Suatu hari aku mendapatkan buket bunga berwarna senada dengan baju indah yang kukenakan di hari itu. Ada banyak kebahagiaan di wajah orang-orang didekatku, disampingku, di depanku, yang kulihat dikejauhan atau yang samar-samar beberapa wajah yang sedikit kukenali.

Hari itu kugenggam buket bunga itu hampir seharian. Meski beberapa bunga sudah tidak tak karuan bentuknya.

Bagiku, begitulah Maret menutup cerita. Momen terbaik dan terindah dibalik pelukan dan senyum kebanggaan orang-orang yang dicintai. Saking bahagianya, tak banyak gambar yang diabadikan sebagai simbolis perpisahan setelah dilepas di universitas.

Ya, sejujurnya aku memang tidak suka perpisahan. Kalimat-kalimat yang seakan-akan berakhir selamanya. Jika ingin pergi, pergilah. Tidak perlu bermuluk-muluk sampai meninggalkan pesan. Sebab, disini seperti akan tersimpan kekal untuk menjelma jadi kenangan-kenangan yang akan diingat ketika menemukan momen berkaitan.

Seperti banyak yang kubaca dan kudengar. Keikhlasan itu tidak pernah memberi tahu bagaimana cara untuk menggapainya. Bukan proses yang cepat dan mudah. Ikhlas tidak pernah memberi tanda jika menyapa hati dan memasukinya. Dan itu yang terus menerus mengiringin langkah di akhir-akhir Maret.

Seperti cuaca yang kini ku tidak tahu seperti apa konsistennya. Ia tak setia lagi pada perhitungan alam. Mungkin, sekarang cuaca sedang mengajari tentang kesiagaan. Siaga membawa persiapan untuk kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa kita prediksi.

Seperti pertemuan dan perkenalan yang kita tidak tahu akan jadi seperti apa.
Seperti hati yang menerima dan hati yang menolak sebuah perjalanan hidup. 

Selamat datang April!
Kuakui aku terlalu naif, tenggelam dalam Maret yang berbahagia. Juga berbagai kabar bahagia. Juga pembelajaran hati yang tidak bisa se-instan memasak mie instan.
dan juga rencana-rencana yang terbawa arus aliran hujan, menguap sudah...
Semoga aku bisa mendapatkan buket bunga sebagai hadiah terindah lagi :"