Tiga puluh hari
Yang belum berakhir...
kamu menunggunya sampai akhir?
Lalu, diujung sana akan kamu katakan apa
.... ?
Semalam,
Ada ruang kelas
Teman yang bercampur aduk, kelas usai, tas ketinggalan, ruang tunggu, kereta api, rel kereta api, saat hendak perjalanan pulang, ajakan... dan ditinggalkan...
Ugh, rasanya nyesek sampai harus kebangun...
Mimpi yang jahat banget :'( :'(
yang katanya hujan,
tapi kulihat terang benderang
mereka sedang siap berjumpa dengan senja
Katanya, tentang hari-hari kita,
selamanya kita masih memandang matahari yang sama
bahkan menikmati taburan bintang-bintang yang sama
Ini tentang hari-hari
yang terputus
karena pesan sudah bosan menerima
bagimu, aku memang akan selalu sama
mungkin aku juga harus menanamkan itu;padamu
Hey. . .
Saya kangen...
Saya pingin selalu doain kamu,
Entah kenapa, meski diakhir-akhir pertemuan kita rasanya terpaut jauh,
Aku masih ingin sekali mendengar petuahmu
Bahkan semangat yang selalu kau tanamkan ketika lelah
Juga candaan kita yang kadang menjadi garing krik.. krik ...
Hey . . .
Semoga kamu tenang disana,
Aku sedang mencoba untuk menjalaninya.
semoga kita bertemu di JannahNya; kau sambut dengan senyuman paling manis untuk kita...
Saya ingin tidak membuat orang-orang memikirkan bagaimana agar saya menjauh...
Yang lembar-lembarnya sedang mengumpulkan tingkatan jarak
Aku didasarnya; dan kau semakin membuat ujung
Puitis dan romantis
Kita sama menyelipkan pertanyaan
Dalam sebentuk rindu yang lain
Kadangkala detik menjadi berharga
Kita ada dalam hitungan angka-angka
Mungkin kita sedang saling berbalas
Dalam kebisuan yang menyembunyikan tanda tanya
Ah, bukankah selalu berulang seperti ini.
Kalau begitu,
Katakan saja puisinya dalam pertemuan yang tidak terencana
#Jakarta, 9 Desember 2014
Selama kita menunggu,
Tidak melulu melegakan
Barang sejenak waktu mengakrabinya
Kadangkala ia malah menyisakan sesendok jeda diakhirnya
Seperti kematian; kata ibuku
Kau mau berlama menunggu
Ketika pertemuan itu datang, detik tidak memberi waktu jeda mengucap sepatah perpisahan
Selama kita menunggu
Pertemuan merajuk akan jadi panjang atau bisa jadi terburu-buru
Rindu pun mengaku tertutupi tapi tidak terobati
Kadangkala waktu membisikkan kebohongan pada sang tunggu
Kita pura-pura duduk
Sambil menggenggam singgahan; ada sedikit ruang yang perlu diisi
#maunya jadi daychallenge
#Desember 2014
Kau menyapu pandang
tempat jauh disana;
Dan selalu mencari
Diantara larik-larik awan malam
Juga bulan yang sepotong
Kau mencari,
Celah serbuk kopi
Buat langit jadi sempurna
Di hamparan tak terbatasnya
Kau menengadah keatas sana
Sampai tidak tahu
Kemana arah mata dituju
Kala yang dicari menemukanmu
Ada pesona yang mengetuk-ngetuk
Berdebar.
Dia selalu begitu;
Bahkan ketika lama langit menyembunyikannya
Disana; ada sempurna yang tidak bisa terbaca sembarang
: Dia tidak pernah tahu, kenapa ia kau sebut bintang
Jakarta, 8 Desember 2014
/sayajugalupasudahmemasukihariketerlambatankeberapa
Karena ketika saya pulang, ada yang berangkat lagi. Ya, pulang, setidaknya saya pulang untuk menikmati sejenak jeda yang tersisa di hari minggu.
Alhamdulillah,
ada hari-hari yang dihabiskan untuk bertemu orang-orang.
Meski harus menemui hujan dan melangkahkan kaki lebih banyak,
Sabtu kemarin, upgrading.
Sejenak sempat ragu untuk datang. Tapi hati mencoba menguatkan. Kamu harus hadir nay! Harus. Dan akhirnya saya datang dengan keterlambatan. Keadaan yang tiba-tiba akan menjadi ambruk. Alhamdulillah, naik TJ kemudian perjalanan selama hampir 1 setengah jam akhirnya sampai di rumah salah satu staff Syiar : Tutu.
Yang bikin ngakak di hari itu adalah, selain pagi-pagi disela waktu tunggu mas'ul sama kadept lagi berantem di forum Whatsapp, kadept Syiar pun ternyata bawa-bawa ulekan ke rumah Tutu. /Yaampun/ padahal kita Upgrading di rumah orang loh, bukan di taman sapari /plak/ Bumbu rujaknya seabrek, buahnya cuma 3 mangga :v #eaaa makan sambelnya aja kali ya :v
Tapi apapun makanannya, berkah~ habis semua :'D Selesai acara itu, saya kembali di galaukan. Lantaran sakit kepala tetiba merajalela, membuat saya harus tidur sejenak. Akhirnya hati kembali menguatkan, Kamu harus datang nay!
Berbekal keyakinan, dan akhirnya ada teman yang ikut serta ke tempatnya : Cibubur. Acara Journalism Team Building nya Nuraniku.
Perjalanannya lumayan. Lumayan menguras tenaga dan waktu. Sudah lelah dan lemas juga rupanya.
Sampai sana sudah isya, ongkosnya senilai Rp. 6.000 -_- dan pada akhirnya saya sampai dengan keadaan tangan tidak tertolong. Telapak tangan bengkak karena kemarin jumat minta dicubitin, Pergelangan tangan memar karena kepentok tralis besi, alhasil, tangan kiri dari atas sampai telapak tangan mengalami nyeri hebat. Kerjaan saya sampai sana selain Sholat ama makan cuma mijit-mijit tangan sendiri berbekal minyak telon. *eh*.
Materi malam itu keren! Tapi saya gak ikut sampai selesai karena saya ga kuat T^T tangan direbahin diatas meja dan rasa kantuk yang satu-satunya bisa menghilangkan rasa sakitnya.
Malam itu, rasanya kaya tidur dalem lemari es. AC ruangan 4. Nyala. Gak bisa dikecilin, yang lain selimutan pakek jaket. Aku mah apa atuh :v jaket aja gapunya, apalagi kain buat selimutan. Kedinginan banget!
Oke, meski jadi peserta rasanya gak kaya peserta. Abis pesertanya cuma berapa, 4 akhwat termasuk saya #eaa selebihnya yang panitia mana peserta mana kayanya sama aja~
Acara ini bisa jadi tempat refreshing terselubung. Karena kita paginya olahraga jalan-jalan. Gak sih cuma jalan-jalan pagi sambil keringetan dan foto-foto ditengah jalan /plak/
dan eng ing eng, ketika acara blak-blakan Nuraniku, kepala saya sakit lagi, karena tangan saya sudah lumayan. Padahal tadi pagi badan cuma geregesan sambil senderan dengerin ceramah subuh ._.
Yang saya inget saya bangun pas masih acara blak-blakan mencari solusi. Oh men, saya beneran tidur untuk menghilangkan sakit rupanya >.<
Siang itu, selesai sudah. Sayang, potonya entah dimana, kayanya kece sih /plak
Saya pulang sendiri, berbekal niat. Kamu pasti bisa pulang! Cuma cibubur ini. Oke, saya naik angkot sampai cileungsi. Angkotnya ga enak, berganti-ganti orang yang terakhir tiga mas-mas yang ngeroko. Akhirnya sampai ke terminalnya, mau beli air yang ada malah aqua yang 7.000 /ohmen/ lalu saya segera disambut abang-abang angkot 3/4 itu. Ini harganya sama kaya APTB yang naik 2.000. Angkot men angkot~ mana ada ACnya. Abangnya ngeroko, marah-marah tapi jalan kaya siput. Lihat di jalanan depan, macet..
Akhirnya saya sampai pukul 14.40, sempet-sempetin beli ice cream, 3 gelas lagi -_-
Sampainya dirumah saya benar-benar tak berdaya...
Tertidur setelah makan, dan bangun tengah malam terus inget belom sholat isya.
Pagi-pagi sekali nemenin Ibu- yang nganterin ayah saya ke Terminal Damri, mau ke Pontianak.
Ah, iya
Alhamdulillah,
Saya selalu akan mencoba bahagia,
.
Udah itu aja
Padahal gak boleh.
Iya, kayanya mah emang ga boleh
Padahal mah ga cukup cuma liat doang.
Tapi..
Udahlah, emang ga pernah bilang juga sih
Lagipula lebih banyak deket sama yang lain sekarang
Lebih jadi, da aku mah apa atuh
Pergi juga udah pergi aja gak dipeduliin *eh lebay*
Udahlah~
Daripada pas ngajak ditolak, kan mending gausah ngarepin apa-apa /apasih/
Hai,
aku sedang ingin berbicara dengan angin,
yang sedang bergemuruh
mungkin lelah menunggu rindu; yang tidak pernah bisa tersampaikan
di balik pertanyaan-pertanyaan menjelang sore
Ada sepenggal lagu yang membuatku ingin mengadahkan wajah ke langit, menyapu pandangan mencari gugusan-gugusan bintang yang tersisa di musim penghujan.
Cuma bulan, yang sedang bersama lingkaran
;apakah kamu memandangnya juga?
Angin kembali bergemuruh
ia tidak marah,
hanya ingin melantunkan melankoli malam
pada hati-hati yang terpaut jauh,
ah, harusnya tadi aku bilang 'hati-hati ya'
Hey, November mungkin berucap perpisahan kemarin, tapi aku tidak peduli.
Tidak ada yang terselesaikan di November. Harusnya ada banyak tanggalan dengan bait-bait yang berurutan, Nyatanya tidak.
Hey, November mungkin akan memberitahu Desember bahwa aku punya banyak hutang. Kamu pun juga punya banyak hutang, dan banyak segudang cerita yang ingin didengar.
Ada yang bilang : kalau kamu butuh bercerita, berceritalah.
Ah, tapi ... mungkin aku cuma butuh seseorang untuk mendengarkan, atau aku cukup menyimpannya dalam note-note rahasia, atau melantunkannya seperti lagu yang dimainkan angin setiap malam di musim penghujan.
Ah, tunggu saja hujannya :')
Selamat datang Desember,
tolong berikan aku alasan untuk mengenangmu, seperti tanggal di awalan bulannya. Mungkin kamu lupa juga,
Hari ini cuacanya melow.
Sampai Jakarta berubah garang. Perlu semangat ekstra tapi rasanya pingin ada yang nyemangatin. Kenyataannya gada yang bikin semangat huahahaha
Hari ini saya ngawas ujian sekolah.
entah kenapa di jam pertama ulangan -yang saya duduk didepan-
saya jadi ingat sesuatu: masa SMA.
Saya jadi pingin balik lagi. Setelah kemarin juga habis ketemu teman lama yang susah banget ditemuin dan dia jadi langsing -__-
Iya. Rasanya kuliah gini jugak pingin balik lagi ke masa sekolahan. Waktu cuma dipakai buat belajar ngadep layar komputer, terus siangnya sukak main keluyuran. Paling suka foto-foto. Walaupun dulu belum ada hp android kita bahagia bisa selfie pakek kamera digital yang kini tinggal kenangan *hiks
Saat-saat ujian juga bikin kangen. Ada yang suka tatap-tatapan minta soal jawaban. Ya ampun itu so sweet bangets kan /plak/
Kejar-kejaran dapetin kartu biar bisa ikut ujian dan kalau udah selesai ujian itu rasanya~ bebassshaaah~
Ah apa pula.
