Menjelang sore hujan menyapa lagi, tanpa salam. Ketika mata menengok ke sudut pintu kereta yang terbuka di sebuah stasiun, terdengar derainya, ringan, tapi deras. Langkah kaki yang keluar tampak berhati-hati diselingi ragu-ragu. Mereka mungkin takut hujan. Takut basah.
Lalu aku turun di sebuah stasiun yang ramai orang berteduh, atau menunggu sambil menjinjing payung yang basahnya kemana-mana. Lantai stasiun sampai tak berupa bersih, kotor karena jejak kaki menempel dimana-mana.
Hai hujan, aku datang. Bisikku
Hujan masih dengan iramanya, yang condong ke arah timur. Hujan berangin.
Tidak seru jika aku langsung menerobos hujan. Jadi aku menikmatinya di pinggir tempat beratap. Bersama orang-orang asing lainnya, yang menunggu hujan. Tapi sepertinya bukan menunggu hujan, sebab hujan suda datang, mereka menunggu hujan reda.
Menikmati hujan, mencium aroma basahnya, merasakan syahdu udaranya, dan memerhatikan gerak kaki-kaki yang awas. Mereka berlari-lari kecil, hati-hati dengan genangan air yang dicipta hujan untuk sekedar dikenang, bahwa hujan pernah singgah disini.
Ada pula langkah kaki yang ringan, berjalan santai dengan baju yang basah. Mungkin dia juga terlalu mencintai hujan, ah atau terburu-buru? Ada pula langkah kaki yang terburu-buru. Mengejar waktu yang tidak pernah bersahabat. Apapun keadaannya mereka harus bergegas, pulang, atau menuju tempat lain.
dan aku membiarkan waktu membeku beberapa saat. Untuk menikmati hujan. Dua kali aku menoleh pada arloji ditangan kiriku. Biarlah sedikit lagi aku menikmati hujan.
Ya, Hujan, terimakasih sudah menjadi penutup hariku yang sejak pagi memang berubah kelabu. Terimakasih karena sudah membiarkanku meminta sedikit waktu untuk tidak terburu di waktu pulang, dan menemani langkah-langkah yang akhir-akhir ini sendirian.
Menikmati hujan, serupa menegak segelas aroma sejuknya hujan.
dan setelahnya, aku membuka payungku, berjalan ringan dan hati-hati seperti orang-orang, kemudian kembali melihat tempat singgahku yang sebentar bersama hujan. Orang-orang asing disekitarku masih sama.
#Depok-Bogor, 23 November 2015
0 komentar