Imajinasi

By Nayla Nuha - Desember 24, 2015

Akhir-akhir ini imajinasi menjadi-jadi. Tapi dia akhirnya menyadari bahwa imajinasi adalah sesuatu yang dikarang didalam otak manusia atas kehendak manusia itu sendiri. Banyaknya imajinasi itu semu, palsu, dan tidak akan menjadi nyata. Yang tidak akan menjadi nyata mungkin akan selalu diingat sekarang. Bahwa yang di-imajinasikan bisa jadi memang tidak pernah terwujud.

Imajinasi hanya sebagian kecil dari bagian yang kita sebut mimpi. Bukan mimpi yang sering datang ketika otak bekerja ketika kita tidur. Tapi mimpi yang mungkin di alam bawah sadar kita, bersamaan dengan imajinasi, ia diciptakan. Kadang juga muncul keinginan kita untuk menuliskannya, setelah itu kita membuat perhitungan tentang bagaimana langkah yang harus kita tempuh untuk mencapai mimpi itu sendiri. 

Imajinasi datang, ketika kita baru mengenal pola pikir. Ya, ketika masa kanak-kanak tumbuh di fase kita. Kita berimaijnasi apa saja. Tentang suatu benda, tentang awan di langit, bahkan tentang cita-cita. Kadang kita menjadikan sesuatu yang tidak ada, menjadi ada. Imajinasi. 

Seiring bertambahnya usia dan pengalaman yang kita temui. Kita tahu, seringnya imajinasi hanya menjadi imajinasi. Bahkan orang dewasa bisa saja tidak lagi berteman dengan imajinasi. Karena dunia nyata itu lebih menyenangkan mungkin, atau lebih keras untuk dijalani? 

Tapi seringnya beberapa orang dewasa masih memilikinya. Seperti menciptakan dunia untuk dirinya sendiri, lewat imajinasinya sendiri. Entahlah.

Tapi ada seseorang yang merasa begitu. Ia begitu menikmati hidupnya dalam dunia imajinasinya. Ia menemukan sesuatu untuk menampung imajinasinya sendiri. Entah itu lewat membaca buku, menulis sesuatu, mendengarkan lagu, bernyanyi, atau menggambar. Ia mendapati dunianya disana, di imajinasi yang sekarang ia anggap memang tidak pernah nyata.

Ia sekarang sedang kembali pada dunia imajinasinya, tapi tetap menjalani dunia nyatanya disini. Kerap kali ia bertanya pada dirinya sendiri, mendengar orang mengeluh tentang waktu dan masa lalu. Sedang, ia sendiri sebenarnya tengah memperjuangkan itu. Ia kembali ke dunia imajinasinya dulu, yang hanya ia yang tahu bagaimana menikmatinya.

Sore tadi ia bermimpi. Mimpi yang membangunkan dan menamparnya berkali-kali. Sebab setelah itu, ia menyadari mimpi hanyalah bunga tidur yang tidak nyata. Penuh pertanyaan setelahnya, mungkin saja itu tanda, atau mungkin saja itu hanya lanjutan dari imajinasinya yang tidak pernah selesai.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar