu adalah kebohongan
seperti cuaca yang sering mendusta
mengenangmu bagai kobaran api
membakar hatiku tak kenal waktu
mencintaimu bagai luka
menyayat rasa menghujam pilu pikirku
mendambamu seperti deburan ombak
menerjangku
bukan senyumku yang kulukis tentangmu
mengejarmu adalah pasir
segera kuhapuskan sebelum waktu mengembalikan
*masa lalu, yang harus dibakar, agar tak kembali*
Perahu Kertas! akhirnya saya selesai juga membaca novel tersebut. Bisa dikatakan seharilah selesai bacanya. Kalau setengah hari ditambah setengah hari lagi, bisa jadi sehari kan *maksa.com* hahhaa
Awalnya dalam target saya, mengingat karena saya sangat gemar sekali membuat perahu kertas dari kertas-kertas bekas yang ada, maka dari itu saya berniat buat bikin novel judulnya 'perahu kertas'.
Tapi emang bukan takdir saya yang bikin novel judulnya perahu kertas, karena beberapa hari kemudian saya liat banner buku yang judulnya 'perahu kertas' -.- *guling-guling sambil nangis deh saya*
Okey, berhubung saya penasaran dari banner buku yang judulnya 'perahu kertas' itu langsung saya selidiki menghampiri mbah google, terus browsing! dan ditemukanlah bahwa pengarang buku tersebut adalah DEE alias DEWI LESTARI. Mengingat DEE saya jadi teringat dengan buku Recto Versonya dee yang saya baca habis di toko buku, hmm... pasti menarik. Karena memang saaya berbakat sekali menjadi mata-mata, akhirnya saya bisa baca sinopsisnya kemudian perlahan demi perlahan dalam membaca setiap baris sinopsisnya saya tertarik banget!
Ketika ada kesempatan ke Toko Buku, dan melihat novel perahu kertas masih banyak berjejer buku di deretan buku terlaris, saya comot satu dan saat itu saya tetap tidak merasa menjadi seorang yang ketinggalan zaman baru membaca buku perahu kertas. heuheu
Ternyata baca buku di toko buku dengan buku setebal itu memakan waktu lama dan begitu membosankan, *karena tempat duduk di tko buku sudah habis dijajah orang lain, saya kelewat cepet sama merka*
akhirnya, saya minta pinjem ke temen adek saya, dengan syarat mengembalikan pinjaman buku ELDEST dan menukarnya dengan buku Perahu Kertas.
Sampai di tangan saya, girangnya udah gak ketulungan. Kesempatan baca di suatu hari yang begitu membosankan pun menggerakkan saya untuk membuka novel tersebut, kira-kira selama empat jam saya habiskan baca buku tersebut dengan tawa dan tangis. keren banget bukunya! bisa nyentuh hati banget!
yang paling saya suka dari tokoh utamanya itu, sebut saja KUGY, dia dicap sebagai mahluk aneh a.k.a MOTHER ALIEN. okeey, dan akhirnya senyum saya mengembang dan entah mengapa saya menjadi bangga disebut orang aneh sama banyak temen-temen.
Ini novel membangkitkan percaya diri banget, buat kita bangga menjadi diri kita sendiri walaupun aneh. Dan saya bangga karena saya merupakan ciri khas orang yang menginginkan sifat yang berbeda dengan yang lain. Punya kehidupan yang akan dijalankan secara unik dan prinsip yang berbeda dengan yang lain.
Ada yang bikin saya haru dan sedih, ini terkait dengan seni, yang kata semua orang seni itu bukanlah dunia yang patut digeluti atau dijadikan profesi. hmm, KEENAN salah satunya, yang ditentang orang tuanya.
Novel Perahu kertas gak lain adalah novel persahabatan dan cinta serta terkandung mimpi-mimpi yang dibangun dengan konsep yang jelas, DEE dapat menjabarkan apa itu kehidupan bumi dan kehidupan khayalan. DEE membungkus cerita cinta ini dengan cara yang berbeda, kehidupan yang berbeda namunn pada akhirnya tetap bisa ditebak.
Ada dewa Neptunus, ada agen Neptunus dan tak ketinggalan PERAHU KERTASnya. Baca Perahu Kertas bikin saya semangat punya mimpi-mimpi.
--- okeeey selesaai ---
Awalnya dalam target saya, mengingat karena saya sangat gemar sekali membuat perahu kertas dari kertas-kertas bekas yang ada, maka dari itu saya berniat buat bikin novel judulnya 'perahu kertas'.
Tapi emang bukan takdir saya yang bikin novel judulnya perahu kertas, karena beberapa hari kemudian saya liat banner buku yang judulnya 'perahu kertas' -.- *guling-guling sambil nangis deh saya*
Okey, berhubung saya penasaran dari banner buku yang judulnya 'perahu kertas' itu langsung saya selidiki menghampiri mbah google, terus browsing! dan ditemukanlah bahwa pengarang buku tersebut adalah DEE alias DEWI LESTARI. Mengingat DEE saya jadi teringat dengan buku Recto Versonya dee yang saya baca habis di toko buku, hmm... pasti menarik. Karena memang saaya berbakat sekali menjadi mata-mata, akhirnya saya bisa baca sinopsisnya kemudian perlahan demi perlahan dalam membaca setiap baris sinopsisnya saya tertarik banget!
Ketika ada kesempatan ke Toko Buku, dan melihat novel perahu kertas masih banyak berjejer buku di deretan buku terlaris, saya comot satu dan saat itu saya tetap tidak merasa menjadi seorang yang ketinggalan zaman baru membaca buku perahu kertas. heuheu
Ternyata baca buku di toko buku dengan buku setebal itu memakan waktu lama dan begitu membosankan, *karena tempat duduk di tko buku sudah habis dijajah orang lain, saya kelewat cepet sama merka*
akhirnya, saya minta pinjem ke temen adek saya, dengan syarat mengembalikan pinjaman buku ELDEST dan menukarnya dengan buku Perahu Kertas.
Sampai di tangan saya, girangnya udah gak ketulungan. Kesempatan baca di suatu hari yang begitu membosankan pun menggerakkan saya untuk membuka novel tersebut, kira-kira selama empat jam saya habiskan baca buku tersebut dengan tawa dan tangis. keren banget bukunya! bisa nyentuh hati banget!
yang paling saya suka dari tokoh utamanya itu, sebut saja KUGY, dia dicap sebagai mahluk aneh a.k.a MOTHER ALIEN. okeey, dan akhirnya senyum saya mengembang dan entah mengapa saya menjadi bangga disebut orang aneh sama banyak temen-temen.
Ini novel membangkitkan percaya diri banget, buat kita bangga menjadi diri kita sendiri walaupun aneh. Dan saya bangga karena saya merupakan ciri khas orang yang menginginkan sifat yang berbeda dengan yang lain. Punya kehidupan yang akan dijalankan secara unik dan prinsip yang berbeda dengan yang lain.
