September,
By Nayla Nuha - September 02, 2015
kamu terlambat
Ada bisik yang terus menerus saling mengetuk jemari. Minta untuk menyapa sesuatu.
Aku tidak lupa kok. Hanya saja malas. Malas menggunakan kata-kata untuk menyampaikan perasaan yang kini sedang tidak ingin berekspresi.
Terimakasih Agustus yang begitu asing, memperdengarkan sesuatu yang setia sampai di akhirnya. Terimakasih karena telah begitu meluangkan waktu di malam-malam sampai pagi, tertidur secara tidak sengaja dan tentu saja tidak membuat tubuh menjadi sehat. Hahaha
Hey, selamat datang September. Mereka bilang bulanmu akan banyak daun-daun berjatuhan. Ya, seperti daun-daun jati yang berjatuhan di pekarangan rumahku, membuatku harus bergerak dan mengumpulkannya di satu tempat setiap pagi.
dan seperti rapalan semoga yang diam-diam sudah menetap di sini. di ruang yang mungkin tidak ada yang mengiranya. Semoga-semoga itu kadang jatuh, berserakan. Kadang aku malas untuk mengumpulkannya lagi, atau membuangnya sebagian -karena sudah terlalu penuh-. Mungkin aku akan bosan merapalkan semoga, yang kalimat-kalimat setelahnya masih sering kupikirkan, menjadi semoga yang menggantung.
Ya, semoga itu seperti do'a. Maka tidak seharusnya aku merapalkannya menggantung, apalagi aku sudah mulai lupa, ada hamparan yang menunggu di sepertiga malam, agar aku lebih teliti dan berjaga biar semoga-semoga itu tidak jatuh berserakan dan berantakan.
Hey, September, semoga yang berjatuhan bukan semoga yang belum sempat diaamiinkan, tetapi semoga yang sudah selesai menjalankan tugasnya dengan baik. Juga, terdapat doa-doa yang baik, yang patut diamiinkan, untukku, untuk dia dan untuk mereka. Entah mereka sudah merasa cukup banyak berusaha, atau tengah mati-matian berusaha. Asalkan mereka tidak berhenti karena menyerah dan kembali ke tempat-tempat asing bagi orang lain.
Selamat datang,
0 komentar