Suatu sore, dibalik jendela

By Nayla Nuha - September 09, 2015

Seringkali saya belajar dari pengalaman. Pengalaman yang saya alami dari orang-orang dan lingkungan sekitar, nasihat-nasihat yang kadang terselip dalam kekesalan, dan cerita orang lain. 

Seringkali saya mencerna baik-baik lalu mengambil langkah apa yang harus diambil, mengambil secara sengaja ataupun tidak sengaja nasihat orang lain untuk nantinya saya sampaikan kepada orang lain lagi
Ya, ada pertemuan yang mempertemukan kita pada orang yang hampir sama sifatnya dengan kita, dan tanpa disadari kita hidup dalam lingkungan yang kadang berbeda 180 derajat dengan sifat kita. 

Saya juga adalah tipe orang yang lebih sering memikirkan sebab-akibat. Sebab kenapa seseorang begitu terlihat bahagia atau terlihat betapa terpuruknya. 

Saat itu saya menempatkan diri dalam ruang netral. Bisa saja saya melangkah ke kanan untuk berbahagia, atau bisa saja saya melangkah ke kiri, untuk bersedih. 

Tapi sesuatu mengajari saya. Bahwa kita dilahirkan bukan semata-mata untuk menikmati kesedihan. Kita boleh saja memilih ruang, yang penuh dengan kebahagiaan atau ruangan penuh dengan kedukaan.
Kita diajari -setelah kita lahir- bukan untuk melihat tangisan kesedihan, tapi sorak sorai bahagia syukur karena kita berhasil sampai ke dunia. 

Mungkin di luar sana banyak orang yang punya masa lalu pahit. Mereka ditinggalkan orangtua, tidak punya keluarga dan kerabat, mengalami penyiksaan dari orang-orang terdekat dan lain-lain. 

dan, coba lihat, apakah ketika kita sedang berteman dengan keterpurukan dan kesedihan dahulu kita mengalami seperti mereka? Atau apakah mereka sekarang semelarat yang kita rasa? Kurasa tidak begitu. Kurasa kita masih beruntung. Kurasa kita masih perlu memilih untuk menjadi bahagia. 

Jika kamu melihat hidup oranglain bahagia. Kamu tertipu. Sangat tertipu. Tidak ada hidup manusia yang selalu penuh bahagia seperti perkiraanmu. Beban yang diberikan Tuhan sama beratnya setiap manusia. Hanya saja mereka mau memilih, untuk berbahagia. 

ya. Kadang kita menyalahkan keadaan, menyalahkan orang sekitar, ataupun menyalahkan diri sendiri. Coba ingat, apakah menyalahkan sesuatu bisa merubah apapun? Tidak. Kamu tidak memilihnya begitu.
Kamu cuma nyaman, merasa nyaman dalam keterpurukan, menikmati kesenduan dan senang melemparkan masalahmu kepada orang lain atau keadaan lain. 

Waktu itu terus berjalan, tak peduli kamu mau menyalahkan siapa, tak peduli kamu sibuk pada pilihan yang salah. 

Dan satu-satunya kunci pada diri manusia, adalah Iman. Kepercayaan. Bahwa ketika kita berusaha percaya, apa yang diberikan Tuhan, dan apa yang harus kita pilih, kelak waktu akan menuntun kita. Bukan meninggalkan. Dan kelak kita akan akrab dengan segala hal untuk bekerja keras, melawan diri kita sendiri seraya terus percaya bahwa Tuhan menyiapkan kita sejak lama sekali untuk mengemban Amanah sebagai manusia... 

Maka berbahagialah! Lapangkan dadamu, dan bersyukurlah! 

/saat kata-kata tidak lagi berarti untuk seseorang... yah cuma bisa bikin ini/

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar