Sebab-Akibat
By Nayla Nuha - Oktober 03, 2015
Dalam perbincangan karakter kepribadian, yang merujuk dari berbagai macam referensi di Internet dan buku, adikku yang begitu tertarik dengan dunia psikologi , lebih senang membaca buku-buku pelajaran dan buku non-fiksi, seringkali mengisi kuisioner tentang kepribadian, lebih suka sesuatu untuk mengenal dirinya sendiri, berkata padaku ketika kami tengah terlibat perbincangan ringan nan panjang di malam hari, dan saya menemukan diri saya dalam kesadaran yang meng-iyakan dengan mantap : Saya adalah orang yang belajar dari pengalaman. Pengalaman sendiri dan orang lain.
Meskipun kadang saya terlihat sebagai orang yang tidak realistis karena saya menciptakan dunia sendiri, kadang terlalu larut dengan imajinasi sendiri, kadang juga terlalu masuk dalam dunia fiksi yang didapat dari buku-buku cerita dan film, satu sisi yang tidak bisa dihindari, sebenarnya saya adalah orang yang realistis. Yang melihat sesuatu se-realitis pengalaman orang lain.
Seringkali saya mengamati banyak orang, yang saya temui di jalanan ketika melewati jembatan penyebrangan, dalam perjalanan yang kursinya berhadap-hadapan, dalam perbincangan dengan banyak orang, bahkan dalam lingkup obrolan ringan bersama teman-teman. Mengamati tentang sebab-akibat kenapa seseorang bertingkah ini dan itu. Melihat kenapa mereka dengan gampangnya bisa membuat sampah sembarangan, mengapa terkadang banyak orang yang dengan ringannya berbahasa kasar, mengapa ada orang-orang yang mengutamakan mood mereka ketimbang perasaan mereka terhadap orang lain, mengapa ada orang yang begitu baik atau yang begitu acuh terhadap lingkungan.
dan lewat cerita-cerita yang tidak terduga kadang saya juga melihat sebab-akibat itu. Semisal cerita yang tidak sengaja yang diceritakan seseorang tentang masa kecilnya yang jauh dari orangtua, mengakibatkan dia tidak begitu rindu pulang untuk bercengkrama dengan keluarga atau dia yang lebih memilih diam di kamarnya ketimbang bercerita dengan orangtuanya. Atau dia yang begitu bergantung pada orangtuanya, atau orang-orang yang merasa dirinya selalu kesepian, padahal disekelilingnya ada banyak orang yang peduli dengannya.
Saya juga sering berpikir sebab-akibat dengan kepribadian saya. Terkadang saya mengingat masa-masa kecil yang samar-samar dan tentunya pertanyaan-pertanyaan tentang diri sendiri ini tidak mudah untuk mendapat jawabannya. Juga sebab-akibat apa yang terjadi selama 22 tahun hidup di dunia, dengan banyaknya hal yang berubah.
Tapi, yang saya yakini, Hidup itu tidak mudah, dimulai dari proses kita berjuang untuk mendapatkan hak hidup, berjuang dengan beratus-ratus sperma yang ingin mendapatkan hidup, Dan kita juaranya. Tidak mudah juga hidup dalam perut seorang yang kelak akan kita panggil 'Ibu', kita sama-sama berjuang sampai hari kelahiran kita.
Saya pernah membaca, entah ini benar atau tidak : setiap bayi indonesia yang lahir, suara tangisnya lebih keras dari pada bayi di belahan bumi lain. Yah, garis besarnya, ketika kita lahir, selain kita sudah di bebani dengan kepentingan negara, kita pun sudah menyejutui untuk berjuang menjalani hidup. Berjuang. Bukan bersantai.
Dan kadangkala banyak orang yang lupa caranya bersyukur. Ketika ia sudah diberikan hidup, ia menginginkan kematian, mengutuk dirinya sendiri, dan berusaha menarik diri dari dunia yang dulu ia pernah berjanji untuk menjalaninay penuh dengan perjuangan.
dan lagi-lagi sore tadi saya menyelesaikan membaca,
Kalau Allah menetapkan manusia untuk hidup berkecukupan, kalau Allah memberikan berbagai kemudahan setiap usaha kita lakukan, kalau Allah jauhkan kita dari berbagai penyakit yang menyengsarakan kita, siapa yang tidak rela? Siapa yang akan protes?
Kalau setiap apa yang kita inginkaan terpenuhi, kalau dengan duduk manis menonton TV semua permasalahan hidup tuntas, kalau dengan diajak jalan-jalan ke mall setiap hari anak-anak tumbuh menjadi manusia yang berbakti pada orang tua, kalau dengan mendengarkan musik setiap pagi kita mendadak khusyuk dalam shalat, betapa indahnya dunia. Betapa indahnya hidup,
Sayangnya sejarah mencatat hidup tak berjalan dengan cara semacam itu, Allah berfirman "Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan mengatakan 'kami telah beriman', sedang mereka belum diuji?" - Seribu Wajah Ayah - Azhar Nurun Ala
dan Sebab-Akibat itu tidak lepas dari hidup. Kita bisa menjadi orang baik, selain fitrah manusia adalah baik, adalah sebab kita berkumpul dengan orang-orang baik, kita dipertemukan dengan orang-orang baik dengan caraNya, yang kadang kita seringkali menyalahkan jalan yang kita tempuh. Juga, ada orang-orang yang lebih condong sifat buruknya, sebab bukan mereka tidak bertemu orang-orang baik, melainkan mereka memilih untuk menjadi tidak baik dengan sebab lain. Mungkin karena mereka sudah mengalami banyak hal yang membuat mereka 'lupa' bahwa Dia akan selalu ada untuk kita.
Seperti kalimat ini, yang saya sering mengingatnya :
Apapun yang sedang terjadi dalam hidup ini. Jangan pernah lupa bahwa kita tidak pernah dibiarkan seorang diri. Kita dijaga, tapi kita tidak mau dijaga, seringnya begitu. Kita diawasi, tapi kita selalu saja ingin bersembunyi. Kita diamati, tapi kita pura-pura tidak peduli. -Mencintai Jatuh - Kurniawan Gunadi
0 komentar