Bocah Dering

By Nayla Nuha - Oktober 02, 2011

Kring... kring sudah bosan aku mendengar rengekan sepeda si kecil,
lama, sudah lama setelah sepeda berdering itu diberikan ayah padanya,
meski bukan sebuah sepeda baru, betapa riang hatinya,

dan setiap pagi, dering itu selalu menyeruakkan pagi, menyeru pada setiap manusia,
membangunkan ayam-ayam yang kembali tertidur, membangunkan jalan-jalan yang masih sepi, membangunkan aroma sarapan pagi, riudhnya teriakan tergesa-gesa.

Sampai kini, meski suaranya sudah parau,
sampai pagi pun bosan mendengarnya,
sudah usang warnanya, sudah hilang duri-duri bannya, sudah rengsek rantai sepedanya,
tapi dering nyaring itu tidak pernah bosan sendiri meneriaki pagi

Namun, suatu pagi yang masih sunyi
pagi yang sudah bosan.
Kali ini entah seolah menunggu sesuatu hal yang sudah beberapa menit lalu tak datang,
menanti,
apa mungkin terlambat?
atau mungkin kebosanan sudah memberitahu bocah dering?
pintu-pintu terbuka, kali ini penuh seribu tanya
kemana?
Pagi pun ramai sendiri

seseorang berlari dari ujung jalan,
derapnya sampai terdengar jauh pada matahari yang cemas
dia berteriak dengan parau, "Bocah dering!"
semua berlalri di sudut pagi,
satu-satunya sudut pagi yang gelap

semua diam,
ya, sepedanya kini sendiri, tak lagi mampu berdering
menyusuri pagi atau meneriaki pagi
semuanya sudah berakhir, seiring kebosanan yang datang

Bocah dering,
aku ingat mimpimu yang pernah kau teriaki,
sayang sekali, kau tak sempat mempunyai klakson lebih hebat daripada sepeda,
kau tak sempat mengendarai kendaraan yang lebih cepat dari sepedamu...

selamat tinggal Bocah dering,
yang dulu selalu datang menyambut pagi,
yang selalu di lupakan orang
bahkan aku pun pernah bosan mendengar teriakan deringmu ..


Jakarta, 21 september 2011
#terinspirasi waktu liat anak kecil membunyikan bel sepedanya sepanjang jalan :')

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar