Selamat datang dan selamat tinggal,
Sudah lama tidak menyapa dengan jari jemari, yang padahal mereka selalu menari dengan ketukan yang menyenangkan; menenangkan.
Usiaku sekarang hampir mengakhiri kepala dua.
Sudah tidak muda. Muncul noda-noda di raut wajah, begitu pun bentuk tubuh. Tidak sebaik dulu.
Sudah tidak ada lagi kegalauan tentang siapa teman hidupku dan dimana perasaanku akhirnya bermuara.
Tapi ternyata hidup tidak sesederhana itu.
Yang awalnya berpikir, ah kami cocok. Ternyata banyak yang bersebrangan. Tapi kami tetap berjodoh kok!.
Ada
banyak harapan dan pikiran masa depan. Ya, aku masih berharap pada masa
depan yang baik, dengan orang-orang yang kupilih dan memilihku. Sebagai
bentuk syukurku pula.
Tapi akhir-akhir ini, harapan itu
memenuhi pikiranku sepanjang waktu. Bagaimana? Harus apa? ditengah
keadaan yang di hadapanmu juga sedang memikirkan pertanyaan yang sama
dengan pikiran-pikiran yang ku tak tahu.
Mengetahui isi pikiran yang bukan kepalamu itu bukan perkara mudah.
Ketika
satu pertanyaan tak bisa membuka jawaban, aku masih mengutuk diri dan
menangis sembunyi-sembunyi. Butuh waktu, batinku. Salah satu dari
banyaknya interaksi manusia adalah jadi orang yang mengalah. Memberi
waktu padanya.
Diusiaku sekarang, mungkin aku harus membuat satu surat perpisahan untuk angka dua.
Mungkin di Mei berikutnya? atau Mei berikutnya?
psst.
kadang aku menyadari, ternyata masih ada egoku, masih adakecemburuanku pada orang-orang
yang mengingat dan diingat hari lahirnya dan mendapatkan hadiah haha. Aku kadang berpikir mendapatkan sebuah barang yang tidak terduga;
yang jarang atau tidak sama sekali kubeli sendiri.
Tapi tidak buruk dan menyenangkan juga kok membeli hadiah untuk diri sendiri.
Hm, bagaimana kalau kumulai lagi menulis fiksi novelku yang tokohnya selalu membeli hadiah untuk diri sendiri hahaha
Selamat datang Mei
Selamat tinggal Mei,