Ada jugak kejadian yang harusnya saya lupain malah diinget -.- ini juga gegara saya ketemu seseorang yang gak di duga akibat omongan dua orang yang hendak pamit.
Iya, intinya memang tetap jadi kenangan :)
Lalu endingnya :
Pingindisemangatinmalahkeliatannyajadiorangpalingmenyedihkan muahahaha...
Ameagari kirameki dasu machi
Biru o matagu you ni kakaru oukina niji
Dare yori mo sakini ima
Kimi dake ni misetai kono keshiki
Mune no kodou ga furue teru
Come on! Magic wa kie tari shinai zutto ima datte
Taikutsu ni obie tenaide, de, de, de, de, dekakeyou
Sou What a Wonderful na Wonder World
Mada mita koto no nai basho e
Ima tewotoru kara kimi to doa akete susumitai nda yo
Son'na Wonderful na Wonder World
Kono toshi (machi) ni mo chirabatteru sa
Nayameru mirai sae kimi todattara What a Wonder
Shuu tto kuuki nuketa shunkan (Toki)
Poketto kara detekita kanashimi
Fui o tsuka rete namida hito shizuku
Shinjite iru sono egao
Ano hi-kun to aruita kioku ga
Mune no kodoku o tokashite yuku
Come on! Music o narashi tsudzukete isso ayatsutte
Yuukan ni yume o te ni tori,ri,ri,ri,ri, rinto kamae
Sou What a Wonderful na Wonder World
Monokuro no ton'neru nukete
Hiraketa yozora ni kimi to mita karafuruna ourora
Son'na Wonderful na Wonder World
Naku shita hikari torimodosou
Kanaetai kono omoi kimi todattara What a Wonder
Magic wa kie tari shinai
Music o narashi tsudzukete,te,te,te,te,te,te... Te o nobase
Sou What a Wonderful na Wonder World
Mada mita koto no nai basho e
Ima tewotoru kara kimi to doa akete susumitai nda yo
Son'na Wonderful na Wonder World
Kono toshi (machi) ni mo chirabatteru sa
Nayameru mirai sae kimi todattara What a Wonder
Sebulan lagi,
ada banyak kesadaran yang tersadar harus diperbaiki. Mungkin kemarin kita merasa terlena atau begitu menganggap lelah. 4 bulan mengajar pun akan usai. Baik-baik saja. Bisa dijalani meski tidak pernah bisa sepenuh hati.
Tugas-tugas melambai-lambai ingin disapa, disentuh bahkan minta dirangkul. Hidup akan terus begini, ketika selesai urusan ini, akan ada urusan yang lain yang lebih memberatkan. Makanya, hidup selamanya jadi anak kecil itu kadang jadi imajinasi indah.
Seperti yang terjadi di akhir bulan November. Mungkin akan menjadi saat-saat menunggu hari bahagia. Ya, seharusnya saya begitu. Minggu terakhir bulan November rasanya berlalu begitu saja. Begitu saja. Tidak banyak yang diingat apa yang disisakan hari kepada hari berikutnya.
Hari senin,
yang pagi sekali -berangkat, kemudian duduk di sepetak ruangan kecil selama 7 jam sambil bercerita -yangsayatetapyangpalingdiam- kemudian lari-larian datang TM dan brifing. Hujan besar. Menikmati hujan tidak se-syahdu hujan di kota tercinta. Alhasil, baju sepatu basah kuyup seraya membawa pesanan 400 buah pin.
Hari selasa,
yang saya tidak mood untuk ke sekolah lantaran Hari Guru, dan beban nadwah, saya akhirnya memutuskan izin 'sakit' tapi pergi ke UIN yang jauhnya minta ampun. Di Ciputat. Naik kereta. Hasilnya? Nihil. Saya sudah menduganya dengan seksama. Mungkin kalau ke LIPIA dapat. Pulangnya salah ambil jalur. Naik kereta kaya ikan pepes. Terdesak-desak dan turun dengan didorong-dorong. Sadis dan Ganas emang ibu-ibu sama mbak-mbak -_-
Malamnya, saya dengar kabar kalau persiapan besok masih amat sangat kurang. Ya, memutuskan untuk menginap dan begadang dengan sekaleng kopi abalan -Nescafe- bodo ah, belum makan jugak. Yang penting gak ngantuk. Berkutat di sela-sela gunting dan kertas tugas Telaah Sastra yang bikin emosian gak ketulungan. Ah, hidup, saya selalu jadi ingat seseorang. Seorang penyuka sastra.
Hari Rabu,
Tidur jam set2 pagi dan bangun jam 4 pagi itu ekstrim banget. Lalu, lari-larian datang jam 6 mengerjakan kardus dekor dan macam-macamnya. Ah, sudah jadi kakaks~ jelek. Malu. Sumpah deh, saya malu T^T
Saya izin lagi. Tapi yang ini jujur beneran. Tapi saya harus ke sekolahan menyerahkan APKG. ah, sudahlah, mampir sebentar. Menyapa seperlunya, dan balik lagi. Acaranya lancar kakaks. cuma saya malu T^T dan saya nyadar saya tepar. Saya akhirnya tidak menyelesaikan tugas Presentasi dengan baik. Rasanya saat itu pingin nangis sambil meluk seseorang. dan saya nangis loh T-T aseli itu gak kuat banget, berat banget. Ah, sudah.. yang saya ingat saya makan malam dengan soto. Kemudian saya menemukan diri saya tersungkur diatas meja, diatas kasur dan laptop menyala sampai pagi.
Hari Kamis,
Presentasi. Bad mood. Mereka gak ngerti apa yang saya rasain. Mereka sibuk pindahan rumah, sibuk ujian PKM, sibuk galau, dan sibuk nadwah. Muncullah perandaian : andai gue adalah orang terpintar yang menguasai semua ilmu, semua pasti akan baik-baik saja. Tapi nyatanya engga. Seadanya. Seadanya.
Ingin minta keringanan balasannya nilai kita dikurangi. Habis-habisan. Ini mati telak. Kita kurang baik apa coba? Kita bagi-bagi nilai kita ke kalian? dan kalian tinggal menikmatinya di tempat nyaman sambil menyalahkan di akhirnya. Kita mah sabar, sabar banget banget banget.
Selesai sudah, rasanya saya benci. Pingin teriak di kelas itu, sambil obrak-abrik kursi-kursi kalau perlu gue bunuh satu-satu *eh gilaaa* Ya, selesai itu, saya memang tidak sedang sehat. Akhirnya setelah membeli makan; karen kami mengorbankan ini sampe ga sarapan. Saya tidur. di BPM. Bodo amat ada orang-orang, kepala saya rasanya mau lepas /lebay/ dan saya menjauhkan diri dari dekor hari ini. Hape dimana saya dimana yang nanya dimana. Gomenasai, maafkan saya T-T Ketika mampir sejenak, saya tambah malu. Apa ini? Apa ini? :'((
Selesai sudah, sudah... abis gitu saya lupa. Abis acara selesai teh kita ngapain ya? Oh iya, ada kajian, dan saya sedang dalam keadaan harus mengirim layout buletin dan laptop serta hape saya sekarat. Minta tolong, oh dear~ tak ada yang bisa membantu. Sudahlah~
sudah tidak terlalu lelah akhirnya manghrib itu saya membeli segelas es, dan sebungkus makan yang ternyata tidak ada sambal. Yosh, harus mengganti kesalahan itu untuk esok; Hari Terakhir. nge boom medsos yang saya bisa. Tapi saya lupa tidur jam berapa (lagi)
Hari Jumat,
Sepagi mungkin harus datang! Pas datang eng ing eng masih dikonci pemisra.
Buat seadanya lalu akhirnya buat (lagi) karena yang bersangkutan datangnya telat. Akhirnya hari ini free libur. Tapi saya kepikiran ibu saya yang ribet ngurusin anak jarak jauh Bandung-Bogor yang mau pergi ke Jepang hari ini.
Selesaikan dulu, lalu istirahat. Ya, akhirnya saya istirahat ketika acaranya mulai. Ketemu Azhar~ saya deg-degan sebenernya. Pingin nanya tapi grogi, ah payah T-T gitu mulu...
Hari ini mengobati saya. Acaranya alhamdulillah lancar semua. Walaupun gak makan seharian. Ah, lelah jugak sih.
Apalagi ketika siang, hujan, angin, harus foto pakek Almet untuk jadi *tenet* dan kudu pulang ke rumah yang harus sampai jam set5 sore.
Gak keburu, udah hujan, baterai hp sekarat. Ah indah banget hari ini. Tas ketinggalan, APTB tak kunjung datang dan membuang 3.500 dengan sia-sia. Memperkejakan rodi kaki untuk jalan menyusuri kampus lagi, lalu, akhirnya saya naik bis ke Bandara seorang diri dengan harga 40000. Mahal tenaan. bete bete bete bete.
Sampai sana, sudah senja. Jingga, ah indah, saya jadi ingat waktu itu. Bandara Internasional, pesawat, Luar Negeri. Saya kepingin jalan-jalan aaa indahnya.
Oke, ternyata saya menunggu 5 jam untuk pertemuan yang hanya beberapa menit. Menghabiskan 100000 untuk makan, disini kan harganya 2x lipat. dan adik saya beneran ke Jepang! Berangkat jam 12 malam dan mereka baru sampai bandara jam set11. Emang dudul itu empat bocah. Ngaret abis!
Ya, yang saya ingat di perjalanan pulang, ada lagu Ran Dekat di Hati. Pingin apdet Path eh sinyal jelek.
Sampai rumah hanya ganti baju dan lanjutin tidur. Agendanya kacau mau buka laptop. Apalagi mau bertanya sesuatu hal yang persentase dijawabnya cuma 3%. sedih euy... tapi udahlah. Mau gimana? .___.
Berucap perpisahan dengan pelukan dan lambaian
Ada cerita yang menunggu dibagikan
Sejumput doa dan kenangan
Diantara berartinya menunggu
Juga penantian kata pulang
Bukankah kau rindu?
Beruntunnya perjalanan
Sampai kau lupa rasanya nyenyak dalam tidur
Masing-masing memberikan senyun
Untuk menumpuk sebanyak-banyaknya kenangan
Padahal ada yang lebih terbingkai di dalam hati
Pagi yang tidak ada mentari
Dan malam yang menghilangkan lelahnya
Ah, kini aku cuma berada di senjanya...
Singgah barang sejenak,
-hutang puisinya banyak sekali. terlebih lagi ...
#Jakarta, 28 November 2014
menggambar sebentuk cerita
dua jejak kaki yang menyusurinya
sebab berjalan diatasnya penuh peluh
berlari pun perlu merengek pada waktu
siapa yang tak dengar bunyi desirnya,
kala bisikmu sampai pada senjanya
: Ada janji yang tersisa
dan kamu sudah tahu,
ombak dikirim untuk menghapusnya
tanpa menunggu matahari tenggelam
kamu mengukirnya ditempat derunya berkawan
lupa menaruh sebaris pesan dalam botol kaca
#30D15C
#Bogor, 23 November 2014
Bayar hutang >...< 6 puisi
With nothing to unbare
Pictures taken long ago
Forgotten umbrellas
Expired tickets, broken glasses, shoes that fit no more
Dream I couldn't make it true
Memories of past
I'm an Extra
Don't pass me by
You know what I mean
Same to you
In this apathetic world
Each of us are Extras with hopes unshed
Cork of empty bottle, all those edges they cut off
Present I never sent to you
Throwaway cameras
Vault without the treasure and the attic to be spared
Forgotten penny on the chest
Trophies with dust
I'm an Extra
Don't pass me by
You know what I mean
Same to you
In this apathetic world
Each of us are Extras with hopes unshed
I'm an Extra
Don't pass me by
You know what I mean
Same to you
In this apathetic world
Each of us are Extras with hopes unshed
Alhamdulillahnya saya gak pernah ngerasain rasanya nggak bisa tidur sampai pagi, kaya insomnia gitu, Ga tidur seharian. Eh pernah ding sekali gak tidur seharian waktu jadi panitia PKMJ yang kacau balau. Alhasil esoknya saya bisa tidur sambil duduk dipojokan dan akhirnya sakit gak karuan lantaran telat makan, begadang dan tidak tidur.
Ya, akhirnya sekarang saya selalu refleks bangun jam 3 pagi. Yang namanya kebiasaan yang dirutinkan akhirnya terbukti juga. Mau tidur jam 12 malem lah, tidur jam 9 malem, bangun tetap pas liat jam, jam 03.00 pagi.
Ini pertanda baik sih, jadi QL gak pernah ketinggalan. Tapi lain ceritanya kalau udah capee banget, seusai QL atau lupa belum shalat Isya, malah tidur sampai subuh hahaha...
Dari kegiatan rutin ini, diantara kegiatan-kegiatan yang padat : berangat pagi pulang dini hari *gueudahkayayangkerjarodidikantoranajamasa*, terkadang saya merasa sangat mengantuk. Di jam-jam yang mencurigakan dan mengkhawatirkan. Jam 10.00 pagi, jam 14.00 siang, dan ketika maghrib.
Pulang dengan berjalan kaki juga pernah bikin ngantuk. Jalan sempoyongan seorang diri, melewati jembatan dan hampir ga liat deretan tangga turunan jembatan. Untung masih banyak orang lalu lalang, suara klakson, dan teriakan kenek-kenek angkot. Kalau ndak, saya udah jatuh tersungkur sangat memalukan dari jembatan busway.
Satu-satunya yang bisa bikin saya tidur lebih lama ketika saya menjalankan perjalanan pulang ke rumah, tentunya dengan duduk di bis. Saya bisa memiliki waktu tambahan untuk tidur, apalagi kalau berangkatnya siang, ugh perjalanan rasanya sebentar soalnya pas bangun udah mau nyampe~ /plak
Padahal tinggal memejamkan mata, lalu bermimpi.
Saya jadi ngantuk lagi, tapi belum bikin soal ulangan /plak/
Oke, selamat pagi! Selamat beraktivitas~ :D
Dibalik kacamatamu, aku ingin diam
beradu dengan embunnya
Dan mencari,
Siapa yang singgah dimatamu?
#Jakarta, November 2014
#30dayschallenge?
Demi sebuah tugas dan saya baru ingat harus bikin soal ulangan /plak/
Untungnya saya lagi sendirian dikosan. dan malam ini saya ndak merasa ngantuk karena sepulang tadi saya beli kopi T-T ini terbukti banget jadi gak ngantuk :v
Akhirnya tugas ini selesai. Setelah pada akhirnya saya selalu merasa payah dan err.. rasanya sikap-sikap acuh dan meremehkan orang lantaran kesal akan berdampak pada orang yang bersangkutan. Tetiba jadi kesel jadi orang yang kaya gitu, atau mendapati seorang teman yang menganggap remeh orang lain. Padahal, seandainya kita menunggunya #eaa mungkin dia punya sisi kesungguhan untuk mengerjakan demi kelompoknya. Tapi apadaya, lihat yang terjadi, terlalu meremehkan dan menjudge orang. Akhirnya orang yang bersangkutan akan merasa tidak berguna dalam kerja kelompok.
Pada akhirnya saya cuma pingin bilang, walau bagaimanapun saya tetap masih payah dibandingkan kamu yang nalarnya jalan. Oke, nalar jalan : nalar ga jalan = jodoh XD /plak ganyambungsihya/
Saya sampai lupa minum. Coba, lihat, botol minum baru seperempat yang terbuang airnya. Saya benar-benar lupa minum saat selesai makan. dan saya baru mandi pukul set11 malam~ oh yeah~ berisik berisik dah gebyar gebyur XD dan membuat berat badan akan naik kembali *gakgakgak* karena baru makan sehabis mandi itu T_T
Kalau ndak dimakan, antara bakal basi besok pagi atau saya merasa lapar~
Hai, hari ini hari senin. Saya lupa bilang dari kemarin-kemarin, kalau saya lagi menjalankan misi 30 Hari Menulis Puisi. Yah, saya pingin produktif lagi, saya pingin kaya dulu lagi. dan saya ngajak orang keren itu lagi. Tapi dia ngutang puisi banyaaaak banget sampe bikin kesel juga.
Oh ya, saya jugak lupa kalau saya lagi masuk periode cepet kesel. Ya ampun. Kalau kaya gini jadi pingin pulang /ganyambung/ iya, bisa peluk ibu dan tidur ngahahaha...
November sudah akan berakhir ya, semakin dekat dengan akhir bulan. Akhir semester. Saya menjadi tidak suka dengan hari kamis. Oh yeah~ mungkin saya jenuh, saya jenuh dengan keterlambatan pulang, dan Keduluan datang. Ndak pernah mencoba datang tepat waktu dan pulang tepat waktu.
Kamu tahu tidak ?
tetiba saya ingin bertanya pada diri saya sendiri,
tentang kepercayaan yang sedang dibangun. Percaya sama Sang Maha Pengatur.
Saya seperti sedang belajar merelakan sesuatu. Entahlah itu apa...
saya sedang berlatih untuk tidak mematut diri dan bertanya 'kenapa' menahan marah sambil berlinang air mata.
Terlalu banyak kata kenapa,
terlalu banyak penjelasan yang tidak dimengerti,
terlalu banyak yang dibangun kembali tapi cepat runtuh dan menyakitkan,
Ya, kenapa yang sederhana saja tidak sering disyukuri,
Sederhana: seperti kita yang hampir setiap hari pasti bertemu
Ada sambutan melankoli menggantikan matahari
Singgah tidak sebentar
Barangkali hanya menyisakan celah untuk cahaya
Angin menyukainya, ketimbang harus kolaborasi bersama terik
Sedang bunga sibuk mengeringkan kelopaknya
Menunggu bagaimana rupa embun ketika hilang
Kamu melipat waktu
Juga rintik yang dikumpulkan dalam gelas-gelas kaca
Menaruhnya di sisi jendela
menghitung; padahal seribu rintik pun tidak akan sampai hitungan
Barang sehari,
Kamu menjadi setia,
Menyusuri cerita-cerita dan membiarkannya terdengar syahdu
Hey kenapa rindu tak pernah usai berhitung?
Kamu bersuara lagi, sempat terdengar parau
Mungkin tidak perlu memaksakan ada disini
#17 November 2014, Bogor
#30D13C
Suatu pagi, ada seorang teman yang membicarakanmu. Kamu yang kemarin. Mungkin lebih tepatnya ia bertanya tentangmu padaku. Dan aku yang balik bertanya. Tentang cerita-ceritamu padanya.
Katanya, kamu kelihatan senang sekali.
Ya, entah kenapa. Mengetahui kamu bahagia, aku juga ikut bahagia. Mengetahui kamu akan bernapas lega setelah malam itu. Rasanya aku juga bahagia.
Ah begini ya, bahagia pun sederhana; saat mengetahui kamu senang, aku juga merasa begitu bahagia :')
Ayo berjuang!
Padahal kita tinggal saling percaya. Semudah itu kok ////
Bertanya dengan senyum paling indah
Aku menyerahkan sebungkus biji kopi,
Buatlah yang paling enak;
Ranumnya tercium rupa-rupa
Melankolis, ambisius, tenang
Secangkir kopi sampai padaku
Di tangan sang pelayan kedai kopi,
Aku ingin memintanya disini,
menikmati secangkir lagi lalu menyelami malam
Biji kopiku sudah terteguk manis,
Mengisi lipatan-lipatan pagi yang lama tidak tertidur
"Cappucino!
Moccachino
di kejauhan mereka memanggilmu
Lalu kamu menoleh penuh hasrat
Kamu mencintai kopi
Karenanya kamu meraciknya biar ranum dan manis
Ah lalu secangkir ini apa istimewanya?
Masih ada cangkir lain yang berebut untuk secangkir kopi; di kedai kopi
#30D12C
#Jakarta-Bogor, 15 November 2014
punya kabar tentang perjalanan
yang kaca-kacanya basah
lalu menjadikannya buram
Tirainya belum tertutup sempurna
Ketika terang akhirnya keluar di tengah siang
Dari kejauhan ada yang tengah datang
menatapnya separuh, seraya mengundangnya saling pandang
Disini hanya gerimis,
yang cuma bikin kacanya berembun
#30D11C
#Jakarta, 14 November 2014
tapi selalu ada kabar yang bertanya,
meridui kapan duduk bersama
menikmati pagi
berbincang dengan segelas yang berbeda
;kamu yang sering menyeduh kopi,
dan aku yang memilih mencium ranum daun teh
Langkahmu masih sekuat itu,
persis ketika kita pernah berjalan bersama
membuat bayangan raksasa sambil tertawa
kemudian, ketika aku yang takut sendirian
ada wajah jenaka yang kau buat-buat
dan candaan yang membuat riuh singgahan kita yang sepi
terkadang lelah,
menjadi tidak mau dimengerti
sebab ia tak pernah bercerita
di pekatnya malam, atau pagi yang menidurkanmu
Pagi selalu berkata padaku,
bahwa cinta yang sedang mencoba membuktikan,
tidak pernah lahir dari sekedar kata
Tapi ia selalu berbuat, tanpa perlu meminta
Itu persis kamu,
*untuk laki-laki tanpa banyak bicara yang selalu menunggu dari kejauhan setiap pagi
#30D9C
#Jakarta, 12 November 2014
Selamat Hari Ayah!
akhirnya kita sampai pada bincang yang lama
pun jeda yang akhirnya mengalah
musik dentingan gelas-gelas
juga klakson-klakson mobil
Jadi iringan melankolis yang memuakkan
Diantara hiruk pikuknya,
waktu membuat pintu masuk
yang menamainya : kita
kita mengaduknya
seraya membubuhkan rasa
menaburkan senyuman kecemasan
sebab tidak ada esok yang akan berbicara,
dan kamu memintaku untuk bahagia
sedang malam memintaku untuk membuatmu bahagia
ah,
detiknya seperti cepat sekali berlari
malam berharap akan punya jeda yang lebih panjang
biar ada yang mau menuangkan lagi seduhan
kini mau berjanji
#30D10C
#Jakarta, 13 November 2014
Ada kekuatan yang sedang mengakar
Didalam gelas-gelas tanpa gagang
Diantara seduhan air panas dan racikan gula
Lalu mengaduknya, membuat cerita menjadi panjang
Ada semburat senyum mengaduk-ngaduk
Juga segenggam kebencian,
;Makanya ia menjadi pekat
Dan pasti terteguk perlahan-lahan
Ah, tidak semanis senyuman
Tapi ranumnya menggoda terus menerus
"Ini gelas-gelas setia, " kata malam
Ya, seperti hidup seharum kopi
pahit yang bikin candu
Yang mampu meracik kekuatan baru,
#30D8C
#Jakarta, 12 November 2014
Biar hujan merintiknya
Sedang senja sibuk gelisah
Melihat tanah senantiasa basah lewat celah berawan
Kau tahu?
Senja kini mencintai hujan,
Bahkan sampai tidak bertanya
Apakah ia mengalah atau dikalahkan
ataukah ia dirindukan tanah
yang inginkan jingga menghangatkan petang
senja kini mencintai hujan,
sampai semua harus punya rintik yang dihapus payung-payung kenangan
mereka akan berkata,
'selamat tinggal,'
tanpa menoleh dan melambaikan tangan
sebab tangan sibuk mengusapnya,
#30D7C
#bogor, 9 november 2014
akhirnya mampu
menatap lamat senyummu
tanpa harus melihatnya takut, pun duka
Lewat tumpukan buku-buku
yang menatap nanar tangan-tangan penasaran
dan kutipan-kutipan
yang sering kau racik kembali dirumahmu; disini
ada sentuhan yang sering merangkulku, dulu
lalu duduk-duduk bersama sambil memanggil angin
kita akan diam masing-masing, kemudian tertawa
Meleburkan imajinasi dan hidup
yang tanpa sadar dirasa pahit
tapi terus kita teguk sampai dinding terakhir
Kemarin kita sedang mengumpulkan kenangan
Terlalu dekat sampai kita lupa mengabadikannya dalam bingkai
yang terpajang di dinding kamar
bingkai itu ada disini,
katamu dengan senyum termanis yang pernah kulihat
tiba-tiba aku dilukai rindu
sebab senyum termanis itu tersirat tanpa suara
ya, kenangan itu tidak akan pernah habis berlembar-lembar
mencari sampul baru,
dan mengumpulkan lagi huruf demi huruf
meski kubuka berulang-ulang, berbeda-beda lembar dan kertas,
semoga bisa kurapal setiap doa,
biar rinduku bisa kututup berbuku-buku,
dan senyummu masih akan tetap begitu
#30D6C
#Bogor, 8 November 2014
/Hari ini saya ke Indonesia Internasional Book Fair, disana ada stand yang dulu pertama kali kita kunjungi. Lalu memburu buku dari penulis kesukaan kita. Yang kadangkala aku membaca tulisan-tulisanmu serupa tulisan penulis kesukaan kita. Dia sudah menerbitkan buku barunya lagi. Ah, kau juga belum sempat baca sekuel terakhirnya ya?
Kangen deh :') Saya nggak borong banyak-banyak kok...
Sampaikan salamku pada malam
Yang luruh tanpa suara hujan tapi melenakan
yang menatap gelisah mata-mata yang terpejam,
Mungkin ia sedang ingin bercerita
Karena sepi membuatnya setengah menggigil,
Lalu memaksanya mencari perapian
Biar hari bisa melepas risau yang tertahan dalam jeda pengharapan
Sampaikan salamku,
juga sepotong alasan yang sederhana
Aku sedang larut dalam adukan mimpi yang kelelahan,
sampai aku lupa,
dimana kutaruh doa-doa
dalam serpihan salam,
#30D5C
#7 November 2014, Jakarta
menyuguhkan segelas senyuman hangat
lalu terteguk dan tersedak
ini panas,
membakar dan melelehkan pagi
diam-diam aku juga
menyuguhkan setoples riasan pada pagi
biar ia cicipi
lalu merubahnya, jadi penuh kepalsuan
ah, jadi siapa yang diam-diam saling diperhatikan?
#30D4C
#Jakarta, November 2014
sebab pagi sudah terlanjur bangun
dan bercerita dini hari
tentang waktu yang tidak lagi memilih jeda
untuk dijadikan tempat singgah dari kelelahan
lalu aku ingat,
selembar puisi, yang jatuh diterbangkan angin
mengalir mengikuti hidup; yang katanya nafas semakin punya ukuran
ada pertanyaan tersamar bersama puitisnya
serupa aroma pagi yang berbisik: ini pagi terakhir,
untuk sisa nafas yang tinggal segelas hari
makin menguap lalu berkurang,
ya, detik semakin cepat berlari...
detaknya pun semakin bergema,
#30D3C
#Jakarta, November 2014
Kenapa akhir-akhir ini suka emosian terus abis gitu marah-marah tanpa ga sadar.. atau menampakkan rasa iri yang berlebihan.
Ah saya benci jadi pencemburu,
Gomen ne, saya suka seenaknya sendiri marahin orang, nyalahin orang atau bahkan membuat pernyataan yang gakpenting dan itu egois banget. Padahal saya mah apa atuh, saya ini siapa T.T
Harusnya gak punya hak buat marah-marah atau iri pada seseorang atau sesuatu hal ...
Gomen ne,
Saya suka menyadari ini terlambat ....
Berapa kali harus kuulang
Menyusuri malam lewat bait-bait jemarimu
Rasanya tidak ada yang pernah habis dari
Irama setiap baris
Berapa kali harus kutulis lalu kuhapus
Sebab banyak kata-kata yang kujaring
Tapi tidak sejernih yang kubaca
Ada kekuatan yang menyungging diantara kepalsuan
Berdiri tegak sampai menghiraukan jarum jam
Mungkin sedang lupa, ketika kertas kembali menjadi teman setia
Sampai tak ingat pula,
Harus melihatmu dimana
Disini; tempat yang mungkin bisa kuraih
Atau,
Disana; tempat yang mungkin bisa kulepaskan
#30D2C
#bogor, 4 november 2014 02:15
betapa kalimat pembuka
tidak pernah menjadi penentu hari
lihat, ada pancaran bulan yang samar-samar
terlihat dari atap jendelaku
seperti bertanya : dimana kau simpan kata-kata untuk hari ini?
aku bungkam, tak punya salam
untuk membuatnya menungguku sebelum menutupnya
Hari ini yang berjalan tanpa 'kamu'
Sepertinya kita pernah buat kesepakatan tanpa ucapan, kalau kita akan datang selalu bersama-sama.
ah, sudahlah~
/untuk yang kedua kalinya/
Dan akhirnya saya akan memutuskan untuk tidak membeli minuma teh instan di abang minuman atau supermarket kalau lagi gak pingin-pingin amat dan perut gak kosong.
Semakin lama, setelah meneliti dengan keren pada gejala-gejala yang terjadi, kalau perut kosong terus minum teh instan, yang ada dia bereaksi menimbulkan rasa sakit yang sakit T-T *apaannih*. Semacam asam lambung naik :v
Jadi, mendingan beli teh asli, teh tumbruk atau teh di warteg *eh. Ya, paling aman minum teh buatan sendiri, dirumah tercinta ketika hujan turun aaaaaaaaa >w<
Yah, intinya itu. Teh instan memang tidak baik :v
#gajelasbetbiarinajadehyangpentingnulis
Rasanya Oktober lama sekali, dan saya belum menemukan cinta hujan yang turun menghampiri saya dengan sukarela, tulus dan apa adanya.
Menunggu November seperti menunggu antrian masuk pesawat yang terus menerus terlambat datang. dan akhirnya sampai juga pada November. Bulan yang 'keramat' karena ada banyak hal yang harus diselesaikan cepat-cepat. Eits, tapi jangan terburu-buru.
Kalau kata ibu saya, pasti kamu bisa. Kalau kata seseorang, kamu pasti bisa. Kalau kata semua orang, Kamu pasti bisa. Kalau kata saya, er.. Nay, kamu bisa kamu bisa! *menyugestidirisendirijuga*
Saya ternyata diam-diam adalah tipe orang yang punya semangat menggebu-gebu diawal, tapi bisa begitu jatuh ketika berada ditengah-tengah proses kemajuan. Ah, ternyata selama ini, sayalah yang sering menanamkan harapan sangat tinggi dan jatuh sangat jauh; menyakitkan.
Hei, apa kabar musim penghujan? Saya malah menunggu Desember sekarang.
ah kan, belum sempat berbincang dengan November, sudah mau mencampakkan *cih*
Kuharap November cepat selesai. Terlebih lagi kuharap November punya uang banyak karena banyak event dan pasti punya barang koleksian terbaru (baca:buku). Rasanya saya ingin cepat-cepat semuanya selesai, lalu saya bisa jalan-jalan sambil membawa kamera, kemudian saya bisa menggambar sesuka hati, kemudian saya bisa main sepuasnya ke Toko buku, menikmati perjalanan dengan membaca buku-buku.
Indahnya~ Indah banget :'(
Hai November, baik-baik ya padaku,
biar aku punya kekuatan untuk melawannya, biar saya gak jadi alay terus, ngegalau terus atau mencoba melarikan diri tapi kenyataan, hidup segan mati tak mau gitu deh :v akakakak
Semangaat tuaan ~ mari kita lewati hari-hari bersama /plak
/sekarangpinterngegombalgegarakamu #eaa
tepat diatas istana dengan menara-menaranya yang runcing
juga bunga-bunga yang tersusun
di pinggir jendela-jendela kamar
Terjaga sepasang mata; seorang putri
yang tatapan teduh tapi tak lagi terang seperti mentari
sebab, beribu surat tak lagi pernah terbalas
pun burung pengantarnya sudah terlalu lelah mencari tujuan
diantara banyak bunga di tepian jendela
ia cuma memiliki satu,
bunga yang datang jauh dari sebuah kota kecil
yang derap langkah diam-diam selalu membuatnya gelisah
ia tak butuh hari; yang semua rakyat bersorak memujinya
ia cuma butuh pelangi yang datang sederhana; hujan dan matahari
ia cuma butuh sederhana itu,
bolehkah?
ia bilang hari masih terlalu pagi
minta teduh sampai pukul 7
lalu ia ingin jadi puitis
sepuitis nyanyian burung yang diminta tidak pernah berjeda
biar ia bisa membuka jendela kamarnya
lalu duduk dengan nyaman,
sambil mewarnai kertas-kertasnya
ia ingin jadi puitis
biar ia tahu seperti apa berbicara pada orang-orang
ia ingin jadi puitis
biar cahaya matanya seteduh embun yang jatuh dari dedaunan
biar tidak mencari sendiri jiwa-jiwa yang tertinggal malam
ia ingin jadi puitis
biar selalu menjelma menjadi pagi
pagi yang tetap terus menjadi pagi
#Jakarta, 29 Oktober 2014
pagi,
merasakan keheningan...
suara malam membimbing langkahku
menuju syahdu bersama-Mu
ku berucap
lirih bahwa aku malu
terlalu jauh aku melangkah
terlalu sombong aku pada-Mu
ya Rabbi...
ini aku
Tuhanku...
aku pada-Mu
aku tak kan bisa bila
hidup tanpa cinta-Mu ya Allah
walau sedetik pun
ku mencoba berdiri dengan galau dihati
tanpa bimbingan-Mu
ku tak kan pernah bisa bertahan
luruh aku
tak kuasa ku berdiri
Allah... Engkaulah yang Maha baik
Kau yang selalu ada bantu aku
ku tak ingin lepas dari pelukan-Mu
jangan biarkan aku melangkah
menjauh pergi dari cinta-Mu
Setelah salah satu adik saya menemukan pancake durian yang tergeletak diatas frezeer minta dimakan. Dirumah saya malam ini cuma ada 5 orang. Ibu saya, saya, dua adik saya dan satu sepupu saya.
Pas banget lagi kumpul di ruang tengah. dan saya kalah telak karena mereka akan menikmati pancake duren yang katanya enak itu -__-
Mereka memberikan saya masker merah, tapi akhirnya saya ga kuat T^T. Melambaikan tangan sambil membawa pekerjaan pergi. Menetap disini, ruang racik. Ruang buat ngeracik dan buat ramuan cream perawatan wajah shofira :3
Disini satu-satunya ruangan berAC. ACnya nyala kalau pas dipake kerja aja ini ruangan.
Saya : (berseru dengan semangat) Bu, ACnya nyalain yah, boleh yah
Ibu saya : emang panas? (masih menikmati pancake yang bau duren itu -_-)
Saya : (masih semangat) Iya! Nyalain ya nyalain!
Ibu saya : iya deh
Saya : (yesss.. turun bangku ambil remote) *dalem ati : itung-itung balas bau-bau duren ini~*
abis itu... kok saya norak ya XD kaya yang baru ngerasain AC wkwkwk
Ia selalu datang membawa kabar
Menyapu pandang
bertukar dengan terang
biar lampu-lampu menyala,
biar jalanan sedikit beristirahat menjadi lenggang
Biar waktu bisa berhenti sejenak
di tepian jendela mobil, di tepian jendela kamar,
juga di tepian jendela matamu,
Begitulah hujan;
Selalu ada yang melebur bersamanya
Selalu ada yang bernyanyi bersamanya
Selalu ada yang ingin terus berderai bersama iramanya
Entah kenapa saya akhirnya memilih label dikaca bus tadi petang. Jakarta-Kudus. Bis yang dari jauh saya pandang terus. Saya terka-terka dikira Jakarta-Bogor XD ya kali kalau saya naik saya bakal nyasar ke kudus~ jauh amaat.. dan saya kepingin mentertawakan diri sendiri pas liat sebenernya itu Jakarta-Kudus. Gada mirip2nya ya bogor sama kudus...
Mungkin ini efek belum isi makanan dari pagi. Makan cuma yang gak bener semua. Sisanya diisi es dan air. pas mau makan, perut tambah perihlah, kepingin muntahlah, terakhir ga diabisin :v
Akhirnya saya bisa pulang. Ya. Pulang petang hari dengan waktu perjalanan 4 jam. termasuk nunggu aptb di terminal dulu, dan naik aptb yang dinginnya super disamping ibu-ibu yang mainin game Hay Day terus saya merasa duduk dengan terhimpit T.T
Akhirnya satu acara terselesaikan. Harusnya tidak ada lega. Melihat akan banyak sekali evaluasi. Ah, tidak boleh puas. Cukup hanya lega. Karena dua minggu terakhir saya sudah menyerahkan waktu saya membantu ini :') hiks.
Udah lama ya gak tulis curhat beginian. Sebulan dua bulan. Tidak ada cerita yang benar-benar ditulis sampai di publish.
Saya senang deh hari ini. Rasanya ingin mengucap sedikit terimakasih,
Entah kenapa. Walaupun rasanya akan menjadi berbeda. Iya gak sih?
Maap yak saya emang gaje XD
Oh iya hari ini judulnya 'letto time'
Lagunya diputerin terus.
Entahlah yang paling bikin keren setiap musiknya saya punya gambaran tersendiri~
Saya ngantuk lagi. Tapi lapar. Tapi tidur aja deh,
Semangat kakak supeeer
Semangaaat ya nay, *pukpuk
Akhir-akhir ini saya sering memikirkan akan meninggal dalam keadaan seperti apa dan bagaimana. Lalu saya akan ditangisi oleh siapa? Lalu saya akan berada dimana setelahnya.
Katanya orang yang akan pergi akan mengenal tanda-tandanya. Lalu saya punya bekal apa? Kemudian saya akan merasa sedih, sakit yah dan takut..
Dunia ini gak berlangsung lama kan..
Dan saya pun belum berguna buat orang banyak.
Apalagi ... dengan orang-orang yang saya cintai
Semoga ada lembaran yang tertuliskan indah di dunia ini. Dunia yang ternyata akan sering menumpahkan air mata ketimbang bahagia.
Rasanya belum ada yang terbalas, apapun itu...
kamu duduk ditengah senja yang akan usai;segera gelap
menikmati senja terakhir sambil menatap binarnya
sama saja seperti perpisahan yang menyenangkan
berapa banyak sampai tidak lagi bisa kau hitung
datang, duduk, bersorak sorai, menangis, lalu duduk lagi
sampai semua bosan bertanya : sampai kapan kamu akan menunggu?
sampai kau bosan harus menjawab pertanyaan menunggu itu
berganti senja, bertemu rinai, ah masih ada payung dan segelas teh setiap saat,
ya mungkin kamu masih tetap menunggu -tanpa bosan
Lalu, semoga dia masih ingat ada yang menunggu,
Bogor, 19 Oktober 2014
"...Tak ada yang muluk dari obat flu dan air
putih. Tapi kamu mempertanyakannya seperti
putri minta dibuatkan seribu candi dalam
semalam."
Sahabatku, usai tawa ini
Izinkan aku bercerita:
Telah jauh, ku mendaki
Sesak udara di atas puncak khayalan
Jangan sampai kau di sana
Telah jauh, ku terjatuh
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa
Dan kini sampailah, aku disini...
Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring...
sakit
Yang sudi dekat, mendekap tanganku
Mencari teduhnya dalam mataku
Dan berbisik : "Pandang aku, kau tak sendiri,
oh dewiku..."
Dan demi Tuhan, hanya itulah yang
Itu saja kuinginkan
Sahabatku, bukan maksud hati membebani,
Tetapi...
Telah lama, kumenanti
Satu malam sunyi untuk kuakhiri
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji...
Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring...
sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik : "Selamat tidur, tak perlu bermimpi
bersamaku..."
Wahai tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
Hey,
Senja.. maukah kamu dengar bisikkanku
Mungkin kamu akan mendengar lirih diawalnya dan isakan diakhirnya.
Masalahku tidak jauh berbeda. Bahkan bisa dibilang sama. Sama persis.
Hanya saja bedanya aku lebih memilih takut akan apa yang terjadi ketika aku memutuskan untuk berhenti menjalaninya.
Aku lebih takutkan lebih mengecewakan semua harapan orang-orang. Karena sepanjang hidupku ini, aku tidak pernah membuat bangga satu orang pun. Orang-orang yang menyayangiku. Ibu, abi, adik-adik, guru-guru dan siapapun yang sudi menjadi temanku.
Mungkin yang lain akan bahagia bertukar kabar dengan kawan-kawan lama, saling bercerita tentang mimpi-mimpi mereka yang terwujud. Sedangkan aku, yang bertanya dan ditanya saja tidak ada.
Aku lebih takut semakin membuat mereka menunggu. Mendesah tidak sabar atau malah diam membiarkanku hidup semauku. Padahal mereka benar-benar menyayangiku. Yang lebih menyedihkan itu tidak dipedulikan oleh siapa-siapa lagi kan?
Aku lebih takut harus mengulang hal yang sama berulang-ulang. Terlebih lagi lingkungan yang memaksaku untuk berpura-pura ingin akrab dengan orang-orang baru.
Aku lebih takut kehilangan kenangan-kenangan yang aku tertinggal jauh di belakang.
Aku lebih takut akan menyesal yang selalu datangnya memang diakhir. Lebih tepatnya aku ingin mengakhiri sesuatunya dengan indah. Sederhana kan? Sesederhana aku ingin menangis dengan biasa saja -tapi selalu tidak bisa-
Karenanya, aku harus memutuskan untuk tidak mengombang-ambingkan diri. Mencoba dengan tertatih-tatih melawannya. Mencoba untuk memutuskan satu sisi.
Lalu siapa yang bilang itu mudah saja?
Tidak. Berulang kali aku dihantam keterputusasaan.
kadang aku merasa aku menyalahkan doa-doa yang tidak dikabulkan. Cuma merasa, tapi setelah itu ada yang menyuruhku untuk terus berprasangka baik.
ketika aku berdoa yang menurutku tidak dikabulkan, ada hal-hal kecil yang membuatku harus bersyukur. Belum saatnya, Allah masih ingin aku berdoa terus menerus. Ada doa yang diucapkan untuk seseorang, terus menerus, yang kadang membuat merasa tidak pernah terkabulkan. Tapi ada hal kecil yang sering terlupa. aku masih bisa berbicara padanya, meski ketika bertemu akan takut untuk membicarakan ini.
Ya, aku cuma takut tidak bisa berbuat banyak. Sebagai seorang kerdil tidak ada yang bisa diberikan kecuali mencoba menghadapinya. Meski sulit. Meski sering sekali menginginkan ada yang bisa dibebani tangisan yang cengeng ini.
Semua tahu, ini tidak mudah
Begitu berat, amat berat,
Tapi mencoba percaya pada satu-satuNya yang mengatur kehidupan akan membuat kita lapang menerima. Menerima dan berusaha ...
Mungkin dia pikir ketika dia pergi aku akan tetap merasa tidak ada yang terjadi. Mungkin dia pikir dia tidak berarti apa-apa ketika dia pergi.
Sesekali bisakah merasakan apa yang terjadi dengan orang yang ditinggalkan?
Secangkir teh di meja sudah terlambat untuk diminum. Pejamkan saja ...
"Kamu mau ngapain?"
"Menyapa hujan,"
"Kenapa tidak berlarian, bukankah hujan membahagiakan?"
/ia tetap berdiri ditempatnya lalu menoleh keatas/
"Aku sedang minta izin hujan, biar aku melebur bersamanya. Ada yang sedang jatuh bersamanya,"
"Hey ..."
Karena sesendok gula tidak cukup melarutkan secangkir teh hangat saat hujan turun,
Ah disini sudah terlalu panas.
Mungkin juga terlalu lembab.
Menatap matahari menaklukkan mimpi
Seperti batu karang yang berdiri
Suara kami lantang seperti genderang perang
Yang membelah kebuntuan dan membawa kita untuk menuju kemenangan
Berikan semua jiwa dan raga
Hati Garuda siap berlaga
Berikan semua yang kita punya
Hati Garuda akan bisa terbang tinggi ke angkasa raya
Lihat keringat kami tak berhenti
Dengarkan janji kami...
Lalu siapa lagi yang berani
Jika bukanlah kami yang meneruskan mimpi
Tuk membuatnya terjadi dan menjadi bukti dari keteguhan hati
/sejujurnya buat orang yang gak lagi suka nonton tipi, nonton gosip dan gak pernah apdet lagu Indonesia lagi >.< dan saya akhirnya tahu lagu ini dari salah satu plettonic yang nge-add saya di path :3
mas mas kok selalu keren sih >////<
belakangan ini, gejala yang dulu pernah kejadian, terulang lagi. Tapi belum sampai pada tahap menjatuhkan benda.
masih bisa menggegamnya setengah bergetar.
Tangan gemeteran lagi...
Ini pertanda apa ...
bahkan bisa kuringkas jadi sebuah senyum saja, dan kata sapaan yang kadang menjengkelkan
Sebab banyaknya waktu tidak lagi memberikan jeda
pun kata tanya tak cukup lagi untuk menikmati semburat senja di langit barat
Kamu sibuk berjalan-jalan tanpa berkata-kata
sedang aku sibuk memaklumi apa yang belum kumengerti
Padahal kita hanya perlu kata sederhana
biar senja bisa ada,
dan menyimpan pesan kita masing-masing
Aku mengirim ucapan malam setengah berbisik
Biar kutahu kau dengar dengan jeli
Ditengah irama malam yang sunyi
Ada angin membelai kelopakmu
Yang hampir trlelap melipat mimpi
; Aku masih terjaga disini
Kau merasa?
Kita hampir tak terlihat lagi,
Pun kata tanya yang sering kukirim
Aku cuma berbisik : selamat malam
Bogor, 6 Oktober 2014
Konbawa,
Harusnya hari ini saya senang dan sangat berambisi.
Pagi tadi akhirnya memutuskan mengambil judul sekeripsi media flash. Dan sangat bersemangat untuk buat desain mentoring fair.
Tapi apa daya setelah ke kampus dan mata seperti tidak mau melek. Tidur-tiduran nyambi ngerjain tarjamah bersama ayu di bpm. Mood saya jadi sedikit-sedikit terkikis. Apalagi ketika dengar nadwah mengumpulkan bab 1. Dan saya belum ngeprint, dan salah print jugak kena omel dosen. Tapi sudah berlalu~
Sebenarnya terus menunggu orang yang jarang keliatan. Sekalinya keliatan, gitu doang. Udah. Lalu berlalu pergi.. rasanya memang semakin jauh.
Ketika datang waktu ternyata tidak ingin memberikan sedikit obrolan. Lalu pergi. Sempurna mood saya hilang. Terlebih lagi di sore yang nanggung tadi saya ndak tahu harus kemana sama siapa. Rasanya pingin pulang, pingin nangis ditepian jendela. Ah, terlalu burukkah?
Dan sore berjalan biasa saja. Diam.
Dan akhirnya memutuskan berlama-lama pada malam. Ya, saya sampai jam setengah 10 malam. Jugak ingat banyak hal, dan ga nyadar nangis beneran ditepian jendela dengan berpura-pura tidur.
Mood itu cepat berubah ya. Dari keadaan berambisi sampai jadi putus asa lagi.
Hey saya sedih,
Sampai rumah ternyata keadaab rumah sedang kacau. Marah.
Lalu kami berdua nangis.
Padahal saya ingin bercerita.
Padahal saya pingin nangis dalam dekapan seseorang...
Tapi tak ada,
Selamat bulan Oktober
Sekarang, saya benar-benar tidak punya lagi teman diskusi tentang amanah-amanah yang sedang kita pikul.
Tidak ada lagi teman diskusi, tidak ada lagi teman yang bisa menenangkan dan membiarkan memilih. Tidak ada lagi yang menguatkan lewat semangat-semangat yang selalu ingin dipancarkan ke semua orang.
Tidak ada lagi...
:')
saya akan selalu rindu.
Terimakasih sudah menguatkan :')
Saya akan terus mencoba
Yang tenang disana ya jek, :')
September segera usai,
seperti permintaanku, September terasa begitu cepat. Sudah akan berakhir
Banyak hal yang terjadi ya,
banyaknya kehilangan orang-orang yang dicintai.
Begitulah dunia terus berputar. Kematian dan kelahiran
Akan ada yang datang ketika seseorang pergi,
Semoga rasa sabar, tabah dan ikhlas selalu menyelimuti kita
Tidak banyak hal yang perlu ditulis di bulan September.
cuma itu, ucapan perpisahan yang tidak akan pernah tergantikan,
rasa memiliki yang begitu besar.
Benar ya, kita kadang merasa memiliki ketika dia sudah pergi, jauh...
Akhir tahun tinggal 3 bulan lagi. Yah, menyusun skripsi dan memperbaiki diri, menyusun rencana di tahun depan. dan.. apa kabar harapan? Saya masih tidak mau tahu atau tidak mau menyusunnya begitu rapi. Kan sakit kalau harapan yang sudah tersusun rapi harus dibakar muahahaa,
Selamat datang Oktober,
September kali ini mungkin akan terkenang menyedihkan.
Banyak hal dan orang-orang yang sudah mendahului disana ... :')
Aku masih mencoba untuk menulis semuanya tentangmu.
Aku masih mencoba membuka mata saat terbangun, bahwa hari esok ternyata akan tetap berjalan. Tanpa kamu.
di jalan-jalan, di tepian jendela, atau kala menunggu sesuatu tanpa seseorang, tanpa pesan pribadi, tanpa pekerjaan-pekerjaan lain yang sebenarnya tengah menunggu.
Aku memukul-mukul wajahku sendiri. Kamu sudah tidak ada.
Bahkan di sujud-sujud do'a kenapa wajahmu yang pertama terbayangkan.
Kemarin, saat terakhir kali aku melihatmu, kamu begitu cantik, seperti melepaskan semuanya. Rasa sakit, rasa kecewa dan rasa bahagia.
Melihatmu terbaring disana, aku ingin sekali memelukmu, berharap kamu hanya tertidur sesaat, lalu terbangun sambil berkata "Aku gakpapa,"
Lihat, begitu banyak orang yang menangis, tak kuasa membendung kesedihan. Keluargamu, teman-teman sekolahmu, teman-teman sekelasmu, teman-teman sejurusan, teman-teman fakultas, teman-teman mainmu, teman-teman organisasimu. Kamu yang tidak pernah memilih-milih menyayangi siapa, dan kamu memang disayangi semua orang.
Tapi, diatas itu, kamu lebih menyayangiNya, sampai kamu berhasil untuk bertemu lebih dulu denganNya.
Masih teringat jelas pertama kali kita dekat. Kita saling bicara karena sering bertemu dalam satu organisasi yang sama. Lalu, kamu bercerita tentang masalah teman-teman kita, yang pada akhirnya kita menjadi saling dekat.
Kita sering berbicara tentang masa depan demokrasi kampus kita. Kamu begitu menggebu, bersemangat dan selalu beranalisis. Bercerita tentang seseorang yang diam-diam kamu kagumi. Sampai seringkali aku kena marah. Marah yang aneh. Lalu kamu, yang selalu merendah, padahal kamu benar-benar mengikuti jejak abimu, selalu berjuang di kampus.
Kamu yang selalu jadi peganganku di saat tinggal kita berdua yang tersisa. Aku selalu mengakui kan, tanpa kamu aku tidak ada apa-apanya. Tidak pernah jadi apa-apa.
Pertama kali, kamu bergurau, untuk membuatkanmu gambar. Gambar kamu dan aku. Juga aku yang selalu ingat, warna kesukaanmu: kuning.
Aku bahagia sekali, karena orang yang pertama kuhadiahkan gambarku adalah kamu.
16 Februari,
ternyata, sebelum aku genap mengumpulkan uang untuk membeli bingkisan yang akan kuhadiahkan kepada beberapa teman -termasuk kamu-, kamu sudah menerima hadiah yang lebih indah. Ah, cuma cangkir itu yang pernah kuberikan. Mungkin masih kau simpan rapi dikamarmu.
Hm, aku perlu menghela nafasku beberapa kali di setiap jeda. Yang selalu terselipkan kamu.
Rasanya aku masih seperti akan menungguimu datang. Dengan riang, yang selalu datang diakhir pelajaran akan dimulai, yang ada dengan cecengesan lalu duduk sambil mengipaskan diri, yang sering nyeletuk kala pelajaran, atau yang tiba-tiba sering hilang karena harus kejar-kejaran sama deadline.
Kita sering menghabiskan malam bersama, di tempat yang jauh. Yang sering mengingatkanku akan keluarga disana. duduk didepan halaman rumah sambil menatap gemerlap lampu-lampu. Bersenda gurau atau sekedar diam sambil sesekali takjub dengan malam. Kamu tidak pernah merasa dingin kan?
Ah, juga pada malam-malam yang mengingatkanku sebuah cerita. Kukira mujahidah itu tidak ada di kalangan kita. Yang menyerahkan seluruh jiwanya untuk dakwah sampai ia sakit. Tapi malah ternyata kamu yang mengikutinya. Persis seperti cerita yang membuatku merinding. Kamu adalah orang yang paling amanah yang kukenal. Kamu selalu menyempatkan hadir meski banyak masalah lain yang harus diselesaikan, dan kamu juga selalu memaksaku ikut dengan segala pengorbananmu.
Kamu sering tidak tidur saat kita ikut dalam kepanitiaan. Merangkap semua jabatan demi kelancaran acara. Kamu yang maju duluan ke depan, lalu disaat semua orang ingin memujimu, kamu justru mundur kebelakang. Pergi. Tidak ingin dielu-elukan atau dipuji berlebihan.
dan kamu selalu menganggapku sebagai sahabatmu. Walaupun kadang aku cemburu dengan teman-teman yang selalu bersamamu. Tapi justru setelah aku memaknainya, aku memang bukan teman biasa dan sahabat biasa seperti yang mereka yang sering bersamamu.
Kamu bisa mendapatkan tempat dimana saja. Dikelas dengan teman-temanmu, di organisasi dengan mereka, dan denganku. Disini. Jauh di dalam hati ini.
Mereka ternyata tidak tahu banyak tentang aktivitas keluargamu. Tapi aku tahu. Mereka tidak tahu persis apa yang sedang kamu perjuangkan untuk dilupakan. Tapi aku tahu. Mereka tidak tahu persis apa yang ingin kau capai dari banyaknya berlelah-lelah ini. Tapi aku tahu. Mereka tidak tahu makna apa yang sering kudapat dari setiap tulisan-tulisanmu.
Hey, kita begitu dekat ya?
Bahkan untuk urusan yang sama-sama sering kita sesali, kita takutkan, yang sedang kita jalani, kamu hanya bercerita kepadaku. Juga pada seorang kakak yang selalu kita kagumi ke-shalihannya.
Sudah banyak menulis ini, aku masih membayangkan akan bertemu kamu. Di ujung pintu saat kita masuk kuliah. Tapi itu tidak akan mungkin lagi bukan?
Aku jadi tidak bisa membaca jelas layar laptopku ini.
Ah, aku sebenarnya lelah menangis lagi, ingin aku panggil namamu, seperti ngobrol biasa. Tapi mengingat itu aku semakin ingin menangis.
Menangisi kamu terlalu lama tidak akan pernah jadi membaik, bahkan mungkin akan memberatkanmu. Ya, tolong... aku juga tidak ingin menangis.
Ketika aku membuka sosial media, pasti yang kulihat cerita orang-orang tentangmu. Kamu begitu berarti di hati mereka. Makanya, dulu kamu jangan pernah bilang mau pergi jauh dan memulai hidup baru. Kita sudah benar-benar kehilangan kamu sekarang.
Melihatnya, aku semakin ingat. Semakin ingat, semakin aku ingin menulis setiap detik yang pernah kita habiskan.
Ah, aku tidak pernah kehilangan teman sedalam ini.
Waktu kamu masih sakit, kamu masih sempat mengingatkan aku. Kata-kata yang membuatku tidak sanggup membalasnya. Kamu tidak ingin membuat aku jadi kamu yang sekarang. Kamu mau aku terus maju tanpa kamu.
Tapi mengingatnya aku baru menyadari. Aku tidak bisa apa-apa tanpa kamu. Lihat, sekarang orang-orang disekelilingku sibuk membicarakan jalan-jalan, tugas dan mengajar. Mereka tidak lagi peduli acara-acara dikampus.
Pasti kamu akan sedih.
Aku pun juga merasa sedih, ternyata setelah kepergianmu yang tiba-tiba, aku masih diam disini. Mengingatmu lalu menangisimu.
Ya, aku akan mengumpulkan kekuatan disetiap doaku, yang sekarang selalu ada doa untukmu. Doa untuk orang-orang yang sangat kehilangan kamu.
Aku harus berusaha untuk bisa berdiri tanpa kamu.
Suatu saat, aku akan bilang padamu, bahwa sudah kutemukan kebahagiaanku disini, seperti kau yang berbahagia disana :')
Hey, aku belum sempat mengucapkan terimakasih.
Terimakasih jek, sudah mengajarkan banyak hal, terimakasih sudah menemani ketika lelah ini menghampiri. Terimakasih selalu menganggapku berharga mengenal kamu. Terimakasih untuk nasihat-nasihat yang kadang menjadi konyol bila kita lanjutkan :')
Lyrics : Ryosuke / Ryo
Composition : Ryo
Release Date : 2014.08.13
Album : Your Hands
Barakamon Ending Theme song
"It is five o'clock" an evening-glow tells me
A treasure of our memories, it's become empty
somehow
You held out a small hand, Smiling, like to you it
was so natural
It may have no meaning but it is something I
can not do
Sekarang pukul lima, cahaya sore
memberitahuku
Harta dari kenangan kita, entah bagaimana itu
menjadi kosong
Kau mengulurkan tangan kecil, tersenyum,
seperti dirimu itu begitu natural
Mungkin ini tidak memiliki makna tetapi ini
adalah hal yang tidak bisa aku lakukan
You touched my hand without thinking but it
was nice for me
Kau menyentuh tanganku tanpa ragu, tapi itu
bagus untukku
All the time that we believed that the world was
in our hands
We were wrong, maybe it wasn't
I just wanna hope so when I'm holding your
hand
genggaman kita
Kita salah, mungkin tidak..
Aku hanya berharap begitu ketika aku
menggenggam tanganmu
"Would you hold my hand?" Could I have ever
said that?
I can't remember (I can't remember)
Why is it unclear? I guess I'm just not who I
used to be
"Maukah kau memegang tanganku?" Pernah
bisakah aku mengatakannya?
Aku tidak bisa mengingatnya (aku tidak bisa
ingat)
Mengapa itu tidak terlihat jelas? Kurasa aku
bukanlah aku yang dulu
At times I cried and cried, and at times I smiled.
Kadang aku menangis, dan kadang pula aku
tersenyum
All the time we could not believe that the world
was in our hands
We were wrong, in fact it was
'cause you're holding my hand now.
Selama ini kita tidak bisa percaya bahwa dunia
ada dalam genggaman kita
Kita salah, kenyataannya memang benar
karena kau menggenggam tanganku sekarang
We've always been part of the world and the
world has never changed.
How about you? How about me?
We just know that we have changed.
All the time that we believed that the world was
in our hands
We were wrong, maybe it wasn't
'cause you're holding my hand now.
Kita selalu menjadi bagian dari dunia dan dunia
tidak pernah berubah
Bagaimana denganmu? Bagaimana denganku?
Kita hanya tahu bahwa kita sudah berubah
Sepanjang waktu kita percaya bahwa dunia
dalam genggaman kita
Kita salah, mungkin tidak
karena kau menggenggam tanganku sekarang
We've always been part of the world and the
world has never changed.
How about you? How about me?
We just know that we have changed
At every moment, everywhere
I can believe, I can believe
when I'm holding your warm hand
Your warm hand
Kita selalu menjadi bagian dari dunia dan dunia
tidak pernah berubah
Bagaimana denganmu? Bagaimana denganku?
Kita hanya tahu bahwa kita sudah berubah
Setiap saat, dimanapun
Aku bisa percaya, aku bisa percaya
saat aku memegang tanganmu yang hangat
Tanganmu yang hangat..
At times I cried and cried, and at times I smiled.
Kadang aku menangis dan menangis dan
terkadang aku tersenyum..
Kamu tahu. Ini semacam mimpi yang dipaksa bangun.
Menyakitkan. menyedihkan. Tidak percaya.
Kamu tahu? Aku sudah membayangkan akan bertemu kamu, melihat kamu tertawa. Bahkan kita akan masuk dalam obrolan2 sehari2 seperti dikelas.
Tapi, di perjalananku yang salah arah tadi, aku mendengar kabar dari seseorang bahwa kamu sudah pergi. Tanpa pamit. Tanpa pula memberi pertanda. Aku jatuh, aku tidak bisa membendung apa apa yang menjadikanku begitu berduka.
Kamu pergi, tanpa bilang.. kamu pergi tanpa sempat kita bertemu
Allah memang begitu sayang ya,
bahkan tanpa memberikan waktu sblm berpisah dengan kita.
Aku ingat perbincangan di suatu malam di sebuah warung nasi goreng. Kamu tahu apapun tentangku. Kamu begitu menggebu mengajakku ikut mabit waktu itu.
Banyak hal yang membuat aku bertahan, karena kamu. Kita pernah menjadi duo aktivis. Rasany tak pernah lengkap tanpa kamu.
Ada banyak hal yang sering kita bagi. Pun juga rahasia kamu dan aku. Rahasia kita jek, tentang hidupmu, tentang mimpimu, tentang cita-citamu juga tentang cintamu.
Kadangkala jarak yang memisahkan kita ternyata tidak pernah mengurangi kadar persahabatan kita...
Ada banyak hal yang sudah kita lewati brsama. Kebersamaan yang membuat aku kuat, senyuman yang membuat semangat juga panggilan hangat yang membuatku merasa dekat.
"Ingetin aku ya nyu, kalau lagi males liqo" itu yang sering kamu bilang setiap kali akan datang Liqo. Dan iya... aku akan selalu nyemangatin kalau kamu males liqo...
Aku belum sempat marahin kamu lebih galak lagi. Perihal kamu sering pura2 kuat dan tangguh padahal belum makan yang sibuk sana sini sampai lupa diri sendiri. Yang kadang sakit tapi masih bisa senyum dan mengerjakan semuanya.
Sore tadi, aki ingat kamu. Aku ingat minuman favorit kamu, aku tiba2 ingat waktu kita suka menghabiskan waktu istirahat yang sebentar untuk makan disini. Lalu, kenapa waktu sekarang menghilangkan tempat kita bersama...
Terakhir kita bertemu kita berbicara banyak. Walaupun kamu benar2 tidak bisa tertawa. Kamu yang masih pura2 kuat, tapi pasti dapat banyak doa dari orang-orang yang menyayangimu.
Kamu, yang mencintai ummi abimu melebihi apapun. Ternyata kamu lebih disayang Allah. Ternyata cintaNya memang tidak bisa melebihi cinta-cinta kami.
Kamu yang pertama kali memanggilku itu, yang juga pertama kali menghilangkan jarak diantara kita, yang menemaniku dijalan dakwah ini, jalan perjuangan yang ingin terus kau rintis.
Kita belum bisa sama2 lulus jek... tapi insya allah kamu sudah lulus dengan nilai terbaik dari Allah...
Rasanya kaya mimpi ya, ini mimpi banget ya,
Selamat jalan kakak terhebat, sahabat terbaik, yang tidak pernah mengeluh lelah meniti jalan Allah, sahabat terkeren, tertangguh dan tegar...
Kini tulisan-tulisanmu akan jadi kenangan, senyumanmu akan selalu diingat, langkah semangat, panggilan terhangat,
Kita semua sayang kamu, selamat jalan.. selamat jalan..
Kita akan bertemu di surgaNya ya jek, tunggu kami :''))
Semoga Allah menempatkanmu ditempat yang paling baik di sisiNya
Baik-baik ya, Zakiyyah Humairoh :')
err saya belom beli kado. ngerencanain kapan beli aja enggak :v
saya sakit sih,
terus ada yang tiba-tiba jadi perhatian //hayoloh besok besok dia gak mau nanya lagi loh// ampuun jangan tinggalkan aku T^T /ini lebay bet dah ah/
Hari ini saya ngerampungin bikin dua undangan. Mabok dah... undangan walimahan semua. Untung belum ada yang nanya, "undangan sendiri kapan Nay?" itu kan bikin jleb banget kan ya .__. miris emang kadang-kadang.
Apalagi kalau clientnya minta request ganti warna, udah bikin gambar, eh taunya maunya cuma satu /sakitnya tuh disiini T-T/
Lama tidak menulis, rasanya... tetap hambar.
yang pada akhirnya saya sakit jugak haha.
Ini baru sih namanya kena penyakit baru, yang kerjaannya cuma tidur-melek-makan-tidur tapi alhamdulillah berat badan gak nambah karena yang dimakan cuma sesuap nasi dan pisang juga sop.
Kalau ditanya, "kabarmu baik?"
saya bisa diam sesaat dan lantas mengangguk ragu, sambil dipaksa tersenyum.
Ah, mendefinisikan kabar diri sendiri pun rasanya sulit. Bahkan untuk sekedar berbohong dengan anggukan saja tidak bisa secepat kita yakin bisa makan dengan lahap ketika lapar.
Hai.
Ternyata september berjalan seperti yang saya duga. Minggu depan sudah akhir, cepat sekali ya.
Saya pun segera merasa asing dengan bulan depan: Oktober.
Banyak yang akan berbahagia rupanya. Tapi, untuk saya satu kelegaan /bukan kebahagiaan/ masih berada di akhir November. November lalu Desember. Ah, 3 bulan lagi sudah tahun baru.
Saya bisa minta stak di bulan Desember? Entahlah. Sepertinya ketika akan memasuki tahun baru nanti, akan ada banyak tuntutan dan pertanyaan. Kapan saya akan lulus, dan kapan akan membangun *niiiiitt* /disensorajaya, sayalagisensi/
Hai.
mungkin saya kelelahan, mungkin juga banyak yang sedang menggerogoti di dalam sini.
Bukankah yang lebih menyedihkan adanya sakit di dalam daripada sakit fisik?
Iya, saya akan berusaha. Saya akan mencoba terus berusaha melawannya ...
Mungkin bulan depan saya bisa nulis lagi, saya bisa menyelesaikan dan menjawab semua hal-hal absurd yang sering saya tanyakan pada diri sendiri. Mari membaca, jangan baca postingan blog saya terus hahaa
/lama ga ngeposting
Sebab saya sedang kehilangan selera. Apalagi selera makan.
Yang dijalanin gini aja.
Berangkat pagi, pulang malem
Depan laptop kalau ndak ya donlot film sambil ngerjain proyek yang ternyata tidak berhenti-berhenti.
Dalam keadaan kaya gini. Ternyata mengerjakan hal yang asyik pun tidak mudah. Ditambah lagi kentika sudah bikin jadwal, konsekuensi dan nyatanya tidak ada yang berhasil dikerjakan.
Ya mungkin semacam hidup yang seperti ini. Harum tapi ternyata pahit. Seperti kopi ya.
Saya juga kembali ndak pernah ngerti. Apa yang harusnya dicapai.
Apa yang harusnya diceritakan
dan apa yang harusnya diminta
Kalau kata seseorang, kadangkala kita harus menghindari orang-orang yang bikin kita senang. Tapi gue gak ngerti masuk golongan apa. Ah ya, mungkin kesenangan yang menghabiskan waktu dengan hal sia-sia ya ...
Tadinya judul ini memang bakalan bahas siklus hidup. Siklus hidup yang saya temui hasil perjalanan-perjalanan.
Tapi, kayanya otak lagi ga sinkron menuliskannya.
Boleh gak saya gak semangat terus saya minta disemangatin? Tapi gak deh, saya cuma bingung harus pasang sikap apa.
Entahlah kangen apa. Tapi kayanya saya lagi kangen masa kecil.
Akhirnya hari ini berakhir sudah. Saya lelah.
Saya pulang ke rumah -dengan biasa saja
Saya menyadari bahwa saya harusnya tidak pernah iri melihat orang lain. Kabar terbaru, adik saya akhirnya berhasil ke Jepang!
Iya, bahwa kita tidak bisa menuntut keadilan, kenapa kita dilahirkan. Kenapa kita seperti ini, dan kenapa jalan yang kita tempuh seperti ini. Menyedihkan, iya.
Dan saya gak ngerti, kenapa saya merasa hidup saya menyedihkan. Seperti memang menikmati kesedihan itu, persis kaya orang gagal move on karena ia menikmati kegalauannya T-T
alhasil terus saya apdet status di perjalanan. iya, sebenernya gak ngerti, itu status buat diri sendiri kok. Di perjalanan tadi, saya tertidur dalam perjalanan pertama, dan bangun ketika di tengah perjalanan /tol semua/
Hari ini saya lelah. Lelah bengong dan mengutuk diri, serta mengutuk orang-orang dalam diam. Sendiri. Bukan, bukan saya cuma seorang diri di sekolahan itu. Tapi saya merasa sendiri. Meski ada orang, ada temen -gak tau deh mereka anggep gue apa-
Tapi saya semakin menyadari. orang pendiem, pendiem aja. Gak perlu bilang kalau pendiem jugak udah tau pendiem. dan saya gak bisa pura-pura jadi orang yang sok asik, sok akrab, sok rame apalagi sok cantik. Aseli, kalau ngomongin fisik itu jauh banget. Bahkan saya sering gimana gitu, liat orang perhatian sama orang yang cantik doang, ngasih duduk ama yang cantik doang, nyapa ama yang cantik doang /plak/ -gue bukannya iri loh ya- cuma gimana gitu, mereka cantik emang mau terlihat cantik di mata orang. Padahal aselinya beuuh~ dandannya aja 3 jam, sedetik bedak luntur, dipoles lagi. Gak puas sama bedak, ujung-ujungnya beli kelly *eh*
Menariknya dunia emang gak ada habisnya. Sama kaya orang-orang yang berlomba-lomba mempercantik parasnya, mengasah nada suaranya biar dibilang merdu #eaa
Balik lagi. Saya cuma gambar, tapi saya gak bisa denger mereka ngobrol. Sebenernya gak masalah-masalah amat, kalau saya gak nanya 'apaan sih' terus mereka jawab 'gapapa'. Atau waktu orang lain liat mereka ngobrol dan saya diem gajelas zzz. Daripada menunggu yang gak pasti, juga akhirnya jalan sendiri. Jalan sendiri bikin saya keliatan jutek banget, terus kalau tetiba terjadi kecerobohan saya malu sendiri. Ia, seperti itulah yang terjadi pada hari ini. Saya gak suka. Bener deh, rasanya pingin cepet pulang, tapi apadaya saya harus menunggu bel pulang berbunyi.
Kemasabodoamat-an saya seperti juga akan berlanjut. Yang penting mereka ngerti, gak peduli mau berisik apa engga. Gak peduli mereka mandang saya apaan. Gak peduli gue T^T
Saya kangen.
Jadinya saya pulang jalan kaki. Entah kenapa lihat ilalang yang biasa jadi jalan pintas dulu, tempat memburu embun pagi #eaa atau capung berterbangan atau menjadi orang aneh karena siang-siang, sore-sore sedang main umpet-umpetan sendiri di tengah ilalang. Tapi sebentar lagi semua akan musnah. Tidak ada lagi jalan setapak, lapangan bola ataupun ilalang.
Saya kangen.
Makanya saya jalan kaki santai, karena udah ashar sebelum pulang. Sayangnya langitnya belum jingga. Sayangnya juga saya cuma sedang mood jalan sambil dengerin lagu ketimbang melihat sekitar dengan nanar.
dan udah. Saya jadi amnesia.
yang pasti judul hari ini : alone everywhere :v
Selamat rehat!
Kamu itu beneran sakit nay,
udah gak bisa ngelak lagi. Istirahat sana!
Besok pasti sembuh kok, harus sembuh~
mencintainya dengan kadar biasa saja.
Hai! Malam ini hujan.
Belum berhenti, jadi pingin ngeteh...
Saya mau cerita tentang rumah saya. Yang baru ditinggali belum 10 tahun. Rumah yang akhirnya rumah sendiri. Lebih baik daripada rumah kontrakan atau pun rumah yang dulu ditinggali.
Rumah yang tahun demi tahun akhirnya ada kolam ikannya. Juga pohon mangga yang suka berbuah setelah kami tinggali.
Saya mau cerita tentang ruangan baru. Kira-kira dibangun 2 atau 3 tahun lalu. Ada 4 ruangan. Tepatnya disamping rumah. isinya ada tivi serta kulkas jualab yoghurt. Ada tempat jemuran beserta mesin cuci lucu. Juga kamar mandi cadangan kalau ada tamu atau keadaan darurat.
Air showernya jugak lebih besar dan airnya lebih dingin. Kamar mandinya kecil sih. Dan yang horornya itu, lampunya. Lampunya suka konslet. Naasnya sering banget pas sore hari, disaat matahari tidak lagi terang benderang, saya mau mandi. Lampunya malah mati... dan pas saya gamau make, lampunya iduup.. gue salah apa sama nih kamar mandi T.T
Mungkin kabel listriknya yang kudu dibenerin kali ya.. /plak
Dan semalam, entah kenapa. Pas saya mau tidur, pintu kamar tetiba kebuka sendiri. Saya diem, saya celingak celinguk... dirumah cuma berdua semalem. Sama ibu saya doang. Lantas saya tutup lagi. Trus beberapa saat kebuka lagi /inihoror. Terus jadi dingin wuuusss ada angin mungkin.. tapi maren2 pintunya kaga pernah kebuka sendiri.
Oke, saya bukan orang penakut-penakut amat kok. Masih berani nonton horor kalau ada temennya. Masih berani ke tempat jemuran kosan malam hari sebelum mendengar cerita-cerita horor senior, masih bisa melupakan kejadian beberapa tahun lalu di waktu maghrib kok /malah diinget2/
Sampai ketika saya akhirnya tertidur dengan keadaan pintu kebuka dan emang rumah lampunya dimatiin semua, saya kebawa mimpi sama pintu kebuka sendiri. Terus malah mimpi masuk dunia teka-teki, semacam lagi wisata uji nyali /plak. Anehnya itu ada adegan pintu kebuka-tutup sendiri dan masuk ke kuil di thailand /iniapabangetmimpi/ trus harus ngikutin jalan teka-teki semacam pesan beruntun dan harus punya botol racun buat menetralisir masuk ke ruangan berikutnya lewat lubang. Lubangnya kecil...
Namanya mimpi ya, tetiba jadi ada di sebuah ruangan, terus nunggu loading-an game yang akhirnya saya gak perlu jungkir balik masuk lubang buat menyelesaikan itu wisata.
Eh kok jadi manjang gini. Yah, intinya cuma mau nulis aja, mumpung inget dan mumpung berbau horor sedikit.
Lama-lama saya jugak nyadar. Kenapa malam hari di rumah saya yang sejuk ini kadang dingin. Ternyata saya suka lupa nutup jendela kamar! Haha
Oke, saya mulai kambuh, migran lagi. Selamat tidur!
Bukan temennya momotaru. Apalagi adiknya, apalagi ibunya. Dia cuma orang lewat yang kebetulan seperjuangan *loh*
Pagi ini, kembali bangun dini hari, setelah tidur yang gak nyenyak. Dan nyenyaknya baru menjelang tengah malam.
Biasanya pagi-pagi udah diantar naik mobil. Tapi hari ini pake motor. Naik motor di pagi buta tanpa helm dan cuma pakai sweter abal-abal buatan ibu saya itu dingiiin dan bikin mata perih serta muka yang rasanya ditampar-tampar angin. Iya, saya gak punya jaket. Sekalinya punya itu jaket kampus dan kegedean .___. Dan entah dimana sekarang /seseorang tolonglah belikan saya jhakeheeeet~/ #plak
Karena berangkatnya gak seekstrim selasa kemarin, pas nyampe setasiun udah rame. Tapi gak serame senin selasa. Dan tetiba kereta syudah datang terlambat. Jam 4.15.
Oke. Saya tinggal mengontak seseorang dan memintanya bareng. Eh ga bareng jugak gapapa sih sebenernya... kemarin saya sudah uji coba menaiki metro mini dan sampai sekolahan jam 6.00
Oke. Selamat berjuang~/apadehyaini/
Motohiro Hata - Himawari no Yakusoku (ひまわりの約束, Janji Bunga Matahari)
Ost. Stand By Me Doraemon
Doushite kimi ga naku no.. mada boku mo naite inai noni
Jibun yori kanashimu kara tsurai no ga dotchi ka wakaranaku naru yo
Garakutadatta hazu no kyou ga futari nara takaramono ni naru
Mengapa kau menangis? padahal aku masih belum menangis
Betapa menyedihkannya aku, bahkan aku tidak tau apa yang salah dengan diriku
Hari ini akan menjadi harta karun bagi kita berdua
Soba ni itai yo kimi no tame ni dekiru koto ga boku ni aru kana
Itsumo kimi ni zutto kimi ni waratteite hoshikute
Himawari no youna massugu na sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kore kara wa boku mo todokete ikitai
Koko ni aru shiawase ni kidzuita kara
Apakah aku masih memiliki kesempatan untuk berada disampingmu?
Kau dan aku selalu tertawa, itulah yang selalu ingin aku lihat
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan semua kehangatan
Sekarang aku juga ingin memberitahumu
Karena aku sudah merasa bahagia disini
Touku de tomoru mirai moshimo bokura ga hanarete mo
Sorezore aruite yuku sono saki de mata deaeru to shinjite
Chiguhagu datta hazu no hohaba hitotsu no you ni ima kasanaru
Kita bahkan sering menyapa masa depan dari kejauhan
Aku percaya masa depanmu akan lebih baik jika seperti ini
Aku selalu mengharapkanmu sebagai satu langkah yang aku tempuh
Soba ni iru koto nanigenai kono shunkan mo wasure wa shinai yo
Tabidachi no hi te wo furu toki egao de irareru you ni
Himawari no youna massugu na sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kae shita ikeredo kimi no koto dakara mou juubun da yotte kitto iu kana
Jangan pernah lupakan saat-saat kau berada disini disampingku
Kau tetap tersenyum saat berjabat tangan sebelum kita berpisah
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan semua kehangatan
Bila kau ingin kembali, bisakah kau mengatakannya dengan cukup yakin?
Soba ni itai yo kimi no tame ni dekiru koto ga boku ni aru kana
Itsumo kimi ni zutto kimi ni waratteite hoshikute
Himawari no youna massugu na sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kore kara wa boku mo todokete ikitai
Hontou no shiawase no imi wo mitsuketa kara
Apakah aku masih memiliki kesempatan untuk berada disampingmu?
Kau dan aku selalu tertawa, itulah yang selalu ingin aku lihat
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan semua kehangatan
Sekarang aku juga ingin memberitahumu
Karena aku sudah menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya