Tetangga

By Nayla Nuha - Februari 06, 2016



Persis berasal dari rumah belakang rumahku.
Tetangga belakang rumah, yang sebenarnya aku pun tidak tahu namanya apalagi wajahnya.
Hampir setiap menjelang waktu makan tiba, selalu tercium aroma lezat dari dapurnya
Asap masakannya tidak pernah tampak, tapi aromanya jelas melebur bersama udara
Tepatnya lagi, di rumahku sering tidak ada makanan selezat aroma itu.
Dari aromanya saja sudah bisa ditebak apa yang mereka masak disana.

Lama-lama aku jadi berimajinasi sendiri.
Ada berapa orangkah penghuni rumah tersebut
Siapakah yang memasak dengan aroma selezat itu, dan pastinya makanannya bervariasi dan enak
dan, apakah dapur mereka sebagus dapur-dapur yang sering kuliat di tabloid desain interior
Lalu apa yang mereka lakukan disaat makan,
berbincang tentang banyak hal kah? 
atau saling diam menikmati makanan
dan berapa piring yang mereka habiskan dalam satu kali makan

Ya, sebab di keluargaku. Seringnya kami makan dengan cukup. Seperlunya.
Ada banyak keluarga di luar sana, mereka masak hanya sekali, dalam jumlah besar, lalu memakan menu itu dalam satu hari saja.
Jelas berbeda dengan  keluargaku.
Kami memasak seperlunya, pada saat jam makan itulah menu kami sudah habis ludes. Ya, karena enak. Dan ketika datang waktu makan berikutnya, dalam sekejap Ibu kami sudah siap dengan santapan menu yang berbeda.

Dulu begitu

Sekarang tidak. Kami tidak sering memakan makanan enak -yang kata mereka enak-
Sekarang kami menjadi konsumen fleksibel. Lebih fleksibel. Sebab kebanyakan yang enak -kata mereka- ternyata tidak sehat jika sering dikonsumsi. Apalagi kalau saya banyak makan, nanti berat badan tambah naik dan itu tidak boleh terjadi, wong diet aja susahnya minta ampun belum kesampean.

Jadi ingat perkataan salah seorang teman saya :
"Aku sebenernya kasihan sama orang yang pingin diet, kenapa coba, mereka harus nyiksa diri mereka biar ga makan dan lain-lain" ya, kebetulan dia orang yang gak bisa merasakan diet, karena berat badannya ga berlebih, dan dia "kasihan", ya, karena dia gak merasakan apa yang dirasakan kaum pemilik berat badan berlebih. 

Dan kebetulan sekali, saya adalah orang yang gak suka makan banyak, tapi berat badan naik dan lama kelamaan ketika saya sedang kerja, saya juga suka lupa makan. Kebalikan dengan adik saya yang makan banyak tapi gak punya masalah berat badan. Adil gak sih? Yah, harus dibilang adil sih, entah kenapa.

Ya, begitulah keadaan tetangga di belakang rumah.
Sekali-kali cobalah beri kami sesuatu yang nyata atas aroma-aroma yang seringkali kami cium.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar