Duduk diatas bebatuan yang terjalnya bisa memandang seisi dunia, yang bisa ku pandng senja.
Akhirny alangkahku berhenti disini, kemudian bersajak seorang diri diatas lembar-lembar kertas yang dikenang dedaunan.
Duduk sendiri, menatap luasnya semua. Aku terlalu kecil untuk jadi pengisah, suaraku terlalu lemah untuk mengisah pada semua.
Jangan ada yang memandangku, sebab aku akan terus tertunduk melihat jurang kenangan.
Tetes demi tetes, mengalir beriak dalam sungai kalbu. Angin menemaniku, sekedar mendengar piluku. Rerumputan tak kuasa menghiburku, malah balik mederas tangisku.
Aku masih disini, sendiri.
Biar aku tak takut merasa kehilangan, biar air mataku habis sebelum semuanya hilang.
Biarkan senduku yang terakhir kali menjelajahi dunia. biarkan derai pilu membasuh rerumputan yang hendak mengering. biar senduku bisa terkenang.
Duduk diatas bebatuan, seraya terus menggores dua kata :
maaf dan terima kasih
Kutuliskan untuk dunia, yang kini senja mulai menutup pandanganku,
ku harap rembulan bisa tegar.
Akhirny alangkahku berhenti disini, kemudian bersajak seorang diri diatas lembar-lembar kertas yang dikenang dedaunan.
Duduk sendiri, menatap luasnya semua. Aku terlalu kecil untuk jadi pengisah, suaraku terlalu lemah untuk mengisah pada semua.
Jangan ada yang memandangku, sebab aku akan terus tertunduk melihat jurang kenangan.
Tetes demi tetes, mengalir beriak dalam sungai kalbu. Angin menemaniku, sekedar mendengar piluku. Rerumputan tak kuasa menghiburku, malah balik mederas tangisku.
Aku masih disini, sendiri.
Biar aku tak takut merasa kehilangan, biar air mataku habis sebelum semuanya hilang.
Biarkan senduku yang terakhir kali menjelajahi dunia. biarkan derai pilu membasuh rerumputan yang hendak mengering. biar senduku bisa terkenang.
Duduk diatas bebatuan, seraya terus menggores dua kata :
maaf dan terima kasih
Kutuliskan untuk dunia, yang kini senja mulai menutup pandanganku,
ku harap rembulan bisa tegar.
3 komentar