Bangunan berdinding, dan punya beberapa pintu dan jendela. Inilah Rumah.
Terlindung dari sinar matahari langsung, polusi, panas, dingin dan gelap. Inilah rumah
Mencipta sebuah logam bernama kunci yang akan menjadi berharga; untuk rumah
Lucu aja ya, Seluas tanah yang disisakan, dicabut rumput-rumputnya ditebang pohonannya, lalu menggambar sebuah kotak besar, mencangkulnya, meratakan tanahnya, menimbunnya dan menambahkan material-material yang membentuk ruang. Kemudian mereka memolesnya dengan rapi, membuat dinding penghalang, membuat lubang untuk pintu dan jendela, kemudian menghiasnya. Tanah yang berubah beralaskan keramik, dinding-dinding yang beraneka warna, kemudian tidak lupa segala perabotannya.
Jadilah ini, bangunan. Yang disebut rumah.
lucu ya, sepetak tanah bisa jadi tempat untuk berlindung. Ketika gelisah akan malam hari, dengan yakin pasti menutup pintu dan menguncinya rapat, atau ketika tengah menunggu seseorang, tirai jendela dibiarkan terbuka sedikit, mengintip siapa tahu yang ditunggu sudah datang.
Lucu ya, padahal kalau dinding-dinding ini bisa ditembus pandang, sepetak tanah ini tak ada bedanya dengan luasnya lingkungan diluar sana. Ah lucu deh pokoknya. Tanpa dinding-dinding dan atap ini, semua bisa masuk. Binatanglah, bahkan orang asing sekalipun. Terlindung dari bahaya yang mengintai pun tidak akan bisa.
Ah lucu ~
*pikiran ngawur ini ditulis waktu kemarin semalam gelagapan ngira pager depan belom digembok /padahaludahsamaibu/ lalu mengunci pintu rumah dengan bersemangat soalnya engselnya udah keras gegara udara dingin/
Terlindung dari sinar matahari langsung, polusi, panas, dingin dan gelap. Inilah rumah
Mencipta sebuah logam bernama kunci yang akan menjadi berharga; untuk rumah
Lucu aja ya, Seluas tanah yang disisakan, dicabut rumput-rumputnya ditebang pohonannya, lalu menggambar sebuah kotak besar, mencangkulnya, meratakan tanahnya, menimbunnya dan menambahkan material-material yang membentuk ruang. Kemudian mereka memolesnya dengan rapi, membuat dinding penghalang, membuat lubang untuk pintu dan jendela, kemudian menghiasnya. Tanah yang berubah beralaskan keramik, dinding-dinding yang beraneka warna, kemudian tidak lupa segala perabotannya.
Jadilah ini, bangunan. Yang disebut rumah.
lucu ya, sepetak tanah bisa jadi tempat untuk berlindung. Ketika gelisah akan malam hari, dengan yakin pasti menutup pintu dan menguncinya rapat, atau ketika tengah menunggu seseorang, tirai jendela dibiarkan terbuka sedikit, mengintip siapa tahu yang ditunggu sudah datang.
Lucu ya, padahal kalau dinding-dinding ini bisa ditembus pandang, sepetak tanah ini tak ada bedanya dengan luasnya lingkungan diluar sana. Ah lucu deh pokoknya. Tanpa dinding-dinding dan atap ini, semua bisa masuk. Binatanglah, bahkan orang asing sekalipun. Terlindung dari bahaya yang mengintai pun tidak akan bisa.
Ah lucu ~
*pikiran ngawur ini ditulis waktu kemarin semalam gelagapan ngira pager depan belom digembok /padahaludahsamaibu/ lalu mengunci pintu rumah dengan bersemangat soalnya engselnya udah keras gegara udara dingin/
0 komentar