Kursi Gadis di sisi Jendela

By Nayla Nuha - Agustus 05, 2015

Selamat malam.
gadis di sisi jendela,
yang duduk di kursi berbeda, tapi tetap di sisi jendela, ada nada yang membuatnya memandang keluar jendela; langitnya mulai gelap. Ia mencari purnama, padahal purnama baru saja berakhir. 

Ia memejamkan mata, tanpa ia ingat bahwa ada segaris cahaya senja yang ia lupakan. Tapi, air mata membuat batas di matanya. Ia tidak bisa terpejam sempurna, pun menghilangkan bayang-bayang apa yang ia temui hari ini. 

Ia membasuh pipinya perlahan, menoleh lama pada sisi jendela, sebab mau ramai atau tak ramai pun ia tetap hanya gadis yang harusnya diam di sisi jendela. 

Entah karena ia memang sudah memutuskan untuk setia pada sisi jendela, atau ia sebenarnya tidak tahu, apa yang seharusnya ia lakukan. Beranjakkah dan mencari perjalanan baru, atau memang harus setia pada sisi jendela. Tapi yang kutahu, gadis di sisi jendela, menyukai sisi yang tidak banyak orang tahu, tidak banyak orang lihat dan orang-orang ingat. 

Kini, gadis di sisi jendela sedang tertidur, sebab ia lelah. Ia lelah bermimpi sampai langit sudah gelap, ia lelah bermimpi menggantungkan kertas-kertas diatas kepalanya.

Gadis di sisi jendela, yang selalu terburu-buru melakukan perjalanan, dan seringkali pulang lewat batas waktu menghela nafas panjang, untuk kesekian kalinya yang tidaj terhitung, ia menerka-nerka, seperti apa perasaannya sekarang, yang terpisah-pisah dalam satu gelas yang berdampingan sesendok gula. Ia ingin mengaduknya, lalu meneguk sampai habis. 

Sampai kaca jendela bisa menegurnya, sampai sisi jendela punya tempat yang nyaman untuk bercerita. 

Hey, gadis di sisi jendela, apakah kamu butuh ruang untuk kudengarkan ceritamu? 

#Bogor, 5 Agustus 2015

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar