Gambar
By Nayla Nuha - April 15, 2015
Hai, selamat pagi.
Sejak kemarin langit kelabu. Mungkin juga hati butuh asupan sinar matahari, juga jendela yang terbuka. Biar udara masuk perlahan mengikiskan rasa-rasa gelisah.
Menuntut seseorang lebih peduli dengan keadaan kita itu sulit sekali. Bahkan untuk mendapatkan tempat cerita yang nyaman dan menenangkan dalam diri orang lain pun tidak semudah menuliskan semuanya di dalam sebuah postingan semacam ini hehe.
Akhir-akhir ini saya disibukkan oleh pikiran-pikiran tentang masa depan. Padahal waktu tetap terus berjalan tanpa menegurku untuk berhenti memikirkan hal-hal yang menakutkan. dan pada akhirnya saya bermimpi dikejar kematian, deadline yang ditentukan menyalahi takdir. Mimpi yang seperti cerita fiksi, yang luluh setelah mendengar Adzan subuh.
saking sibuknya, sampai banyak hal yang terbengkelai, dan bisikan-bisikan menyerah pun datang bertubi-tubi. Untuk apa berlama-lama depan monitor sedang tulisan-tulisan itu enggan untuk di sentuh ataupun diterjemahkan. Ugh
Banyak sekali ide-ide yang datang tanpa bilang 'permisi' singgah sesuka hati, membuyarkan list-list jadwal. Ada banyak hal yang ingin dilakukan tapi tidak ada tempat lagi untuk menampung. Waktu berbicara padaku, sedikit berteriak : Ini sudah penuh!. Lalu diam-diam kusematkan di celah-celah yang mungkin kini sudah berdebu.
Hey, saya ingin menggambar (lagi). Semalam ditengah rasa kantuk yang mulai menganggu, saya mencoba mengambil buku sketsa dan menggambar sesuatu. Sesuatu yang sudah lama ingin saya gambar. Skakmat. Hilang. Jelek, lalu saya membuangnya. Sudah hampir tengah malam juga, ah mungkin saya lelah setelah menyelesaikan paragraf-paragraf kacau yang hanya jadi 2 lembar.
Saya ingin menggambar bunga matahari, saya ingin menggambar banyak macam style rambut, saya ingin menggambar karakter, saya ingin membuat brand Rie ki, saya ingin ... ah banyak sekali, pekerjaan diluar skripsi pun seperti bertubi-tubi. Gamenya pun belum diperbaiki sama sekali. Saya ingin berhenti. Berhenti berada dalam baris-baris perkuliahan dan menanam apa yang saya sukai.
Tapi itu tidak mungkin bukan? Yang ditanam itulah yang dituai, yang menjadi pilihan, haruslah terselesaikan sampai akhir T-T ditengah orang-orang yang bisu akan ini, yang dulu berkoar-koar sambil mengharap do'a akan menyelesaikannya bersama-sama sekarang hilang, seperti membuat jalan sendiri untuknya berpijak. Ini menjadi persoalan pilihan dan keinginan hati, bukan lagi soal memperjuangkan atau berjuang bersama-sama dan saling menyemangati.
/loh ko jadi curhat/
Saya ingin gambar. Saya ingin latihan gambar. Saya rindu sama kertas-kertas dan pensil mekanik juga sejolinya, penghapus.
Selamat pagi, mungkin saya akan bolos kuliah --"
1 komentar