Ada yang bikin saya haru dan sedih, ini terkait dengan seni, yang kata semua orang seni itu bukanlah dunia yang patut digeluti atau dijadikan profesi. hmm, KEENAN salah satunya, yang ditentang orang tuanya.
Novel Perahu kertas gak lain adalah novel persahabatan dan cinta serta terkandung mimpi-mimpi yang dibangun dengan konsep yang jelas, DEE dapat menjabarkan apa itu kehidupan bumi dan kehidupan khayalan. DEE membungkus cerita cinta ini dengan cara yang berbeda, kehidupan yang berbeda namunn pada akhirnya tetap bisa ditebak.
Ada dewa Neptunus, ada agen Neptunus dan tak ketinggalan PERAHU KERTASnya. Baca Perahu Kertas bikin saya semangat punya mimpi-mimpi.
yang belum baca wajib baca! wajib banget! *itu pun kalo jenuh kaya saya, sekarang2 jarang baca novel indonesia*
--- okeeey selesaai ---
tak ada gaduh disini
tak terdengar beriak sungai
di seberang
hanya saja
aku juga sendiri disini
tak ada suara
atau ujaran yang memanggil
tak ada tenang disini
meski hening
tetap mencekam
harapku masih terselimut
debu
yang bertabur sendiri
mencari tabir kebenaran
tak terdengar beriak sungai
di seberang
hanya saja
aku juga sendiri disini
tak ada suara
atau ujaran yang memanggil
tak ada tenang disini
meski hening
tetap mencekam
harapku masih terselimut
debu
yang bertabur sendiri
mencari tabir kebenaran
enyahlah kau pekat
bosan hari ini
enyahlah kau gundah
sembunyikan kerinduan dan kecewa
enyahlah hari ini
cepat berganti esok
agar ku lupa
harap yang terbakar
enyahlah kau
penat yang menghantui
pikirku tentangnya
enyahlah harap
yang kunanti
seratus dua puluh jam
berakhir tak berarti
bosan hari ini
enyahlah kau gundah
sembunyikan kerinduan dan kecewa
enyahlah hari ini
cepat berganti esok
agar ku lupa
harap yang terbakar
enyahlah kau
penat yang menghantui
pikirku tentangnya
enyahlah harap
yang kunanti
seratus dua puluh jam
berakhir tak berarti
*weekend yang membosankan*
lekaslah lari
sebelum rembulan
redup tengah malam
lekaslah lari
sebelum burung hantu
tertidur
lekaslah
jangan sampai
benderang kunang-kunang
padam
lekas,
lepas ucapanmu
janji yang tergenggam
disaksikan angkasa pekat
lekaslah
sebelum mentari terbangun
berlarilah,
sebelum sirna
berbintang
sebelum rembulan
redup tengah malam
lekaslah lari
sebelum burung hantu
tertidur
lekaslah
jangan sampai
benderang kunang-kunang
padam
lekas,
lepas ucapanmu
janji yang tergenggam
disaksikan angkasa pekat
lekaslah
sebelum mentari terbangun
berlarilah,
sebelum sirna
berbintang
mungkin tenggelam
atau bersembunyi
tawa dalam letihmu
mungkin luruh
mungkin terpaut
lelah dalam senyummu
sepanjang malam
mengundang tangis
pada rembulan
tak akan tahu ada yang
menimbun doa
pada buah hatinya
mungkin sekarang
yang sering berdiri
pada senja
terus mengumpul doa
di tengah rembulan
masih meringkuk letih
dan getir
tersirat dalam senyuman
meski peluknya
kini jauh
tanpa disadar
buah hatinya
mungkin ditenggelamkan
hanya dalam ucapan
sepanjang siang dan malam
meski peluknya
semakin pergi
atau bersembunyi
tawa dalam letihmu
mungkin luruh
mungkin terpaut
lelah dalam senyummu
sepanjang malam
mengundang tangis
pada rembulan
tak akan tahu ada yang
menimbun doa
pada buah hatinya
mungkin sekarang
yang sering berdiri
pada senja
terus mengumpul doa
di tengah rembulan
masih meringkuk letih
dan getir
tersirat dalam senyuman
meski peluknya
kini jauh
tanpa disadar
buah hatinya
mungkin ditenggelamkan
hanya dalam ucapan
sepanjang siang dan malam
meski peluknya
semakin pergi
beginikah kau mencintaiku
namun,
aku tak bisa berbuat banyak
beginikah pengorbananmu
namun,
yang ku lakukan hanya meminta
beginikah pemberianmu
tak sebanding dengan aku
beginikah balasku padamu
hanya lewat senyum
dan cerita lama
begitu tak tahukah aku
cinta yang kau tuang pada hatiku
hanya saja,
kau tak mengenal
sampai kapan usiaku bersamamu
namun,
aku tak bisa berbuat banyak
beginikah pengorbananmu
namun,
yang ku lakukan hanya meminta
beginikah pemberianmu
tak sebanding dengan aku
beginikah balasku padamu
hanya lewat senyum
dan cerita lama
begitu tak tahukah aku
cinta yang kau tuang pada hatiku
hanya saja,
kau tak mengenal
sampai kapan usiaku bersamamu
petang ini
senja yang sama
hadir seusai rinai
hanya saja terasa berbeda semua
tak ada jingga
secerah perpisahan
tak ada jingga
yang terkenang seulas senyummu
petang ini
senja yang sama
seusai rinai
namun tanpa hadirmu
langit berbeda
senja yang sama
hadir seusai rinai
hanya saja terasa berbeda semua
tak ada jingga
secerah perpisahan
tak ada jingga
yang terkenang seulas senyummu
petang ini
senja yang sama
seusai rinai
namun tanpa hadirmu
langit berbeda
sekali ini
ku coba menepis pikirmu
sebelum terlelap
namun
dilema
maaf, jika aku
menimbang cintaku kembali
aku cuma mencari kebenaran hatiku
ketulusanku
dan penerimaanku
kucari kejujuran tuturku
yang terucap padamu
pada hatiku
sekali ini
aku coba
membuyarkan bayangmu
namun
dilema
maafkanaku,
jika kuputuskan
memikirkannya kembali
kita tak perlu berpisah
aku tak mau itu
aku hanya sedang
mencari hakikat hati
ingin memandangmu
dengan jiwaku
ku coba menepis pikirmu
sebelum terlelap
namun
dilema
maaf, jika aku
menimbang cintaku kembali
aku cuma mencari kebenaran hatiku
ketulusanku
dan penerimaanku
kucari kejujuran tuturku
yang terucap padamu
pada hatiku
sekali ini
aku coba
membuyarkan bayangmu
namun
dilema
maafkanaku,
jika kuputuskan
memikirkannya kembali
kita tak perlu berpisah
aku tak mau itu
aku hanya sedang
mencari hakikat hati
ingin memandangmu
dengan jiwaku
rabuku kali ini
tak kelabu
tapi memutar renungan
tetap dalam hening
ketika ku baca
kisah dia
ada obrolan
ditengah rinai
bertukar
bertanya
keadaan
ada kebersamaan
yang dikenang
dalam persahabatan
renungan dalam
senyuman
dan kisah pendek menanti rinai
kau damai
aku resah
kau gemar
aku mencoba tak menepis
kita bicara
tentang alam
kodrat alam
dan nurani yang memaknai
tak kelabu
tapi memutar renungan
tetap dalam hening
ketika ku baca
kisah dia
ada obrolan
ditengah rinai
bertukar
bertanya
keadaan
ada kebersamaan
yang dikenang
dalam persahabatan
renungan dalam
senyuman
dan kisah pendek menanti rinai
kau damai
aku resah
kau gemar
aku mencoba tak menepis
kita bicara
tentang alam
kodrat alam
dan nurani yang memaknai
kembali pada heningku
dalam kelabu malam ini
tak urung
bersua dengan rembulan
dan berbintang
heningku
hanya sendiri
pukul sebelas
tak ada teman bicara
yang membisu
namun mendengarku
riuh tawa hati
gelisahku
resahku
piluku
heningku,
merogoh nurani
memutak pikirku
mengulang renungan
tak bersua aku
pada rembulan
yang entah merindu atau tertidur
pada berbintang
yang resah atau bersembunyi
heningku,
cuma sendiri
terbaring disini
menuju mimpi
yang tak jua menyapa
gerimis yang hening
mengulir dalam rinai
yang terbesit
tiupan angin
membisu luka
diluluhkan hujan
awal gerimis
kemudian rinai berderai lebih deras
gerimis
yang hening
mengambil siang
yang riuh penuh sesak
gerimis
sepi
temani hati
walau dingin menyergap
kaku mendekap jemari
bogor, 17 Maret 2010 *rabu yang membosankan, dan rinai menemani renungan*
mengulir dalam rinai
yang terbesit
tiupan angin
membisu luka
diluluhkan hujan
awal gerimis
kemudian rinai berderai lebih deras
gerimis
yang hening
mengambil siang
yang riuh penuh sesak
gerimis
sepi
temani hati
walau dingin menyergap
kaku mendekap jemari
bogor, 17 Maret 2010 *rabu yang membosankan, dan rinai menemani renungan*
sepucuk daun senja gugur
melewati waktu yang tak terukur
dahan-dahan lain menjulur
sepucuk daun senja gugur
mendekat ranah yang terbaur
*belom selesai ini, bingung nyelesaiinnyaa -_- *
Hey hey, saya dapet award lagi, kali ini dari Isan, makasi makasi banyak yaa :) sekalian saya dapet sama PR-PRnya segala.
Isi yuuuk :)
1. nama sekolah anda? SMK Informatika Bina Generasi
2. nama ketua kelas kamu? Eduardo Damanik
3. jabatan kamu di kelas? asisten sekertaris *haha ga penting*
4. guru yang paling killer ? Pa Nas
5. nama kepsek kamu? Pak Ade
6. nama wakepsek kamu? Pak Rahmat
7. pernah jadi ketua kelas? pernah, pas kelas 1 SD
8. pelajaran yang paling nggak suka? olaharaga dan fisika
9. kegiatan rutin kamu di kelas? belajar n mikir
10. pernah di skors? nggak dan ga bakalan mau
11. sering di hukum? ga pernah
12. sering buat PR di sekolah? kadang-kadang
13. nomer absen kamu? 23
14. kamu jurusan IPA/IPS/BHS? Multimedia *heuheu*
15. adek kelas yang rese? semuanya, *ya allah sadis abis*
16. sering rame? sering banget kalo bertiga. haha
17. suka nyontek? alhamdulillah engga
18. pesan buat adek kelas? jangan gaya2 mulu, sekolah bukan buat gaya -.-
19. tag?
Semoga yang dapet award ini makin semangat ngeblog *hehehe*
Keputusanku sudah bulat. Sore ini, aku akan melangkah jauh.
Meninggalkan kalian, meninggalkan semua.
Kenanganku terlalu indah disini, dan aku tak bisa melupakannya jika masih berpijak di tempat ini.
Rasanya tak perlu aku mengucap perpisahan pada kalian dan pada semuanya tentang kepergianku. Yang pasti aku tak lagi akan bertemu kalian dan tak perlu mengusik kalian lagi.
Cukup aku melihat senyum kalian akhir-akhir ini, yang semakin menyayat lukaku makin dalam.
Pagi ini, sebelum matahari singgah dari peraduan. Aku sudah siap dalam kursi pesawat. Menyeka air mata yang sejak tadi mengalir deras penuh pilu. Namun kucoba menepis semua, semoga ini yang terbaik untukku dan untuk kalian.
Lupakan tentang cerita laut yang pernah kita lewati bersama
Lupakan tentang janji kita berdua
Lupakan tentang cinta kita
Lupakan semuanya, termasuk persahabatan kita
Kumohon, hapuslah semua tentangku di benak kalian, yang pernah menjadi teman dan kekasih.
Aku sudah tak menganggap kalian sebagai pengkhiat, semoga hilangnya aku bisa menganggap kalian tak pernah ada.
Aku sudah lelah mentikan sesak dalam hati, melihat kalian kini.
Jangan cari aku
karena aku tidak akan pernah kembali
Untuk terakhir kali
tempo itu
di petang hari, ketika kulihat tawa kalian
menganggapku kawan biasa yang tak punya kenangan,
dalam tangis hatiku
kuucap kata perpisahan penuh pilu
Semoga berbahagia
dan jangan cari aku
*bangun tidur, karena mimpi buruk tentang dia dan dia, semoga hanya mimpi*
Meninggalkan kalian, meninggalkan semua.
Kenanganku terlalu indah disini, dan aku tak bisa melupakannya jika masih berpijak di tempat ini.
Rasanya tak perlu aku mengucap perpisahan pada kalian dan pada semuanya tentang kepergianku. Yang pasti aku tak lagi akan bertemu kalian dan tak perlu mengusik kalian lagi.
Cukup aku melihat senyum kalian akhir-akhir ini, yang semakin menyayat lukaku makin dalam.
Pagi ini, sebelum matahari singgah dari peraduan. Aku sudah siap dalam kursi pesawat. Menyeka air mata yang sejak tadi mengalir deras penuh pilu. Namun kucoba menepis semua, semoga ini yang terbaik untukku dan untuk kalian.
Lupakan tentang cerita laut yang pernah kita lewati bersama
Lupakan tentang janji kita berdua
Lupakan tentang cinta kita
Lupakan semuanya, termasuk persahabatan kita
Kumohon, hapuslah semua tentangku di benak kalian, yang pernah menjadi teman dan kekasih.
Aku sudah tak menganggap kalian sebagai pengkhiat, semoga hilangnya aku bisa menganggap kalian tak pernah ada.
Aku sudah lelah mentikan sesak dalam hati, melihat kalian kini.
Jangan cari aku
karena aku tidak akan pernah kembali
Untuk terakhir kali
tempo itu
di petang hari, ketika kulihat tawa kalian
menganggapku kawan biasa yang tak punya kenangan,
dalam tangis hatiku
kuucap kata perpisahan penuh pilu
Semoga berbahagia
dan jangan cari aku
*bangun tidur, karena mimpi buruk tentang dia dan dia, semoga hanya mimpi*
Kali ini
aku menantimu
penuh sabar
menunggu
karena aku
mencoba untuk mengerti dirimu
diluar rinai
berderai deras
dan pasti kau belum pulang
kali ini
aku menantimu
sabar namun penuh harap
kali ini
aku ingin
mengertimu
karena rasanya
aku telah bersamamu
bersama pengertianmu
aku mau
mencoba mengerti
adanya kamu
aku menantimu
penuh sabar
menunggu
karena aku
mencoba untuk mengerti dirimu
diluar rinai
berderai deras
dan pasti kau belum pulang
kali ini
aku menantimu
sabar namun penuh harap
kali ini
aku ingin
mengertimu
karena rasanya
aku telah bersamamu
bersama pengertianmu
aku mau
mencoba mengerti
adanya kamu
aku tak mau mengeluh lagi
akan sakitku ini
yang menghujam tajam setiap saat
aku tak akan mengeluh lagi
akan perihku
yang semakin hari
mendidih dalam tubuhku
aku tak mau mengeluh lagi
semua penatku
aku mau sendiri dulu
membagi sakitku
pada waktu saja
menyembunyikan air mataku
pada daun jendela
kamarku saja
aku tak akan mengeluh lagi
pada semua orang
dan pada hidupku
Aku cuma berbicara
dengan pekat malam
yang sunyi
ketika aku
cuma berdua dengan Tuhanku
akan sakitku ini
yang menghujam tajam setiap saat
aku tak akan mengeluh lagi
akan perihku
yang semakin hari
mendidih dalam tubuhku
aku tak mau mengeluh lagi
semua penatku
aku mau sendiri dulu
membagi sakitku
pada waktu saja
menyembunyikan air mataku
pada daun jendela
kamarku saja
aku tak akan mengeluh lagi
pada semua orang
dan pada hidupku
Aku cuma berbicara
dengan pekat malam
yang sunyi
ketika aku
cuma berdua dengan Tuhanku
15 Maret 2010
Curhatan Belaka :)
dia
Setengah hari ini kira-kira sebagian jam habis di depan komputer, melihat beberapa sering koneksi internet yang kian jam kian nyambung. Menyalakan lagu, yang jejeran lagunya hanya lima lagu. Yang sejak awal bulan selalu diputar setiap saat. Mungkin orang lain selain saya sudah pasti bosan denger lagu itu-itu terus yang diputar.
Dua hari terakhir ini rumah hening, sejak pagi hingga menjelang sore.
Hanya yang bikin nyaman suasana rumah yang bersih diiringi lima lagu tersebut.
Seharusnya waktu hening begitu, aku bisa banyak merenung segala hal, tapi entah segala hal yang hendak kutuang dalam lembar-lembar catatan malah membisu tak bisa terurai.
Sejenak, derai hujan terdengar, namun kembali terik kemudian. Ah, cuaca yang aneh. Sudah melewati batas kewajaran ilmu geografi yang dipelajari di bangku sekolah menengah pertama.
Hari ini, koneksi internet sejak kemarin sore mulai gak konek lagi. Setelah menghubungi pusatnya, yang saya tahu kerusakan ada di anak pusat yang tempatnya gak jauh dari rumah saya. Beribu kekesalan menghantui hati saya. Apakah saya memang ditakdirkan untuk ber'jodoh' dengan koneksi internet? sampai kesal begini.
Tak heran, jika ibu saya selalu men'caci maki' saya kalau saya selalu nempel sama sama layar komputer. Kalau koneksi internet gabisa, saya jadi uring-uringan. Dan jelas sekali, bahwa sebagian waktu saya dirumah kebanyakan berselancar di dunia maya.
Bukannya, saya tidak membatasi aktivitas di dunia maya, Tapi ini udah jadi ketergantungan.
Hmm, saya ambil positif semua dari dunia maya. Di dunia maya, saya bisa bercerita sesuka saya, bercerita semuanya, menciptakan diksi kata yang bisa dinikmati teman-teman. Menceritakan semua rahasia saya.
Well, rahasia saya ada di sini semua. Termasuk pemuja rahasia saya juga bisa tau segala sesuatu saya di dunia maya.
Saya memang orang yang tak banyak bicara. Enggan bercerita panjang lebar pada sembarang orang. Apalagi teman yang baru dikenal. Sebenarnya saya memang tidak gampang mempercayai orang, apalagi menceritakan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan janji.
Hari ini, kegiatan saya cuma ngoprak-ngaprik folder. Cari-cari data dan merapikan data saya yang berantakan.. Dan ga nyangka kalau file-file puisi saya banyak yang berceceran di sembarang folder. Selain ngoprak-ngaprik folder, saya juga iseng ngeditin foto-foto lama. Foto-foto khusus saya waktu kelas 1 yang sudut fotonya banyak yang ga jelas karena dulu saya ga terlalu terobsesi untuk mendalami fotografi.
Selain itu, saya sedikit instropeksi. Apa yang saya perbuat dalam karya puisi serta foto dan cerpen-cerpen saya yang dulu. Ternyata, berjalannya usia memang memaksakan saya harus berpikir lebih realistis, lebih cerdas, dan lebih bagus.
Karya-karya saya yang dulu terkesan rancu, tidak ada makna dan terkesan memaksa untuk diciptakan. Tapi untuk karya sekarang, segalanya yang sekarang saya bisa mengungkapkan segala yang ada di dalam hati. Saya coba berbicara semuanya dengan hati, bukan suatu yang dipaksakan, tapi mengalir begitu saja. Jadi terkesan di dalam setiap karya tersimpan memori-memori dan cerita-cerita tersendiri.
Menjelang sore, saya tergerak untuk membuka novel 'perahu kertas' yang semenjak hari sabtu ada di tangan saya belum sedikit pun tersentuh untuk dibaca.
Sebelumnya, saya udah baca sebagian Novel Perahu Kertas dengan hikmat di TOKO BUKU. Kira-kira sampai bab 5.
Dan, tahukah apa yang terjadi?
Novel Perahu kertas menjadi salah satu jajaran buku terbaik di benak saya, dan baru pertama kali saya ngakak sekaligus terharu sekaligtus senyam-senyum terus.
Entah, karena sudah lama saya tidak disuguhi novel-novel tebal indonesia, karena selama ini saya menekuni novel luar negeri : ERAGON dan ELDEST.
Okey, bisa disimpulkan bahwa sampai saat ini, saya berhenti baca novel tersebut di halaman 365, masih terngiang segala cerita. Dan, sepanjang baca buku itu kebanyakan saya menitikkan air mata. Betul, betul fantastis banget gak sih tuh buku?
Tokohnya mampu membawa imajinasi saya berjalan layaknya menonton film atau sebenarnya sayalah yang terbawa menjadi sang tokoh utama.
Karena tokoh utama, keduanya sama-sama di kata 'unik' yang bahasa umumnya orang bilang 'aneh'.
Dari baca buku itu, saya jadi bangga dengan julukan teman-teman saya yang bilang saya 'aneh'. hahaha
Dan dalam hati sejak tadi saya berharap bahwa izinkan saya saja yang dijuluki 'aneh'. haha *aneh bener*
Memasuki usia 17 tahun di Bulan Mei nanti, saya menyadari bahwa banyak sekali hal yang berubah dari saya.
Banyak rasa bersalah yang saya rasa,
banyak inspirasi yang saya dapat
banyak aktivitas baru yang saya kerjaakan
banyak cerita yang patut saya ceritakan
banyak kenangan yang rasanya sulit untuk dilupakan
Dan, saya merasa bahwa persahabatan baru di tahun ini, merupakan persahabatan yang banyak kenangan. Banyak cerita yang dibagi, banyak masalah yang dibagi.
Walau banyak perbedaan, bahwa saya aneh dan mereka sedikit aneh *haha*. Tapi kebersamaan kita gak bisa tergantikan.
Saya jadi banyak menangis akhir-akhir ini. diliputi banyak perasaan bersalah, entah pada apa dan siapa.
Saya belum banyak membantu mereka, memahami mereka. Namun, mereka sudah bisa memahami saya walau bukan seutuhnya, karena yang bisa memahami kita cuma ALLAH saja.
Perlahan, dalam diam dan keheningan, saya mengarungi segala langkah yang telah dilewati selama 16 tahun ini.
Ketika awalnya saya menyukai Bintang dan langit malam, kemudian menyukai senja dan rembulan.
Saya mulai berbicara tentang cinta dan kerinduan
Saya banyak menangis sendu atau haru
Saya ingin merasakan angin di kesendirian
Saya mengingat kematian
Saya sekarang banyak bercermin dari kisah-kisah yang tegar
Saya mulai bermimpi lebih banyak
Saya membuat target
dan ketika saya merasakan hadirnya teman bicara dan kebeersamaan
Ketika orang-orang banyak yang mengsupport saya
Huft, banyak sekali yang berubah dari saya yang dulu menjadi saya yang baru. Yang sekarang berani mengekspresikan semuanya.
malaikat kecilku
yang terbang diatas
birunya langit
walau mentari begitu terik
malaikat kecilku
tersenyum indah menghembus
angin kedamaian
malaikat kecilku
tangan mungilmu
sapaanmu
dan tangismu
malaikat kecilku,
usah kau memunguti
dedaunan kering
demi seperak uang
malaikat kecilku
senyummu membawaku
pada makna dunia
yang tak selamanya indah
yang tak selamanya butuh kemewahan
malaikat kecilku
terbanglah
mendekat padaku
aku ingin memelukmu
membawamu
padaku
agar malaikat kecilku
tak lagi hanya memandang langit
engkau bisa menyentuhnya bersamaku
menghapus pilu
tak perlu memungut lagi
yang terbang diatas
birunya langit
walau mentari begitu terik
malaikat kecilku
tersenyum indah menghembus
angin kedamaian
malaikat kecilku
tangan mungilmu
sapaanmu
dan tangismu
malaikat kecilku,
usah kau memunguti
dedaunan kering
demi seperak uang
malaikat kecilku
senyummu membawaku
pada makna dunia
yang tak selamanya indah
yang tak selamanya butuh kemewahan
malaikat kecilku
terbanglah
mendekat padaku
aku ingin memelukmu
membawamu
padaku
agar malaikat kecilku
tak lagi hanya memandang langit
engkau bisa menyentuhnya bersamaku
menghapus pilu
tak perlu memungut lagi
Tak luput aku dalam sendu
pada angin yang menghembuskan
ceritaku
bersamamu
Tak luput aku dalam rindu
pada gemercik dedaunan
dan bunga
yang semerbak harumnya
tak luput aku dalam kenangan
ketika kau mengajakku
melangkah perlahan
melewati jalan berduri
Tak luput aku
memandang senyummu
mendengar kata-katamu
dan menyaksikan tangismu
pada angin yang menghembuskan
ceritaku
bersamamu
Tak luput aku dalam rindu
pada gemercik dedaunan
dan bunga
yang semerbak harumnya
tak luput aku dalam kenangan
ketika kau mengajakku
melangkah perlahan
melewati jalan berduri
Tak luput aku
memandang senyummu
mendengar kata-katamu
dan menyaksikan tangismu
Duduk diatas bebatuan yang terjalnya bisa memandang seisi dunia, yang bisa ku pandng senja.
Akhirny alangkahku berhenti disini, kemudian bersajak seorang diri diatas lembar-lembar kertas yang dikenang dedaunan.
Duduk sendiri, menatap luasnya semua. Aku terlalu kecil untuk jadi pengisah, suaraku terlalu lemah untuk mengisah pada semua.
Jangan ada yang memandangku, sebab aku akan terus tertunduk melihat jurang kenangan.
Tetes demi tetes, mengalir beriak dalam sungai kalbu. Angin menemaniku, sekedar mendengar piluku. Rerumputan tak kuasa menghiburku, malah balik mederas tangisku.
Aku masih disini, sendiri.
Biar aku tak takut merasa kehilangan, biar air mataku habis sebelum semuanya hilang.
Biarkan senduku yang terakhir kali menjelajahi dunia. biarkan derai pilu membasuh rerumputan yang hendak mengering. biar senduku bisa terkenang.
Duduk diatas bebatuan, seraya terus menggores dua kata :
maaf dan terima kasih
Kutuliskan untuk dunia, yang kini senja mulai menutup pandanganku,
ku harap rembulan bisa tegar.
Akhirny alangkahku berhenti disini, kemudian bersajak seorang diri diatas lembar-lembar kertas yang dikenang dedaunan.
Duduk sendiri, menatap luasnya semua. Aku terlalu kecil untuk jadi pengisah, suaraku terlalu lemah untuk mengisah pada semua.
Jangan ada yang memandangku, sebab aku akan terus tertunduk melihat jurang kenangan.
Tetes demi tetes, mengalir beriak dalam sungai kalbu. Angin menemaniku, sekedar mendengar piluku. Rerumputan tak kuasa menghiburku, malah balik mederas tangisku.
Aku masih disini, sendiri.
Biar aku tak takut merasa kehilangan, biar air mataku habis sebelum semuanya hilang.
Biarkan senduku yang terakhir kali menjelajahi dunia. biarkan derai pilu membasuh rerumputan yang hendak mengering. biar senduku bisa terkenang.
Duduk diatas bebatuan, seraya terus menggores dua kata :
maaf dan terima kasih
Kutuliskan untuk dunia, yang kini senja mulai menutup pandanganku,
ku harap rembulan bisa tegar.
jika cintaku
memang tak bisa
bersua setiap saat
kumohon,
sabarkan hatiku
jika cintaku
sebagai naungan
dari kisah-kisahku
kumohon,
sergaplah kata-kataku
jika cintaku
memang perlu
menimbun rindu
kumohon,
berilah aku
kesempatan bersendiri
agar aku terbiasa
menjalani
tanpa disisimu
jika cintaku
benar adanya
jangan izinkan
rinai berderai lagi
memang tak bisa
bersua setiap saat
kumohon,
sabarkan hatiku
jika cintaku
sebagai naungan
dari kisah-kisahku
kumohon,
sergaplah kata-kataku
jika cintaku
memang perlu
menimbun rindu
kumohon,
berilah aku
kesempatan bersendiri
agar aku terbiasa
menjalani
tanpa disisimu
jika cintaku
benar adanya
jangan izinkan
rinai berderai lagi
heningku
petang ini
menunggu benderang
cahaya
tangisku
petang ini
memeberi jawab
tentang semua
aku tak ingin pulang
memasuki
ruang-ruang yang beriak
aku tak ingin pulang
ke tempat penat
nan gaduh
langkahku ingin
menyusur ombak
menatap senja
pandanganku ingin
menatap angkasa
di terjal pegunungan
andai,
waktuku yang sendiri
bis amembawaku
pada mereka
sekedar mengisah
pada rerumputan
atau sepoi angin
yang hanya bisa
petang ini
menunggu benderang
cahaya
tangisku
petang ini
memeberi jawab
tentang semua
aku tak ingin pulang
memasuki
ruang-ruang yang beriak
aku tak ingin pulang
ke tempat penat
nan gaduh
langkahku ingin
menyusur ombak
menatap senja
pandanganku ingin
menatap angkasa
di terjal pegunungan
andai,
waktuku yang sendiri
bis amembawaku
pada mereka
sekedar mengisah
pada rerumputan
atau sepoi angin
yang hanya bisa
mendengarkan
10 Maret 2010
*yang ketika deraiku semakin deras*
10 maret
di malam dalam rinai
kesunyian
hening aku disini
masih membaca
baris demi baris
pesan yang sampa
disetiap menit
10 maret
jangan biarkan
rinaiku berderai
diatas kursiku
untuk yang kesekian kali
jangan buat
aku takut
merasa kehilangan
jangan buat
aku takut
terselimuti rinai
setiap saat
10 maret
di tengah riaknya
deras rinai
biarkan aku
mencari ketegaran lagi
di malam dalam rinai
kesunyian
hening aku disini
masih membaca
baris demi baris
pesan yang sampa
disetiap menit
10 maret
jangan biarkan
rinaiku berderai
diatas kursiku
untuk yang kesekian kali
jangan buat
aku takut
merasa kehilangan
jangan buat
aku takut
terselimuti rinai
setiap saat
10 maret
di tengah riaknya
deras rinai
biarkan aku
mencari ketegaran lagi
Bogor, 10 Maret 2010 , 22.00
sepanjang sore ini
derai berkisah tentang senja
kuhabiskan waktu
bersamamu
terimakasih,
telah menemaniku
setiap waktu
telah menebus rinduku
setiap saat
aku mencintaimu
sebisaku mencintaimu
yang ada batas, tidak lebih
aku mencintaimu
apapun keadaanmu
karena aku melihat nuranimu
kau berbeda
kita berbeda dengan mereka
kita putuskan perjalanan kita
begini adanya
rangkul aku,
jika aku mulai terjatuh
temani aku,
jika aku sendu
duduklah disampingku
jika ceritaku masih terbendung
genggam tanganku,
jika aku mulai menjauh
terimakasih,
segalanya
pengorbananmu
dari derai pertama menemaniku
hingga senja mengakhiriku
bayangmu hadir kembali
dalam mimpiku
bunga tidur yang dua kali
mengisah sendu
kemudian kembali pada suka
bayangmu yang pertama,
diiringi lembar-lembar kertas
membungkus hatiku
karena pengkhianatan
ku baca baris demi baris
kata demi kata
kemudian tak lagi
berani aku memandangmu
lariku tertuju pada satu tempat
yang pernah ku kunjungi
untuk sendiri
kugenggam selembar janjimu
kemudian air mataku
mulai berderai perlahan
perlahan lalu deras
ini, cuma sendiri
menangis bukan cemburu
tapi kecewa
aku tenggelam pada cintamu
yang benar-benar semu
birunya langit
padang yang menguning
dalam secangkir teh itu
menyimpan deraiku
rinai ditengah terik
cintaku habis
ditangisi bunga tidur
dalam mimpiku
bunga tidur yang dua kali
mengisah sendu
kemudian kembali pada suka
bayangmu yang pertama,
diiringi lembar-lembar kertas
membungkus hatiku
karena pengkhianatan
ku baca baris demi baris
kata demi kata
kemudian tak lagi
berani aku memandangmu
lariku tertuju pada satu tempat
yang pernah ku kunjungi
untuk sendiri
kugenggam selembar janjimu
kemudian air mataku
mulai berderai perlahan
perlahan lalu deras
ini, cuma sendiri
menangis bukan cemburu
tapi kecewa
aku tenggelam pada cintamu
yang benar-benar semu
birunya langit
padang yang menguning
dalam secangkir teh itu
menyimpan deraiku
rinai ditengah terik
cintaku habis
ditangisi bunga tidur
award ini saya dapet dari loopdreamer dan finesamaya. hihi dapet sekaligus duaa :)
makasi yaaa :) jadi makin semangat nuuliss.
nah, yang bikin saya bingung sama peraturannya nih -.- ehhm, tak tahu laah sayaaa. makasii banyak ajaa :)
kisahku pada rinai
tak pernah usai
seperti rindu rinai
pada kemarau
tawaku pada rinai
tak pernah luluh
sperti gembirayang tak luluh
saat berderai
memoriku pada rinai
tak pernah hilang
seperti pepohonan
disirami
tak pernah usai
seperti rindu rinai
pada kemarau
tawaku pada rinai
tak pernah luluh
sperti gembirayang tak luluh
saat berderai
memoriku pada rinai
tak pernah hilang
seperti pepohonan
disirami
sampai kapan
aku menunggu reda
bersamamu disini
tanpa sepi
sampai kapan
kau berhenti menatapku
diantara jarak
kita berdua
detik yang berdenting
dihalau guntur menggelegar
genggam erat tanganku
agara kau tak nampak jauh
kemudian gelak tawa
terpecah
dari awal senyuman
dari cinta
genggam erat tanganku
dalam langkah kita
sebelum menjauh
aku menunggu reda
bersamamu disini
tanpa sepi
sampai kapan
kau berhenti menatapku
diantara jarak
kita berdua
detik yang berdenting
dihalau guntur menggelegar
genggam erat tanganku
agara kau tak nampak jauh
kemudian gelak tawa
terpecah
dari awal senyuman
dari cinta
genggam erat tanganku
dalam langkah kita
sebelum menjauh
teruntuk hari ini
yang terasa berbeda semuanya
terik yang kelabu
rinai dalam senja
dan pegunungan dalam lautan
teruntuk hari ini
yang kiranya air mata
berderai tanpa alasan
yang anginnya menghembuskan
hening dalam sepi
aku menahannya
sebisaku menerpa angin
tapi malah membendung
kemudian deras jatuhnya
teruntuk hari ini
ketika sepi
tak mengubah renungan
ketika beriak tak
menyeka air mata
ada di mana duniaku
yang dulu
dalam sepi, dalam hening
bukan untuk menerka saja
sekedar derai
yan jatuh begitu perlahan
atau tawa dalam kebisuaan
atau bebatuan dalam pikiran
teruntuk hari ini
yang menderai rinai
bukan senyuman
bukan renungan
teruntuk hari ini
entah kehilangan
kawan atau lawan
waktu atau kesempatan
kejujuran atau kebohongan
menerima atau memberi
merangkul atau melepas
yang terasa berbeda semuanya
terik yang kelabu
rinai dalam senja
dan pegunungan dalam lautan
teruntuk hari ini
yang kiranya air mata
berderai tanpa alasan
yang anginnya menghembuskan
hening dalam sepi
aku menahannya
sebisaku menerpa angin
tapi malah membendung
kemudian deras jatuhnya
teruntuk hari ini
ketika sepi
tak mengubah renungan
ketika beriak tak
menyeka air mata
ada di mana duniaku
yang dulu
dalam sepi, dalam hening
bukan untuk menerka saja
sekedar derai
yan jatuh begitu perlahan
atau tawa dalam kebisuaan
atau bebatuan dalam pikiran
teruntuk hari ini
yang menderai rinai
bukan senyuman
bukan renungan
teruntuk hari ini
entah kehilangan
kawan atau lawan
waktu atau kesempatan
kejujuran atau kebohongan
menerima atau memberi
merangkul atau melepas
Bogor, 3 Maret 2010, hari yang kelabu "maaf semuanya"
Sendiri Menyepi perlahan kucari, mengapa diriku hampa… mungkin ada salah, mungkin ku tersesat, mungkin dan mungkin lagi… Oh Tuhan aku merasa sendiri menyepi ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi sampai kapan ku begini resah tak bertepi kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala benderang di hidupku.. Perlahan kucari, mengapa diriku hampa mungkin ada salah mungkin ku tersesat, mungkin dan mungkin lagi Oh Tuhan aku merasa.. sendiri menyepi… Ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi sampai kapan ku begini resah tak bertepi kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa…… seeeeendiri….aku merasa sendiri.. sampai kapan begini resah tiada bertepi…Ooohh.. Kuingin cahyaMu benderang di hidupku.. |
bisakah
kau menyeka air mataku
untuk kali ini saja
ketika aku berjalan
yang terakhir kalinya
menghadap mereka
yang rautnya terlihat begitu tegar
bisakah,
kau menyeka air mataku
untuk saat ini saja
yang terakhir kali aku
ingin mengulas senyum pada mereka
rangkul aku
dan berjalanlah disampingku
buat aku menjadi tegar
untuk kali ini saja
kau menyeka air mataku
untuk kali ini saja
ketika aku berjalan
yang terakhir kalinya
menghadap mereka
yang rautnya terlihat begitu tegar
bisakah,
kau menyeka air mataku
untuk saat ini saja
yang terakhir kali aku
ingin mengulas senyum pada mereka
rangkul aku
dan berjalanlah disampingku
buat aku menjadi tegar
untuk kali ini saja
Bogor, 3 Maret 2010, masih tentang sendu dan berharap ada yang mengerti
mungkin kau belum tahu
semua yang ada di fikirku
tentang hari ini
dan tentang mentari yang begitu terik
mungkin kau belum tahu
atau memang belum memperdulikan aku
lagi,
aku kembali tidak tegar
kembali sesak
menahan tangis
lagi,
aku belum bisa memaknai
setiap peristiwa
lagi, aku belum
bisa menahan air mataku jatuh
mungkin kau belum peduli
tentang semua yang aku pikirkan
tentang hari ini
mungkin nanti
ketika kita bertemu
tidak ada canda seperti kemarin
mungkin
kita hanya saling tatap
kemudian berlalu
mungkin,
kau tidak bisa melihat tetes air mataku berderai
senyuman
maupun sapaan
hari ini,
kembali terurai air mata
entah karena amarah
rasa bersalah
dan semuanya
mereka datangnya bertubi-tubi
menghantamku tajam
menusukku
menyingkirkan aku
gusar, sendu ataupun gundah
semuanya bersatu padu
dalam unggakan air mata
mengalir perlahan
setiap perjalananku
dan mungkin,
kau tidak akan pernah tahu
tentang senduku hari ini
yang menggunung
sendiri,
semua yang ada di fikirku
tentang hari ini
dan tentang mentari yang begitu terik
mungkin kau belum tahu
atau memang belum memperdulikan aku
lagi,
aku kembali tidak tegar
kembali sesak
menahan tangis
lagi,
aku belum bisa memaknai
setiap peristiwa
lagi, aku belum
bisa menahan air mataku jatuh
mungkin kau belum peduli
tentang semua yang aku pikirkan
tentang hari ini
mungkin nanti
ketika kita bertemu
tidak ada canda seperti kemarin
mungkin
kita hanya saling tatap
kemudian berlalu
mungkin,
kau tidak bisa melihat tetes air mataku berderai
senyuman
maupun sapaan
hari ini,
kembali terurai air mata
entah karena amarah
rasa bersalah
dan semuanya
mereka datangnya bertubi-tubi
menghantamku tajam
menusukku
menyingkirkan aku
gusar, sendu ataupun gundah
semuanya bersatu padu
dalam unggakan air mata
mengalir perlahan
setiap perjalananku
dan mungkin,
kau tidak akan pernah tahu
tentang senduku hari ini
yang menggunung
sendiri,
*untuk hari ini: Rabu, terik yang kelabu*
sore ini tak ada senja
rinai kembali menhilangkannya
namun rinai,
yang derainya makin deras
mengurung hatiku
untuk pulang
bayang senyummu
di tetes rinai hari ini
detak semakin cepat
tak peduli detik yang berlari
rinai kembali
dan kita kembali menanti
dalam dingin
karena kerinduan pada rembulan
pasti membeku
rinai kembali menhilangkannya
namun rinai,
yang derainya makin deras
mengurung hatiku
untuk pulang
bayang senyummu
di tetes rinai hari ini
detak semakin cepat
tak peduli detik yang berlari
rinai kembali
dan kita kembali menanti
dalam dingin
karena kerinduan pada rembulan
pasti membeku
katamu,
rembulan malam ini
sengaja kau lukis untukku
ucapmu,
senandungmu
mengantar tidurku
bayang senyummu
tersirat di kalbu
malam ini
kembali aku merindumu
yang tak pernah hadir
mendekapku
katamu
aku menatap lukisanmu
di langit lepas
rembulan
rembulan malam ini
sengaja kau lukis untukku
ucapmu,
senandungmu
mengantar tidurku
bayang senyummu
tersirat di kalbu
malam ini
kembali aku merindumu
yang tak pernah hadir
mendekapku
katamu
aku menatap lukisanmu
di langit lepas
rembulan
tentang blog-blog saya,
udah berapa ya? dari tahun 2006 saya udah nyoba-nyoba bikin blog di berbagai situs penyedia blog. akan tetapi, karena waktu itu emang ga niat sama sekali dan fasilitas internet dulu nggak ada dirumah jadi kurang tertarik sama blog.
dan, berjalannya waktu. semakin banyak saya liat-liat blog orang-orang atau ngeliat banyak-banyak tulisan yang bisa diceritakan sesuka hati, akhirnya saya buat blog juga dengan serius.
nah, blog yang banyak yang sekarang saya punya itu muncul karena waktu dulu saya suka coba-coba bikin.
pada akhirnya, sekarang... saya bisa ngotak-ngatik sendiri blog semenarik mungkin. itu karena saya suka ngotak-ngatik dan berkunjung ke blog-blog yang keren-keren :)
tahukah kalau nulis blog itu bisa nambah inspirasi? apalagi kalau udah anteng degerin lagu-lagunya Letto :) *hihi*
naah, karena saking semangatnya saya nge-blog dan semakin tambah umur saya, prinsip saya akhirnya jalan.
kalau dulu blog-blog saya ga diurusin, sekarang insya allah saya urusin semuanya. heheehe
ini dia beberapa blog yang sekarang saya urus :
BLOG INI : maiipuisi.blogspot.com
isinya tentang semuanya, kebanyakan diary sama puisi *liat aja kategorinya*
letstories.blogspot.com
sebenernya ini blog udah beberapa kali ganti nama, dan akhirnya saya putuskan blog ini isinya cerita-cerita plus puisi-puisi yang gimanaaa gitu *baca aja mendingan*
sasastra.blogspot.com
Saya ngediriin komunitas sastra ini, tapi kayanya masih garing banget -.- heee, musti terus dipublikasikan, belom banyak yang jadi member nih -.- isinya puisi-puisi yang udah diolah sama sastra community
deraidedaunan.wordpress.com
baru ketemu paswordnya, dan saya putuskan blog ini cuma berisi puisi-puisi aja, kaya blognya mas dhedot :)
udah berapa ya? dari tahun 2006 saya udah nyoba-nyoba bikin blog di berbagai situs penyedia blog. akan tetapi, karena waktu itu emang ga niat sama sekali dan fasilitas internet dulu nggak ada dirumah jadi kurang tertarik sama blog.
dan, berjalannya waktu. semakin banyak saya liat-liat blog orang-orang atau ngeliat banyak-banyak tulisan yang bisa diceritakan sesuka hati, akhirnya saya buat blog juga dengan serius.
nah, blog yang banyak yang sekarang saya punya itu muncul karena waktu dulu saya suka coba-coba bikin.
pada akhirnya, sekarang... saya bisa ngotak-ngatik sendiri blog semenarik mungkin. itu karena saya suka ngotak-ngatik dan berkunjung ke blog-blog yang keren-keren :)
tahukah kalau nulis blog itu bisa nambah inspirasi? apalagi kalau udah anteng degerin lagu-lagunya Letto :) *hihi*
naah, karena saking semangatnya saya nge-blog dan semakin tambah umur saya, prinsip saya akhirnya jalan.
kalau dulu blog-blog saya ga diurusin, sekarang insya allah saya urusin semuanya. heheehe
ini dia beberapa blog yang sekarang saya urus :
BLOG INI : maiipuisi.blogspot.com
isinya tentang semuanya, kebanyakan diary sama puisi *liat aja kategorinya*
letstories.blogspot.com
sebenernya ini blog udah beberapa kali ganti nama, dan akhirnya saya putuskan blog ini isinya cerita-cerita plus puisi-puisi yang gimanaaa gitu *baca aja mendingan*
sasastra.blogspot.com
Saya ngediriin komunitas sastra ini, tapi kayanya masih garing banget -.- heee, musti terus dipublikasikan, belom banyak yang jadi member nih -.- isinya puisi-puisi yang udah diolah sama sastra community
deraidedaunan.wordpress.com
baru ketemu paswordnya, dan saya putuskan blog ini cuma berisi puisi-puisi aja, kaya blognya mas dhedot :)
sengaja
setiap hari
kulipat selembar kertas
menjadi perahu
setiap hari satu perahu
kemudian
ku layarkan
lewat lautan
sengaja
setiap hari
kutuliskan
harapku dalam lipatan
perahu kertas
setiap hari
satu perahu
hingga
bisa kau lihat
ada beribu perahu
yang kubuat
hanya untukmu
setiap hari
kulipat selembar kertas
menjadi perahu
setiap hari satu perahu
kemudian
ku layarkan
lewat lautan
sengaja
setiap hari
kutuliskan
harapku dalam lipatan
perahu kertas
setiap hari
satu perahu
hingga
bisa kau lihat
ada beribu perahu
yang kubuat
hanya untukmu
malamku sedang bersembunyi
makin gelap
makin pekat
sembunyikan rembulan
sembunyikan berbintang
malamku sedang bersembunyi
menyimpan pesan
yang tak pernah sampai
malamku
menyembunyikan rindu
yang rembulan
tak bisa sampaikan
malamku
masih bersembunyi
menyergapku
Terkesimaa :)
waawaaa, kereeen bangeeet banget bangeeet :D
*jadi keinget seseoraang, hihi mirip... mirip*
bertengker
pada pohonmu
yang buahnya senyuman
menyentuh akarmu
yang menjalar
memasuki
rongga-rongga hatiku
bermain dengan dedaunanmu
yang gugur
namun nampak yang baru
memeluk dahanmu
yang kokoh
penuh wibawa
bersandar pada rumputmu
yang mengajakku
menjauhi illusi
pada pohonmu
yang buahnya senyuman
menyentuh akarmu
yang menjalar
memasuki
rongga-rongga hatiku
bermain dengan dedaunanmu
yang gugur
namun nampak yang baru
memeluk dahanmu
yang kokoh
penuh wibawa
bersandar pada rumputmu
yang mengajakku
menjauhi illusi